Share

BAB 20 - MEJA MAKAN

“Jadi, rencana Bunda sampai kapan kerja di sini?” Tanyaku sambil menemani Bunda mempersiapkan makan malam di dapur.

“Nggak tahu, liat nanti.” Bunda menjawab cuek sambil menggoreng ayam.

“Yaudah! Kalau cederaku sudah sembuh, aku bakalan balik sendiri ke rumah,” ancamku.

“Lho? Emangnya kamu berani tinggal sendiri?” Bunda meledekku.

“Ih … Bunda yang serius, dong! Kerja di sini juga bukan solusi,” protesku dengan rengekan.

“Lalu, apa Jaeryn? Kamu mau apa? Dapat banyak duit, kok, nggak mau.”

Tak kusangka, ternyata Bunda benar-benar kukuh dengan pekerjaan ini. Ia tidak merasa terbebani atau terhina. Bahkan menurut Bunda, kesempatan seperti ini tidak akan datang dua kali. Seakan-akan, aku adalah orang yang tidak pandai bersyukur.

Sejujurnya bukan tidak bersyukur, sih. Kalau mau ngomongin bersyukur, tentu mau tidak mau aku harus bersyukur bisa tinggal di tempat yan

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status