Almyra tak sengaja berpapasan Valentino Araya yang dikenalnya sebagai Calvin Miller saat dia berada di parkiran.
Gadis itu tidak tahu bagaimana harus bersikap di depannya namun sebelum dia bertindak apa-apa, dirinya sudah disapa duluan oleh Valentino.
"Malam, Almyra."
"Malam, Calvin. Apakah kau baru pulang berkerja?" tanya Almyra.
"Iya, Almyra. Apakah kau juga baru saja pulang?" tanya Calvin lain.
"Iya."
Kening Valentino mengerut bingung.
"Jam segini? Ini sudah hampir jam tujuh malam. Kau baru pulang? Apakah kau sedang lembur?" tanya Valentino.
"Tidak. Eh, aku tadi sudah pulang sekitar jam lima sore tapi aku mampir ke mall dulu untuk berbelanja sebentar lalu baru pulang ke sini,'' jelas Almyra.
"Oh, begitu. Baiklah kalau begitu, selamat malam," ucap Valentino dan dia pun mulai berjalan meninggalkan Almyra yang mas
David Araya sedang tertawa setelah mengangkat telepon. "Apa yang sedang kau tertawakan?" tanya Stefan. David dengan senyum congkaknya mengambil gelas lainnya dan meminumnya. Dia itu menggoyang-goyangkan kelas itu dan kemudian meletakkannya di atas meja. "Tentu saja karena aku sedang puas sekali," jawab David. "Kenapa? Apa kau baru saja mendapatkan sebuah mainan baru? Wanita cantik yang lebih cantik dari Almyra?" tanya Bara yang pikirannya selalu diliputi dengan pikiran kotor. David mendengus sebal. "Ini bukan soal wanita. Tapi ini tentang Agusta Irawan yang sekarang sedang dikejar oleh anak buahku," ucap David seraya bertepuk tangan seperti orang gila. Stefan yang tadinya sedang berbaring di sofa lembut milik keluarga Araya itupun langsung terduduk. "Apa maksud kamu?" tanya Stefan. "Misky dan anak buahnya sedang berusaha untuk menangkap Agusta. Aku menyuruh mereka untuk membawa si berandal itu kemari dalam keada
Agusta dikejar oleh beberapa pria berbadan besar yang juga harga bawa pistol dan senjata lainnya. Dia sebenarnya bukan takut mati tapi dia tidak rela jika harus mati di tangan para pembunuh bayaran itu. Dia tidak akan sudi untuk menyerahkan nyawanya pada si brengsek David Araya itu. "Kembali," teriak Misky pada anak buahnya yang langsung berhenti mengejar Agusta. Mereka pun langsung lari cepat dan kembali ke mobil mereka masing-masing dan pergi dari lokasi tempat penyergapan Agusta itu. Agusta yang terengah-engah merasa lega luar biasa setelah bisa lepas dari kejaran anak buah David yang jelas sekali ingin membunuhnya. Ruslan dan anak buah David yang dibuat terpisah dari dirinya itu kini sudah mendekati dia. "Pak Agusta, Anda tidak apa-apa?" tanya Ruslan. "Saya tidak apa-apa. Yang lain ada yang terluka?" tanya Agusta khawatir. Dia tidak ingin membuat orang-orang yang telah membantunya itu malah mendapat masalah.
"Kenapa kamu menyuruh Misky pergi tanpa membunuh si Agusta tu, hah?" tanya Rosa sambil berkacak pinggang. Wanita itu wajahnya terlihat berwarna merah karena sedang marah. "Aku tak bisa membunuh dia sekarang, Ibu. Aku masih menunggu sesuatu," ucap David. "Menunggu? Apalagi yang kau tunggu? Apa kau sedang menunggu untuk diserang dulu? Bukankah kau juga sudah curiga kalau orang dibalik Agusta itu adalah Valentino? Lalu kenapa kau masih melepaskan anak buahnya itu? Dia sudah berani menipumu, David Suseno," ucap Rosa. Jika Rosa sudah memanggil nama belakang anaknya itu dengan nama mantan suaminya, wanita itu berarti sudah marah besar. David pun berjengit kalau mendengar nama itu. "Jangan pernah memanggil aku seperti itu lagi, Ibu. Aku tidak sudi dengan nama belakang orang itu," ucap David kesal. David benci dengan nama belakang keluarga ayah kandungnya tersebut. Hal itu mengingatkan dirinya jika dia aslinya berasal dari keluarga yan
David saat ini sedang berada di tempat milik Bara, yakni Paradise Night Club. Sebuah Club malam yang selalu dia kunjungi ketika dia sedang ingin sesuatu ataupun sedang merasa gelisah. Kali ini David tidak memesan sebuah ruangan khusus. Dia malah hanya duduk di bar sambil meminum beer sendirian. Bara Ali sedang ada tamu spesial jadi tidak bisa menemani sahabatnya itu. David pun kali ini tidak berniat untuk menggunakan jasa wanita penghibur di sana. Dia rasanya hanya ingin menuntaskan rasa gundahnya. Stefan, sepupunya juga tak bisa menemaninya kali ini karena banyaknya urusan yang harus diselesaikan. Dia tak mempermasalahkan hal itu. Namun ternyata dirinya bisa juga merasakan sepi. Dia pun mengeluarkan ponselnya dan mencari nama-nama ma temannya dan berhenti pada sebuah nama, yaitu Calvin Miller. Salah satu seorang teman yang belum bisa dikatakan dekat dengannya namun pria itu sudah mau menjalin kerjasama dengan perusahaannya. Tanpa pikir panjan
Setelah mendiskusikan pertemuan mereka dengan Aryan untuk besok pagi, Valentino langsung berangkat dengan menggunakan identitasnya sebagai Calvin Miller. Sesungguhnya dia lebih nyaman menggunakan identitasnya sebagai Aditya Putra dibandingkan dengan Calvin Miller. Karena sebagai Calvin, dia sama saja menunjukkan wajah aslinya dan terkadang dia masih merasa cemas jika ada orang di masa lalunya yang mengenali dirinya. Dan sebenarnya memang hal ini cukup berisiko mengingat dulunya Valentino cukup banyak mengenal orang-orang di sekitar ayahnya termasuk orang-orang yang menjadi anak buah Rosa. Dia takut ada yang mengenali wajah aslinya. Memang perbedaan postur tubuhnya yang dulu dan sekarang sangat jauh berbeda. Dirinya yang dulu bertubuh gemuk dan juga padat serta pipi yang sangat chubby. Sedangkan sekarang dirinya sudah lebih tinggi dan juga ber postur tegap dan proposional. Meskipun jauh berbeda, tapi buktinya Sriani dan Aryan langsung bisa mengenali di
"Saya akan mengantar kamu pulang," ucap Valentino. David yang sudah mulai mabuk menoleh ke arah Valentino. "Ah, teman baruku memang sangat baik sekali," ucap David diiringi tawa cekikikan. Pria itu rupanya memang mulai kehilangan kewarasannya. Valentino membantu David untuk pergi ke mobilnya lalu dia pun menyetir mobilnya sendiri. Valentino membiarkan mobil David tertinggal di Paradise Night Club. "Ayo, David. It's time to go home," ucap Valentino. Valentino mengendarai mobilnya dengan kecepatan yang sedang. Pria itu berkali-kali menoleh ke arah David yang sudah tertidur pulas. Dia bisa saja mencelakai David sekarang juga namun dia bukanlah orang pengecut yang menyerang orang yang sedang tidak sadar. Jadi dia tetap akan kembali pada rencananya sebelumnya. Dia tetap akan menunggu waktu yang tepat untuk menyerang David. Untuk saat ini dia membutuhkan informasi sebanyak mungkin dari saudaranya ini. Hanya se
Valentino menempati kamar tamu yang telah disiapkan oleh Sriani, kepala pembantu yang juga Ibu dari sahabatnya, Aryan. Sriani sangat terkejut melihat Valentino yang malam-malam ada di rumah keluarga Araya. Namun dia berhasil menyembunyikan keterkejutannya dan mulai menjalankan perannya untuk berpura-pura tidak mengenal Valentino. "Sriani, kau layani Tuan Muda ini baik-baik dan jangan sampai hai kau berbuat salah. Calvin Miller adalah tamu kehormatan anak saya. Jadi kau jangan coba-coba membuatnya tak betah di sini," ucap Rosa di depan kamar Valentino. "Baik, Nyonya," balas Sriani. "Baiklah, Calvin. Saya mau kembali ke kamar saya. Silahkan beristirahat dan jika kau butuh sesuatu kau bisa bilang pada Sriani. Selamat malam," ucap Rosa ramah. Valentino perhatikan baik-baik hingga Rosa menghilang dari matanya. "Apakah Ibu baik-baik saja?" tanya Valentino pelan. Sriani langsung saja menggandeng Tuan mudanya itu untuk masuk ke dalam k
Valentino sudah sangat yakin jika David memang benar-benar percaya terhadapnya. "Apakah kau ada waktu hari ini?" tanya David. Valentino menoleh ke arah David. Mereka sedang sarapan setelah selesai jogging. "Memangnya ada apa?" tanya Valentino. "Bagaimana kalau kau main ke kantorku? Bukankah kau belum pernah pergi ke kantorku?" tanya David. Valentino hampir saja tersedak karena mendengar hal itu. "Iya. Bagaimana mungkin saya sudah pergi ke kantormu kalau saya saja baru tiba di negara ini?" ucap Valentino sambil masih meminum kopinya. "Bagus. Aku sudah menyiapkan pakaian kamu. Aku memilihkan kualitas yang terbaik untuk kamu. Pakaian itu baru saja dibeli dari butiknya langsung. Aku harap kau menyukainya," ucap David. Valentino tidak mempercayai apa yang telah didengarnya. Ini David? Jadi inikah seorang David Araya jika dia telah mempercayai seseorang? Wow, ini benar-benar luar biasa. Lalu Valentino