Sekarang Felliska dan Davin membelakangi semua orang."1… 2… 3…." Semuanya berhitung sampai tiga lalu Felliska melemparkan buket bunganya ke belakang.Terdengar riuh orang-orang yang berseru sambil berusaha menangkap buket bunga itu. Hingga tanpa diduga sebuah tangan lentik dan cantik menangkap bunga itu dengan posisi yang lebih tinggi dari yang lainnya. Wanita itu adalah Karina, ia berhasil menangkap buket bunga tersebut dengan cara digendong oleh Elard.Para tamu bersorak riang dan bersiul. Felliska memperlihatkan raut kecewanya. "Karina lagi, Karina lagi. Kenapa dia seolah menjadi ratu di acara pernikahanku?" Felliska berucap kesal dalam hati.Sama dengan Felliska, Davin pun menunjukkan raut wajah yang kecewa tapi bercampur dengan perasaan tidak suka. Bukan dengan alasan yang sama dengan Felliska, tapi ia masih tidak rela Karina berdekatan bahkan menjalin hubungan dengan pria lain. Davin memang egois dan serakah, ia tidak akan berhenti mengejar sesuatu sebelum mendapatkannya."Aku
"Davin, ayo kita lakukan sekarang!" desak Felliska."Hm, bentar.""Sekarang atau tidak." Felliska berucap dengan nada mengancam.Davin menarik nafas lelah lalu berdiri. Felliska pun tersenyum senang semakin bergelayut manja di lengan Davin. Dari kejauhan, Veti tersenyum senang melihatnya."Silahkan kalian bermesraan dulu. Tapi nanti kalian akan menjerit saat terpeleset dan tertusuk duri mawar," ucap Veti pelan.Sesampainya di kamar pengantin yang telah disiapkan untuk mereka, Davin pun menguncir pintu. Setelah itu, ia segera mencium Felliska dengan agresif. Felliska pun dengan senang hati menerima dan membalas ciuman tersebut.Bagi Felliska, ini adalah permulaan yang baik. Mereka terus berjalan ke arah kasur dengan posisi masih berciuman. Namun naasnya, Felliska terpeleset dan pantatnya terbentur lantai dengan sangat keras. "Aw," pekik Felliska.Davin yang kaget pun segera membantu Felliska berdiri. Felliska meraba-raba pantatnya untuk menghilangkan rasa sakit. Namun yang ia dapati ma
Setelah menghabiskan malam pertama, keesokan harinya Davin dan Felliska langsung pulang ke mansion keluarga Adam untuk mengemasi pakaian dan barang-barang Davin. Mereka akan pindah ke rumah baru yang dihadiahkan oleh Prapto sesuai janjinya yang akan memberikan rumah mewah dan anak perusahaannya kepada Davin jika Davin mau menikah dengan Felliska. Mobil mewah Davin pun terparkir di halaman mansion keluarga Adam lalu mereka berdua turun dari mobil.Mereka pun memasuki mansion keluarga Adam. Agatha dan Aurel yang melihat kondisi Felliska penuh luka pun memekik kaget. "Ya ampun, Felliska. Kenapa kamu bisa seperti ini?" Agatha bertanya dengan nada panik dan terkejut sambil memindai tubuh Felliska."Ada orang iseng dan iri yang menabur duri mawar di atas kasur tempat aku dan Davin akan bermalam setelah pesta pernikahan. Tapi untungnya aku udah gak apa-apa," jawab Felliska."Kalau Mami tahu siapa orang itu bakal Mami ulek-ulek jadi sambal," ujar Agatha yang membuat Veti meneguk ludahnya send
"Tuan Davin, mau aku bantu?" Veti bertanya gugup dengan posisi berdiri di ambang pintu kamar Davin.Terlihat Davin sedang mengemasi pakaiannya. Karena tidak kunjung mendapat jawaban, Veti pun kembali berucap, "Ya sudah, aku bantu saja, ya?"Veti mendekat lalu melipat pakaian-pakaian yang berantakan di atas kasur. Kemungkinan Davin mengambil pakaian yang digantung di dalam lemari lalu menggeletakkannya begitu saja di atas kasur. Sementara Veti melipat pakaian dan menatanya di koper, Davin pun menata barang-barang pribadinya yaitu dompet, dokumen pribadi seperti akta kelahiran dan KTP, dokumen-dokumen pekerjaan, dan laptop.Dua puluh menit kemudian, semuanya sudah selesai ditata. Davin pun menyerahkan koper dan tasnya kepada anak buahnya. Davin memang memiliki tiga anak buah yang dipekerjakan Prapto untuknya.Saat Davin hendak pergi, Veti mencekal tangannya. "Maaf kalau aku lancang. Aku hanya ingin meminta maaf kepadamu. Maaf kemarin aku telah kurang ajar merusak malam pertama kalian. A
"Jadi sudah sepakat ini temanya persegi dan hitam?" tanya Karen sambil melihat buku catatannya."Iya, tambahin juga balon warna hitam putih di sisi panggung. Jangan lupa pola perseginya berwarna putih, jadinya bagus. Temanya persegi, hitam, dan putih," sahut Aurel."Oke, udah deal, ya?"Aurel mengangguk singkat."Dari dulu dia emang suka persegi sama warna hitam putih. Bahkan waktu sekolah dulu koleksi tasnya 'kan banyak tapi warnanya hitam putih semua," celetuk Rey.Karen tersenyum kecut. "Kayaknya kamu tahu banyak hal tentang Aurel, ya.""Iya, hampir semuanya tentang dia aku tahu," ucap Rey sambil melirik Aurel.Aurel hanya diam saja sambil melihat layar ponselnya. Jika dulu ia akan berbunga-bunga dan tersenyum saat Rey mengatakan hal romantis semacam tadi, kini ia bahkan terlihat tidak tertarik untuk masuk ke obrolan. Rey pun merasa kecewa dan seketika murung.Karen yang sadar akan perubahan Rey pun berkata, "Eh, aku kemarin pergi ke Zlair butik untuk lihat-lihat model-model gaun r
Karina menekan tombol flash saat selesai buang hajat. Ia pun membersihkan diri dan membenarkan pakaiannya, tak lupa ia mengambil ponselnya yang berada di atas rak dan memasukkannya ke dalam sakunya. Tangan Karina yang terulur untuk membuka pintu mengambang di udara.Ia mendengar suara cekikikan beberapa wanita."Rasain, setelah sekian lama kembali bekerja di sini baru satu hari udah ku bikin kena masalah dia." Rupanya itu adalah suara Marta."Kamu memang hebat, tapi kamu mainnya kurang rapi aja. Besok-besok kita harus bikin dia ketar-ketir kena banyak masalah terus kapok bekerja di sini." Sahutan itu adalah Veti.Karina mengernyit. Apa maksud pembicaraan Marta dan Veti? Sepertinya ini penting, maka dari itu Karina mengambil ponselnya dari dalam saku lalu menghidupkan rekaman suara."Ini 'kan baru permulaan, gak apa-apa lah main-main dulu," ucap Marta."Iya. Aku salut sama kamu udah berhasil bikin hubungan Nona Aurel dan Tuan Andrew renggang. Aku juga ingin membuat hubungan Tuan Davin
Setelah beberapa menit perjalanan, akhirnya Langit dan Karina sampai di sebuah mall pusat kota. Mall tersebut terlihat sangat ramai. Mereka berdua pun keluar dari mobil.Langit melirik Karina sekilas lalu berjalan memasuki mall. "Sebaiknya kita ke store mana, Karina?" Langit bertanya yang tidak kunjung mendapat jawaban."Kar?" Langit menoleh lalu celingak-celinguk ke kanan kirinya dan tidak mendapati Karina di sisinya."Kar? Karina!" Langit berseru memanggil nama Karina.Akhirnya ia menemukan Karina yang terjebak di antar kerumunan. Karina nampak ingin keluar dari kerumunan tersebut tapi sulit. Langit pun bergegas menghampiri Karina.Ia memegang tangan Karina dan menariknya. Karena desakan dan senggolan dari orang lain, Langit terhuyung ke belakang saat menarik tangan Karina. Untungnya di belakang Langit terdapat tembok jadi ia tidak jauh melainkan menghantam tembok.Namun sayangnya Karina juga ikut terhuyung. Wajahnya menghantam dada Langit. Seketika Karina mengaduh.Karina berusaha
Wajah Elard tampak tak biasa seperti karena menampilkan sorot wajah kebencian. Entah apa yang membuat Elard terlihat tidak suka. Karina yang bingung pun hanya bisa menampilkan senyum kaku karena mendapatkan sorot mata tajam dari Elard."Kenapa kamu tidak mengabariku kalau kamu akan datang kemari?" tanya Karina."Biasanya juga aku kesini tanpa memberi kabar."Karina mendudukkan dirinya di kursi yang terhalang meja dengan kursi yang diduduki Elard. "Tapi kalau kamu mengabariku terlebih dahulu pasti kamu tidak akan menungguku.""Kamu tidak suka dengan kedatanganku kemari? Lagipula aku sudah bertanya lewat pesan apakah kamu ada di rumah atau tidak. Berpuluh-puluh menit aku menunggu jawaban tapi kamu tidak kunjung membalas pesanku. Akhirnya aku memutuskan untuk datang kesini dan ternyata kamu sedang jalan-jalan bersama mantanmu."Karina mengernyit bingung saat mendengar perkataan Elard. Nada bicara pria itu seperti sedang menahan kekesalan. "Kamu salah paham. Aku hanya menemaninya membeli