"Kalian, Mingggir!" teriak Keen hingga membuat semua orang yang ada di ruangan itu menatap ke arahnya, begitu juga dengan Shassy dan beberapa laki-laki sedang mengerubunginya.
"Eh, Mas," ujar Shassy dengan santai.
Lalu salah seorang laki-laki memanggilnya dengan lembut. "Tuan Keen?"
Keen mengernyitkan dahinya mendengar laki-laki itu memanggilnya seperti itu. "Siapa kalian?" tanya Keen dengan cepat.
Lalu para laki-laki itu pun segera berdiri berjejer di hadapan Keen. "Kami adalah founder perkumpulan pecinta Syaken," jawab para laki-laki itu dengan kompak dan genit.
Keen terdiam melihat tingkah para laki-laki yang bisa dibilang masih remaja itu. 'apa-apaan mereka ini, merusak mata saja,' batin Keen dengan tatapan tak senang.
Para wartawan itu pun langsung melewati Shassy begitu saja dan masuk ke dalam ruang istirahat tersebut.'Astaga!' teriak Shassy di dalam hati ketika melihat para wartawan itu berdesakan masuk ke dalam ruangan yang bisa di sebut kamar kecil tersebut."Shass, bagaimana ini?" tanya Terry yang saat ini berdiri di dekat Shassy.Tapi belum sempat Shassy menjawab pertanyaan Terry, tiba-tiba suasana yang awalnya riuh berubah menjadi sangat hening. Shassy dan Terry pun bergegas menerobos ke dalam ruang istirahatnya tersebut, mereka pun melewati para wartawan yang kini berdiri seperti patung.'Apa yang terjadi?' batin Shassy dengan jantung yang berdegup kencang. 'Jangan-jangan dua laki-laki itu dalam pose … (Shassy membayangkan Keen sedang berada di atas ranjang besama tuan Jonas
Setelah itu, orang-orang yang berlalu lalang di jalanan itu pun langsung berhenti menyaksikan kejadian tersebut, sedangkan orang-orang yang sengaja mencelakai Keen dan Shassy pun segera menyelinap pergi meninggalkan tempat tersebut.**Dua jam kemudian. Di kediaman keluarga besar Keen sedang terjadi kekacauan besar. Karena mendengar berita tentang Shassy dan Keen, keadaan nyonya Tiara pun menurun, saat ini ia sedang dirawat oleh Arnold di rumahnya."Bagaimana keadaan mama, Kak?" tanya Dira yang menunggu di depan pintu kamar nyonya Tiara bersama beberapa orang pelayan."Beliau baik-baik saja, ia hanya syok dan memerlukan istirahat," ujar Arnold sambil berjalan ke arah s
PYARR! Suara vas bunga pecah di dekat orang yang baru saja masuk ke dalam ruangan tersebut."Kamu jangan keterlaluan, apa seperti ini cara kamu menyambut kedatangan Kakakmu?" tanya Tuan Bastomi dengan tatapan tajam mengarah pada Nyonya Tiara."Jangan pura-pura Kak, siapa yang mau kamu bodohi di sini, semua orang juga tahu kalau ini semua adalah perbuatan kamu!" teriak Nyonya Tiara sambil menunjuk-nunjuk ke arah Tuan Bastomi.Tuan Bastomi pun terdiam sesaat. "Aku tidak ingin menyangkal apa pun, tapi ini merupakan peringatan juga untuk kamu," ujarnya dengan ringan sambil menatap ke arah Keen.Keen yang mendengar kalimat itu hanya diam dan tak menyahut sedikit pun."Diam kamu! Dasar orang yang tidak berperasaan, bisa-bisanya kamu melakukan hal seperti itu pada kep
"Maaf Tuan, apa ada yang bisa saya bantu?" tanya wanita tersebut dengan tatapan tenang mengarah pada Tristan."Apa Anda tidak mengenal saya, Nyonya?" tanya Tristan dengan rasa penasaran yang tak terbendung.Wanita itu pun tersenyum hangat. "Tentu saja saya tidak akan melupakan Anda, Tuan Tristan," sahut wanita itu dengan santai."Kalau begitu Anda benar-benar Nyonya Shassy kan?" tanya Tristan lagi dengan penuh harap jika apa yang dipikirkannya benar.Wanita itu pun tersenyum lalu menggeleng perlahan. "Bukan, nama saya Ana.""Tidak, saya yakin Anda adalah Nyonya Shassy," kekeh Tristan sambil terus menatap wanita yang kini berjalan mendekati dirinya."Sekarang nama saya Ana," ujar wanita itu sambil duduk di dekat T
"A-aku, aku tidak takut apa pun," sahut Shassy dengan tegang."Bagus kalau begitu," sahut Keen dengan santai sambil menatap ke arah pelayan yang sedang berdiri di dekat mereka—memberi tanda."Iya Tuan," sahut pelayan itu segera mendekat."Siapkan kamar lama untuk Nyonya," ujar Keen dengan tenang."Tunggu," sahut Shassy dengan cepat.Keen dan pelayan itu pun langsung menatap ke arah Shassy."Aku tidak akan lama di sini, aku harus segera pulang," imbuh Shassy.Mendengar kalimat Shassy, lalu Keen pun memberi tanda pada pelayan agar pergi.'Aneh sekali apa dia sudah berubah, atau jangan-jangan dia punya rencana lain,' batin Shassy s
Sementara itu di rumah Shassy."Dia sangat menjengkelkan," gumam Shassy sambil bangkit dari sofa ruang tamu.Kemudian Shassy pun bergegas ke kamarnya dan mengganti pakaiannya, setelah itu ia pun kembali meninggalkan rumah tersebut."Terserahlah apa yang terjadi selanjutnya, yang penting aku harus memastikan keberadaan mereka dulu," gumam Shassy yang terus berpikir keras sambil mengendarai motor maticnya. Setelah mengendarai motor selama setengah jam, akhirnya Shassy sampai di halaman kediaman Keen lagi. Ia pun dengan cepat memarkirkan motornya dan bergegas masuk ke dalam rumah besar tersebut.Beberapa pelayan pun menyapanya dengan ramah begitu pun Shassy yang membalas sapaan itu tak kalah ramah, walaupun terlihat jelas ada rasa
"Jangan berpikir melepasnya kalau tidak, jangan pernah berpikir menemui anak itu," Suara dari dalam alat yang terpasang di telinga Shassy.'Mas Keen benar-benar keterlaluan,' batin Shassy sambil mengepalkan tangannya."Kenapa, apa kamu tidak terima?" tanya Keen—orang yang ada di balik suara di dalam alat tersebut.Shassy akhirnya menghela napas dalam lalu menjawab, "Terima, ya aku terima.""Bagus kalau kamu tidak marah," sahut Keen terdengar santai."Ya … kenapa aku marah, memang aku punya alasan untuk marah pada kamu," balas Shassy sambil menatap sekitar. 'Ini benar-benar laut,' batin Shassy lalu berjalan menjauh dari tempatnya saat ini. Shassy pun terus melangkah sambil mengobrol den
"Amit-amit Mbah, aku cucumu mau lewat," ucap Shassy sambil berjalan menunduk-nunduk melewati area pemakaman yanga ada di depannya dengan hati-hati.Tiba-tiba …Brughh! Terdengar suara benda jatuh dari belakang Shassy."Jangan menoleh Shass, jangan menoleh," gumam Shassy sambil terus berjalan dengan gemetaran melewati area makam tersebut.Lalu terdengar sayup-sayup suara lagu klasik yang mengalun pelan masuk ke telinga Shassy."Nggak denger kamu Shass, kamu nggak denger apa pun," ucap Shassy mengepalkan tangannya erat sambil terus berjalan dengan kakinya yang gemetar hampir lemas karena ketakutan.'Sekarang aku makin yakin ini bukan pantai seperti biasanya, tapi ini di mana? Atau jangan-jangan ini kaya pulau-pula