Share

5. Aku Tak Membutuhkan Apa pun Darimu

“Cody?!" desis Caka yang tiba-tiba saja mengepalkan tinju dengan geram.

Arthur menatap bosnya, "Apakah Anda ingin menemuinya, Tuan Muda?"

Caka memejamkan mata dan mengatur nafasnya perlahan, kemudian mata itu terbuka pelan namun tajam dan menyeringai.

"Biarkan dia masuk!"

"Baik!" jawab Serina kemudian menutup pintu.

Arthur lekas berdiri di sisi Caka, pintu ruangan kembali terbuka dan Cody dengan seragam kebesarannya memasuki ruangan.

"Selamat siang, Tuan Caka!" sapanya dengan sopan, ia menundukan kepala untuk memberi hormat.

"Suatu kehormatan bagiku bisa kedatangan Jenderal Besar Nollyvia!" sahutnya penuh arti.

"Saya yang merasa beruntung karena Tuan bersedia menemui saya."

"Ada apakah gerangan?" ia bertanya dengan nada yang tak terlalu tegas. Untuk saat ini ia masih harus tampak sedikit lemah di depan semua orang.

"Maafkan saya sebelumnya, saya pernah mengajukan aplikasi ke Mainwell Investama, dan ... belum ad tanggapan sama sekali."

"Jadi?"

"Saya ingin mengajukan ulang secara langsung kepada Tuan Caka!" ia memberikan sebuah dokumen yang hanya Caka tatap.

Arthur yang mengerti pun memungut dokumen itu dari tangan Cody lalu memeriksanya.

"Perusahaan Anda sudah di ambang kehancuran, Jenderal. Bahkan harga saham ... bisa dikatakan sama sekali tak berharga. Apakah Anda yakin bisa membangun kembali perusahaan itu jika kami membantu?" ucap Arthur yang jelas meragukan.

Cody menghela nafas dengan berat. Ia sudah menjatuhkan harga dirinya dengan menemui langsung pria terkaya saat ini di Nollyvia.

Pria itu bahkan cacat dan mengandalkan orang kepercayaan keluarga Madaharsa untuk mengurusnya.

Cody tahu selama ini tak pernah berinteraksi dengan Tuan Caka, tapi ia rutin memberikan laporan kemajuan kota Danfell kepada Caka.

Meski ia ragu apakah pria itu bersedia membantunya tapi ia tetap nekat untuk datang.

"Jika masyarakat tahu perusahaan saya mendapatkan dana investasi dari Mainwell Investama, maka akan ada banyak perusahaan yang juga bersedia kembali bekerja sama dengan kami. Hal itu pasti akan membuat perusahaan kami kembali bangkit dan berkembang!"

Hal itu memang benar, banyak pihak yang ingin menjalin kerjasama Mainwell Group yang saat ini menjadi perusahaan terbesar di Nollyvia.

"Aku tak ingin mengambil resiko, perusahaanmu bisa saja gagal. Dan apa yang akan aku dapat? Meski ... uang sejumlah itu tidak akan membuatku bangkrut, tapi sebagai pebisnis ... aku tak ingin rugi!"

Cody menelan ludah. Ia pikir tuan muda lumpuh di depannya akan mudah dikelabui. Yang selama ini ia dengar, pemuda itu juga tak terlalu pintar.

“Tapi perusahaan kami pasti bisa pulih dengan dukungan Anda, Tuan. Lagipula ... masalah yang kami hadapi sekarang bukanlah karena kami tak bisa menjalankannya dengan baik. Tapi ada pihak yang sengaja ingin kami hancur!"

Caka mengembangkan tawa getir. “Bukankah kau seorang Jenderal Besar? Setahuku ... kota Danfell sangat kaya dengan sumber dayanya. Tidak mungkin kau tak bisa mengelolanya kan?”

“Memang, saya adalah Jenderal Besar, tapi semua pengoperasian masih dipegang oleh Wakil Presiden kita!”

“Wakil Presiden? Bagaimana bisa?”

“Sulit untuk menjelaskannya, Tuan Muda. Tapi bahkan jabatan saya juga terancam akan tergantikan dengan orang lain!”

Caka menatap dalam Cody, rasanya ia ingin sekali menghajar pria itu. Tapi sebisa mungkin ia tahan, ia tak ingin Cody mati dengan mudah. Pria itu harus menderita.

“Jadi, kau ingin aku membantu perusahaan keluargamu atau posisimu sebagai Jenderal Besar?”

Cody berdehem dengan gugup. “Saya berharap Anda bisa membantu keduanya, Tuan.”

“Kau tahu itu tidak mudah? Perusahaanmu mengkhawatirkan Jenderal. Dan masalah posisimu, memangnya apa yang bisa aku lakukan?”

“Masalah perusahaan seperti yang sudah saya cantumkan dalam dokumen, Tuan. Jika Anda kurang puas, kita bisa mengubahnya lagi. Masalah posisi saya ... jika Anda bersedia membantu, saya akan mengabdi kepada Anda. Kapan pun Anda butuhkan, sekali perintah saya akan langsung bergerak!"

Caka tahu Cody memimpin puluhan ribu prajurit terlatih, itu memang bisa menguntungkannya. Apalagi jika ia ingin mempertahankan kursi Perdana Menteri yang kakeknya wariskan.

“Lalu apa lagi yang akan aku dapatkan jika aku membantumu?”

Cody terperanjat, ia belum menyiapkan hal itu. Apa yang bisa ia berikan jika Caka bersedia membantunya. Profit dari perusahaannya tidak akan cukup. Bahkan pengabdian saja juga sepertinya kurang. Tentu saja pemuda itu akan meminta lebih!

“Apa pun yang Anda inginkan, Tuan.”

Caka menjinjing kedua alis. “Apa pun yang aku inginkan?”

“Apa pun yang Anda inginkan!” ulang Cody dengan tegas.

"Sayangnya aku tak membutuhkan apa pun darimu."

Jawaban Caka membuat Cody gelisah, jika Caka tak membantunya maka tamatlah riwayatnya. Keluarga Morwyn tak hanya akan bangkrut, tapi ia juga bisa lengser dari jabatannya sekarang.

Bagaimana pun caranya ia harus bisa membujuk Caka untuk membantunya. Dan untuk saat ini tak ada hal lain lagi yang bisa ia tawarkan selain ....

“Tuan Caka, saya memiliki tiga orang adik perempuan. Semuanya belum menikah, jika Anda mau ... Anda bisa memiliki salah satunya!"

Caka melebarkan mata dengan tawaran Cody, bedebah itu menawarkan adik perempuannya sebagai barang gadai begitu?

"Kau ... berani sekali berbicara seperti itu kepada Tuan Muda? Kau pikir tuan muda kami itu seorang bajingan?" murka Arthur.

Seketika Cody langsung gelagapan, ia pikir akan mudah menawarkan salah satu adiknya. Bukankah banyak pria kaya menyukai wanita? Meski ia cacat, tetap saja butuh istri kan?

"Maafkan saya, Tuan. Saya hanya berfikir ... mungkin Tuan Caka membutuhkan istri untuk merawatnya, mengingat ... pekerjaan Tuan Reaves juga sangat banyak."

Arthur menoleh tuan mudanya yang sepertinya tampak bingung.

"Tuan Muda?"

"Aku memiliki banyak pelayan di rumah, lagipula ... aku tak berfikir untuk menikah di waktu dekat." jawaban Caka membuat Cody seperti putus asa.

Caka menatap wajah lelaki itu, ada kepuasan yang ia rasakan. Ia memang tak berniat membantu Cody, ia ingin lelaki itu menderita. Mungkin dengan menjadi miskin dan lengser dari jabatannya itu bisa menjadi hukuman untuknya.

"Maaf, Jenderal Cody. Sepertinya Tuan Muda tak berminat dengan tawaran Anda!"

Tiba-tiba saja Cody menjatuhkan diri di atas lututnya. "Tuan Caka, saya mohon. Tolong bantu saya, jika saya bangkrut maka masa depan semua adik perempuan saya juga akan hancur. Setelah orang tua saya meninggal, saya yang menanggung hidup mereka. Anda jangan khawatir, ketiga adik perempuan saya itu cantik. Mereka tidak akan mengecewakan jika menjadi istri Anda!"

"Apa kau pikir Tuan Muda tak bisa mencari sendiri calon istrinya? Dengan kekuasaan yang dimiliki oleh keluarga Madaharsa, banyak wanita berkelas di luar sana yang bersedia melemparkan diri kepada Tuan Muda!" ucap Arthur yang merasa tak terima dengan sikap Cody.

"Saya tahu, tapi ... maafkan saya sebelumnya. Bukannya saya ingin menyinggung Tuan Caka, tapi dengan kondisi Tuan Caka, pasti para wanita itu hanya ingin memanfaatkan kekuasaan keluarga Madaharsa saja."

"Apa maksudmu?" tanya Caka mengerutkan kening.

"Saya akan menjamin ... adik saya tidak akan berbuat seperti itu. Dia ... adalah tipe wanita yang penurut, jadi Anda tak perlu khawatir jika dia nantinya akan macam-macam!" janji Cody. Ia sudah memutuskan siapa yang akan ia berikan untuk Caka.

Caka tampak berfikir, tawaran Cody boleh juga. Ketimbang membuat pria itu jatuh miskin, akan lebih baik jika membuat adiknya menderita. Ia juga tak harus memperlakukan wanita itu sebagai istrinya bukan?

"Apa jaminannya jika dia tidak akan berkhianat dariku?" tuntut Caka.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status