Share

SamRann
SamRann
Penulis: Empit

Bab 1 MOS SMA

"Masa lalu itu indah ya Al, kalau diingat jadi kenangan," ucap Rann pada Alika saat keduannya tengah duduk santai di rooftop sekolah di jam istirahat.

Mengingat dimana pada saat itu ....

Titik-titik air hujan mulai menetes membasahi bumi. Suasana mendung dan hawa dingin menyelimuti pagi ini, seakan-akan ingin memeluk Rann dalam ketakutan, dag dig dug, senang, bingung, semuanya bercampur jadi satu.

Ini adalah hari pertama bagi Rann dan teman-teman Anak Somplak mengikuti Masa Orientasi Siswa (MOS) di SMA Angkasa. Anak Somplak adalah nama dari sekumpulan cewek-cewek cantik nan cerdas yang beranggotakan 9 orang.

Mereka adalah Alika si jenius, Viona si hitam manis berlesung, Safna si heboh, Inay si nyebelin, Rann si kulkas, Mey si tomboy pala batu, Tiara si bocil suara emas, Anna si bucin, dan Mom Willy si kesayangan.

"Kenapa Lo Rann, pucet banget tu muka?" Inay memperhatikan raut wajah Rann.

"Hmm ...." Rann hanya membalasnya dengan senyuman manis.

"Lo sakit ya Rann?" Inay cemas dengan keadaan Rann yang sangat pucat.

"Gak kok Nay, gue gak papa, cuma deg-degan aja, mau lanjutin acar MOS, perasaan gue agak gimana gitu, kayak bakal terjadi sesuatu gitu," jawab Rann sekenanya.

"Lo bener tu Rann, lo tau gak, gue juga dari semalam udah deg-degan gak karuan sampai gak bisa tidur, padahal dari kemarin emang gitu hehe." Safna turut heboh menanggapi Rann.

"Lebay lo Saf!" cibir Mey kesal dengan respon Safna yang menurutnya berlebihan.

"Apaan sih Mey?" ketus Safna tak terima.

"Udah-udah gak usah bertengkar," ujar Viona berusaha melerai.

"Eh mending kita kesana deh, yang lain udah pada kumpul tuh," ajak Alika melihat keadaan sekitar.

Dan benar saja, anak-anak yang lain sudah berkumpul di lapangan untuk melanjutkan kegiatan.

Kegiatan berjalan dengan lancar sesuai dengan ketentuan yang ada. Bila ada yang melakukan kesalahan maka akan menerima konsekuensinya.

"Ishh ...!" dengus Rann.

"Kenapa Rann?" Tiara yang mendengar dengusan Rann akhirnya bersuara.

"Apes gue, pake salah segala," jawab Rann.

"Mau gak mau lo kena hukuman dong," ujar Inay.

"Tinggal terima aja kok repot," ucap Anna sinis sementara yang lain hanya geleng-geleng kepala melihat respon temannya itu.

"Udah, sabarin aja." Willy mencoba menerapkan perannya dengan menguatkan Rann.

"Yang sabar gue kawinin dah," ucap Mey asal.

"Ngebet lo?" Rann seraya berlalu membuat Mey cengengesan

Seluruh siswa berkumpul di lapangan. Banyak anak yang melakukan kesalahan dan mereka harus menerima konsekuensi yang telah di sepakati bersama.

"Dapat hukuman apa Rann?" Viona yang penasaran langsung menyerbu Rann.

''Huh! Nyebelin banget sih! Masa? Gue di suruh nyari kak Reyhan dan minta tanda tangannya sampai dapat?" 

"Benarkah?'' Safna kembali heboh menanggapi ucapan Rann.

"Hmmm," gumam Rann dan sedikit anggukan kepala.

"Dan yang lebih parah lagi, gue cuma di kasih waktu sampai besok pagi, mana gue gak tau lagi yang namanya kak Reyhan itu kayak apa." Rann begitu menggebu mengungkapkan kekesalannya.

"Udah tenang aja, nanti kita bantu." 

"Bener tuh Nay, kita bantu, kita cari kak Reyhan sama-sama," sambung Tiara.

"Nah ... itu satu lagi masalahnya.'' Melihat kekompakan sahabatnya membuat Rann miris sendiri rasanya.

"Lah, kenapa lagi Rann?" tanya Safna kepo abis.

"Ya, karena gue gak boleh di bantu sama siapapun, dan gue harus nanya kesana kemari sama kakak senior, Saf," jelas Rann.

"Walahhh berat dong." Willy kembali menimpali.

"Ya berat dong Will, lagian, siapa suruh buat kesalahan!" cibir Anna.

"Udah dong, An. Rann, kan gak sengaja." Alika hanya geleng-geleng kepala melihat ke arah Anna.

"Biasa kali Al, tenang aja," ujar Rann.

Rann beranjak dari sana, mulai berjalan kesana kemari dan bertanya tentang Reyhan pada para senior. Namun tak ada seorangpun yang mau menjawabnya dengan jelas. Semuanya hanya mengatakan dengan teka teki rumit yang membuat kepala pusing muter-muter.

"Udah jam 12 gue belum ada titik terang sama sekali lagi, bisa gawat kalo gagal," gumam Rann gelisah.

"Nih, sekedar penyegar." 

Rann terkejut mendengarnya dan seketika Rann menoleh mencari sumber suara.

"Thanks, lo siapa ya? Kenapa tiba-tiba lo kasih minum ke gue?" Rann heran dengan sikap cowok di depannya yang sama sekali tidak di kenalnya.

Keadaannya hampir sama dengan Rann, seragam putih biru dengan hiasan berbagai aksesoris yang di tentukan senior untuk MOS kali ini. Sama-sama mengenaskan.

"Hai, gue Rafly. Gue sama kayak lo, siswa baru, sebenarnya gue cuma sekedar lewat sih dan tak sengaja gue lihat lo sendirian disini, lo kelihatan pusing, lo pucat banget, lo gak kuat ya sama kegiatan kek gini?"

"Ah, gak kok. Biasa aja, cuma yah ... gitu deh. Oh ya, kenalin gue Rann."

"Ok, Rann."

"Yes, Raf."

*****

"Sob lo darimana aja nih? Lo tau gak, anak-anak yang lain pada nyariin lo tuh." Dafa langsung mengintrogasi Rey saat melihatnya mendekat.

Reyhan Lesmana, sang Wakil OSIS. Most wanted dengan kecerdasannya dan ke tampanannya. Jangan lupakan ke aktifannya di beberapa organisasi sekolah. Walaupun masih ada pak KetOs, Tapi tetap saja pamornya sama-sama kuat dengan kelebihan masing-masing.

"Sorry Daf, gue dari toilet tadi, kenapa emangnya?" Rey bingung dengan sikap Dafa.

"Gak ada apa-apa sih, cuma agenda hari ini adalah hukuman untuk para siswa yang melakukan kesalahan, dan lo jadi salah satu sasarannya." Dafa berdiri tepat di depan Rey.

"Maksud lo??" tanya Rey bingung.

"Saat ini ada yang lagi nyariin lo buat minta tanda tangan lo. Saran gue sih, coba lo main dulu buat menghindar. Seru tuh Rey, di ajak main-main dulu," jelas Dafa.

"Sampai kapan hukumannya?" Rey merasa ketinggalan banyak info.

"Sampai besok pagi, ingat loh!" peringat Dafa.

Rey hanya mengangguk kemudian pergi meninggalkan Dafa. Rey kembali ke tempat acara. Banyak Siswa yang berlalu lalang, Dan berkali-kali juga Rey di tanya tentang satu persatu panitia oleh para junior yang di hukum.

Terkadang Rey menggeleng atau bahkan menjawab dengan pertanyaan kembali.

"Rey, lo darimana aja? Kok baru kelihatan?" tanya Sintia, sahabat Rey.

"Kemana? Gue gak kemana-mana, emangnya ada apa Sis?" tanya Rey dengan watadosnya.

"Lo laper gak? Cari makan yuk," ajak Sintia.

"Boleh, mau makan dimana? Gue bayarin dehhh," tawar Rey.

"Yang bener nihhh?" Sintia gnecar menggoda Rey saat merasa ada ruang.

"Hmm ...," balas Rey dengan anggukan kecil.

Keduanya bergegas mencari makan selagi ada waktu.

"Rey, sejauh ini sudah berapa banyak cewek yang minta tanda tangan lo?" tanya Sintia di sela-sela makannya.

"Gak ada," jawab Rey enteng.

"Serius lo?? Masa gak ada sih??" tanya Sintia tak percaya.

"Serius, dari tadi gue cuma ladenin junior yang nanyain dia, dia, dan dia ... gak ada satupun yang nanyain gue." Rey menjawab seraya menunjuk ke sembarang arah.

"Wahhhh kayaknya ada yang salah nih." Sintia seraya membuka-buka lembaran kertas di depannya.

"Gimana? Ada gak?" tanya Rey penasaran.

"Nahhh ini, lo bakal jadi sasaran satu cewek, siap-siap lo,'' jawab Sintia heboh.

"Terserah lo deh," ujar Rey datar.

"Kok lodeh??" decak Sintia.

"Ah bodo! Yang penting lo siap-siap deh, ditunggu," ujar Sintia acuh.

Setelah selesai, Keduanya kembali kelapangan dan berkumpul dengan yang lainnya. Kembali mebahas kegiatan selanjutnya.

*****

Komen (1)
goodnovel comment avatar
elemenope
aku mampir thor... aku suka alurnya. keep up trusya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status