“Zhang Yuan! Dengarkan titahku!” Suara kaisar Qin Huan yang tegas dan lantang membuat Zhang Yuan sontak berlutut dan menjura, menunggu perkataan selanjutnya.
“Temukan semua bukti-bukti kejahatan para pengkhianat kerajaan dan bawah mereka padaku!” Qin Huang mengeluarkan token berwarna emas dan menyodorkannya ke hadapan Zhang Yuan.
Dengan adanya token dari sang kaisar, siapa pun yang melihat benda itu sama seperti melihat kaisar. Zhang Yuan mendongak dan mengulurkan tangan untuk mengambilnya. Dia berdiri kembali setelah diizinkan oleh kaisar.
Mendapatkan kepercayaan dari kaisar bukanlah hal yang mudah. Dia juga harus bertindak secara rahasia agar semua rencananya tidak melibatkan kaisar secara langsung. Para pejabat jahat itu akan berusaha mencari kesalahannya dan membingungkan kaisar untuk menetapkan keputusan jika mereka tahu kalau Zhang Yuan telah menjadi pion pe
“Ma Jun, biarkan dia bicara … katakan apa yang mengganggu tidurmu, Zhang Yuan?” Qin Huang menyela argument dari kedua orang yang tak mau mengalah. “Yang mulia, sebenarnya aku hanya ingin menyampaikan keluh kesah para rakyat yang ada di daerah Tongchuan, Chengdu, Shandong dan Hennan. Pajak yang diberikan pada mereka terlalu tinggi.” Mendengar perkataan Zhang Yuan, para mentri mulai berbisik-bisik dengan asumsi mereka sendiri. Jelas sekali laporan Zhang Yuan tertuju pada kanselir Yao Chong, tapi bagi Zhang Yuan bukan hanya untuknya saja melainkan dua orang lainnya yang masih belum dia singgung. “Penderitaan mereka sudah pernah disampaikan pada pemerintah daerah hingga sampai ke keamanan, tapi sayang hanya diabaikan begitu saja,” lanjut Zhang Yuan memancing seseorang yang menjadi targetnya untuk keluar dan membantah. Suasa
Setelah beberapa menit Qin Huang memeriksa catatan itu. Dia terdiam, menyayangkan nasib Zhang Yuan yang gegabah dalam bertindak. Kali ini dia tidak bisa membantu Zhang Yuan lagi untuk meringankan hukumannya. “Zhang Yuan, kau benar-benar telah memfitnah kanselir Yao Chong. Tidak ada yang salah dalam dua buku catatan ini. Bagaimana kau menjelaskannya, hah!” Zhang Yuan menunduk diam, membiarkan senyuman kemenangan di wajah Yao Chong. Sebentar lagi dia akan melihat bagaimana senyuman itu berubah menjadi tangisan. “Yang mulia, aku mempunyai bukti lain. Harap yang mulia memeriksanya!” ucap Zhang Yuan mengeluarkan sebuah buku dan mengulurkannya ke depan. Senyum di wajah Yao Chong menghilang begitu saja saat mengetahui kalau penyusup tadi malam adalah Zhang Yuan. Namun tak masalah, sebab dia telah memiliki rencana lain. Sejak seorang pelayan memb
Seberapa keras Yao Chong mengelak, bukti yang ada di depan mata tak bisa menolongnya. Namun kaisar Qin Huang meminta departemen penyelidikan kerajaan untuk menginterogasi masalah Yao Chong dan menyelidiki lebih jelas agar tidak lagi terjadi masalah sama yang pernah dialami kerajaan. Hal ini dilakukan kaisar bukan semata-mata tidak mempercayai perkataan dan bukti yang diberikan Zhang Yuan, tapi dia tak ingin jika semua mentri di istana menilai kalau kaisar berpihak pada Zhang Yuan. Aula istana kembali menjadi hening dan dingin. Kaisar Qin Huang yang baru saja kembali duduk di singgasana, memejamkan matanya beriring dengan embusan napas berat. Dibukanya kembali mata yang terpejam dan langsung melihat catatan pendapatan Yao Chong. BRAAAAKH!.... Gulungan catatan itu dilemparkan kaisar tepat di kaki mentri pemerintahan—Zhao Pu. Semua membungkuk lagi dengan kemurkaan kaisar yang masih belum s
“Karena panglima Zhang Yuan sedang menjalani hukuman dari kaisar, maka aku akan membantu kaisar mengawasimu.” Zhang Yuan masih terdiam dalam pikirannya sendiri. Dengan adanya pengawasan seperti ini menunjukkan kalau dia memang tidak diizinkan untuk keluar dan mengganggu kejadian penting yang sebentar lagi akan terjadi. “Kalau begitu, maaf sudah merepotkan komandan Fu Shan untuk menjaga tidur nyenyakku. Sampaikan rasa terima kasihku pada kaisar juga untuk pengawasan yang istimewa ini,” ucap Zhang Yuan tersenyum santai melihat ke sekeliling kediamannya yang telah dipenuhi oleh prajurit pengawal istana. “Kalian! Jaga baik-baik panglima Zhang Yuan! Jangan bairkan dia melanggar hukuman dari kaisar!” Fu Shan yang kesal dengan ekspresi Zhang Yuan, membalikkan badan dan meninggalkan kediaman. Zhang Yuan tersenyum menggelengkan kepalan
“Komandan Fu, siapa yang memberikanmu keberanian menerobos ruanganku?! Apa ini perintah dari kaisar juga?” Senyum licik di wajah Fu Shan berubah ketika melihat Zhang Yuan duduk santai memegang buku. Pikirnya bayangan yang dia lihat dari luar hanya penyamaran saja untuk menutupi kalau Zhang Yuan tidak berada di dalam ruangan. Apalagi sikap Xiao Ge yang sengaja menunda waktu dan beralasan, membuat kecurigaan besar. “Tuan, maafkan aku yang tak sanggup menghalangi komandan Fu Shan. Aku sudah mengatakan kalau kau tidak mau diganggu, tapi mereka memaksaku bahkan menerobos masuk ke dalam.” Xiao Ge akhirnya lega begitu masuk ke dalam ruangan dan melihat kalau Zhang Yuan telah kembali tepat waktu. “Maaf panglima Zhang Yuan, aku hanya memastikan keamananmu saja.” Zhang Yuan menarik panjang napasnya, “kalau begitu aku harus berteri
Rencana Yongsheng untuk memancing Guan Zhong akhirnya berhasil. Dia sengaja tidak menyebutkan nama Zhang Yuan secara langsung agar tidak dianggap memihak dan merekomendasikan secara langsung kandidat yang dia pilih. “Di kerajaan ini siapa lagi yang bisa ditakuti pasukan Wei selain panglima Zhang Yuan yang begitu berani memenggal kepala jenderal besar mereka,” lanjut Guan Zhong menyuarakan pendapatnya. Mendengar hal ini para mentri lainnya menyetujui jika Zhang Yuan menjadi pemimpin pasukan bantuan. Semua dari mereka memohon agar kaisar mau bertindak bijaksana. Namun hanya Yongsheng sendiri yang berbeda pendapat dari mereka, hingga membuat kaisar Qin Huang bingung akan alasan tersebut. “Yang mulia, panglima Zhang Yuan saat ini sedang dalam hukumanmu. Aku rasa dia tidak cocok untuk menjadikan kandidat terpilih.” “Yang mulia, keamanan
Keributan yang disebabkan oleh pertarungan mereka membuat semua prajurit terbangun dan menonton adegan seru di depan mata. Satu lawan lima sungguh tidak adil, tapi bagi Zhang Yuan bukanlah masalah. Dia sengaja memilih menghindar daripada menyerang. Tantangan pertarungan ini bukan untuk menunjukan kehebatannya melainkan memberi pelajaran kepada semua prajurit kalau kelemahan terbesar mereka adalah meremehkan musuh. Mereka bisa saja mengalahkan Zhang Yuan dengan kekompakan, tapi nyatanya masing-masing memiliki ambisi untuk menjadi yang paling terhebat hingga mengabaikan tujuan yang sebenarnya. “Panglima Zhang Yuan, kenapa tidak menarik pedangmu? Apa kau meremehkan kemampuan kami?” “Pedangku tidak digunakan untuk melawan prajurit sendiri. Kalian bisa mengakhiri latihan ini kalau sudah lelah.” Perkataan Zhang Yuan membakar rasa kesal di hati kelima prajurit. Satu pers
Peperangan di benteng utara mengalami kekalahan, tapi tidak terlalu parah. Setidaknya mereka masih bisa mempertahankan benteng dari serangan susulan pasukan Wei. Jauh di pandangan mata ada begitu banyak mayat para prajurit yang gugur di medan perang. Dari atas benteng Zhang Yuan melihat lautan darah dan bekas-bekas kobaran api yang menyelimuti sang pejuang-pejuang pemberani. Masing-masing kerajaan yang bersengketa mengutus beberapa prajurit ke tengah-tengah bekas medan peperangan untuk menjemput prajurit-prajurit yang telah meninggal agar bisa dikebumikan secara layak. Setiap prajurit yang meninggal dikirim kembali ke keluarga atau kerabat terdekat untuk dikebumikan, tapi bagi prajurit yang hanya sebatang kara justru dikebumikan di tanah peperangan Utara. Kedatangan Zhang Yuan telah menghilangkan kecemasan para prajurit yang terluka dan mengisi lumbung makanan mereka selama beberapa bula