Dua tahun kemudian,
Siang yang cerah, desir angin meniup dedaunan menggoyangkan dahan selembut arus sungai di musim panas.Benang berkilau bagai emas itu pun ikut tertiup oleh semilir angin namun tidak sedikitpun mengganggu pemiliknya yang tengah fokus bermeditasi.Isandra, duduk di tengah pepohonan lebat ditemani kesendirian. Damai, hanya itu yang ia rasakan juga mana alam yang mengalir di sekitarnya, membuat Isandra semakin menikmati meditasinya.FwooshSebuah anak panah melesat ke arah Isandra.Tanpa mengubah posisi duduknya, Isandra mengangkat tangannya ke samping ke arah anak panah yang mengarah padanya itu.Namun anak panah itu sudah lebih dulu berubah menjadi bulu-bulu burung yang berterbangan sebelum mengenai tangan Isandra.Kelopak mata itu terbuka perlahan, menampilkan iris sebiru lautan yang kini telah bercampur jingga senja, efek dari mana sihir api yang kini telah ia kuasai sepenuhnya."SIsandra hanya tersenyum pada sahabatnya, kemudian beralih fokus pada burung yang baru saja ia panggil."Iya, maaf jika aku mengganggu waktu istirahatmu. Tapi aku membutuhkan bantuanmu, Pipi" ucap Isandra."Tentu saja, katakanlah. Kau adalah tuanku, menjalani perintahmu adalah tanggung jawabku" jawab pheonix yang Isandra panggil Pipi itu.Pipi bukanlah guardian yang dikirim untuk Isandra seperti kedua kakak dan ayahnya, melainkan rekan kontrak yang ia buat satu tahun lalu.Berbeda dengan keturunan Aquillio yang bagaimanapun juga akan tetap mendapat guardian saat mereka menginjak usia dewasa, Isandra harus berusaha mati-matian untuk membuat kontrak dengan Pipi."Pipi, apa kau bisa berubah menjadi manusia?" tanya Isandra."Tentu saja" SriinggggCahaya terang kembali memenuhi kamar Isandra, hingga sekian detik kemudian seorang gadis cantik bagai peri dengan surai jingga panjang dan iris kemerahan."Begini?
Langkah mereka terhenti, Isandra yang berdiri di belakang Azel pun mengintip dari samping untuk melihat siapa yang menghadang mereka. Ya, siapa lagi kalau bukan Layla?"Layla-" ucap Azel dengan wajah datarnya."Sudah kuduga"Mereka semua hanya diam saat Layla berjalan mendekat."SEHARUSNYA KAU KUBUNUH!" serunya seraya menodongkan pisau pada Isandra dan Pipi di gendongannya, namun tentu saja semua itu digagalkan saat mata jingga Pipi menyala dan pisau buah itu pun seketika meleleh."Akh! Panas!" seru Layla karena lelehan besi itu mengenai tangannya.Azel yang sebelumnya panik pun bernafas lega dan segera membawa Isandra ke dekapannya, "Zargan, bawa Lady Nameer kembali ke kamarnya. Aku tidak akan menghukumnya kali ini, tapi tidak tau kalau nanti dia nekad lagi" ucap Azel sebelum berlalu meninggalkan Layla bersama Isandra dan Pipi di dalam rangkulannya."A-apa? Tidak, tunggu! Yang Mulia anda benar-benar melakukan
Masih dalam keadaaan sesegukkan, Layla menjawab seraya mengusap air matanya. "Hm? Ah dia sering bertanya tentang kegiatan ayah, jadi aku jawab yang aku tau saja. Aku kira dia hanya ingin mengetahui lebih banyak tentang calon mertuanya" DegSeketika Isaac membeku di tempat, Layla tahu semua kegiatannya di luar mansion dan di dalam mansion. Putrinya ini memang akan jatuh bodoh jika sudah soal cinta, jangan bilang Layla memberi tahu Azel bahwa ia sering mengadakan pertemuan-"Aku juga bilang kalau ayah sering mengadakan jamuan kecil bersama teman-teman ayah, walaupun aku tidak mengenal mereka tapi aku ingat wajah-wajah mereka" lanjut Layla.DEGAh hancur sudah semuanya, "Dasar anak tidak berguna! Apa kau tau apa yang telah kau lakukan?!" hardik Isaac yang sudah naik pitam dengan wajah memerah dan urat yang timbul di lehernya.Layla seketika melangkah mundur dengan wajah ketakutan seolah tengah berhadapan dengan maut. Baru kali ini
Hening, hanya suara nafas lembut Isandra yang terdengar karena ia telah terlelap. Namun sekian detik kemudian selimut itu bergerak, Azel bangkit duduk dari baringnya.Meski awalnya ia hanya diam seraya memandang wajah damai Isandra, sekian detik kemudian ia menunduk seraya memeluk lututnya sendiri. 'Sial' batinnya dengan wajah yang sudah memerah padam hingga ke telinga.Ia kemudian keluar dari selimut dan turun dari kasur, mengangkat Isandra ala tuan putri dan membaringkannya pelan ke kasur sebelum menyelimutinya."Sebaiknya kau sungguh-sungguh dengan ucapanmu barusan Isandra" ucap Azel sebelum ia mengecup singkat kening Isandra dan berjalan keluar dari kamar itu. Ada baiknya jika ia tidak tidur disana malam ini, demi kebaikkan bersama.Namun malam itu, Azel malah berakhir tidak bisa tidur dan mengubur dirinya sendiri dengan dokumen negara sampai pagi.~~//~~"Yang Mulia?" "Hm""Anda tidak tidur?" tanya Zargan
Di pinggiran kerajaan Erebos, cukup jauh dari istana. Hutan belantara yang dipenuhi monster buas di dalamnya. Gelap malam seolah menambah suasana mencekam di hutan itu. Nampak seberkas cahaya terang di ujung sana, bagai matahari hendak terbit dari sisi lain."Isandra, apa kau masih sanggup?! Kita bisa istirahat sebentar, tidak perlu buru-buru" seru Aleeyah.Isandra, yang tengah mencoba memperbaiki segel artefak sihir hitam kuno yang maha dahsyat itu sendirian pun bersikeras untuk menyelesaikan tugasnya malam ini juga."Tidak! Aku harus menyelesaikannya malam ini juga!" balas Isandra. 'Aku harus kembali sebelum matahari terbit, perasaanku tidak enak' batinnya.Namun sayangnya, butuh waktu lama bagi Isandra sendirian untuk memperbaiki segel sebesar itu. Hingga akhirnya matahari pun terbit, dan Isandra baru selesai dengan pekerjaannya.BrukIsandra jatuh terduduk di tempat sebelumnya ia berdiri. Wajahnya yang sudah memucat dan berke
CeklekPintu itu terbuka, kaki jenjang melangkah masuk seraya pemiliknya sedang mengancing kemeja hitamnya. "Zargan, semuanya sudah siap?" tanya Azel pada tangan kanannya.Zargan yang tengah menyiapkan beberapa batu sihir perekam itu menoleh, "Ah anda datang tepat waktu Yang Mulia, semuanya sudah siap"Azel mengangguk, ia menyelesaikan kancingan bajunya dan mengambil posisi duduk di meja kerjanya. Tinggal menunggu waktu sampai Isandra kemari.'Isandra pasti tau harus melakukan apa' batinnya.Ya, tentu ia tahu mana Isandra yang asli dan palsu. Karena sebenarnya,Beberapa jam yang lalu,"Isandra, sebut namaku""Iya, Azel"Azel tersenyum miring, tentu yang sedang berada di depannya saat ini bukanlah yang asli. Isandra yang asli pasti akan memanggilnya Luke.Dan siapalagi yang akan melakukan hal sebodoh dan senekad ini kalau bukan Layla? Seberani apapun orang yang berniat jahat
Layla roboh, Isandra menatap nanar bola hitam yang ia ambil dari dada Layla. Itu adalah emosi negatif, hal yang selama ini bersarang di hati Layla.KrakIsandra mengancurkan bola hitam itu menjadi butiran halus. "Jujur, aku kasihan padanya" ucap Isandra menatap Layla nanar.Azel pun melangkah maju meraih pinggul Isandra, ia turut menatap Layla namun dengan tatapan yang berbeda. "Tapi tidak ada kasihan untuk orang yang telah menipu raja, apalagi hampir menyelakaimu" ucap Azel.BughPukulan keras Isandra layangkan pada Azel, membuat raja muda itu pun terhuyung ke belakang karena tidak siap diserang."Sebaiknya kau memiliki penjelasan mengenai kejadian pagi tadi Damian.Azazel.Lucretius.De.Erebos" ucap Isandra. Hohoho kode merah, Isandra sudah menyebut nama lengkap Azel dengan raut gelapnya.Letty, Zargan dan Pipi pun langsung berjalan mengendap-endap hendak keluar dari sana dengan dua penjaga yang barusan dipanggil untuk me
Isandra bernafas lega, ia pikir ia bisa hidup dengan tenang sekarang. Menikah dengan Azel dan memiliki keluarga kecilnya sendiri.Tanpa sadar ia malah tersenyum sendiri, dan hal itu tidak luput dari pandangan Azel."Apa yang kau pikirkan Isandra? Tidak ingin membaginya denganku?" tanya Azel.Isandra mendongak, "Ah aku hanya memikirkan anak kita nanti akan terlihat sepertimu. Surai hitamnya, manik indah seperti permata ruby, dia akan berlarian dan memanggilku ibu. Hahaha, aku benar-benar berpikir terla-"Isandra terdiam saat melihat raut merona Azel yang membeku menatapnya. "Eum.. Luke? Kau baik-baik saja?" tanya Isandra menyadarkan lamunan Azel."Oh, ah iya aku baik haha" ucapnya tertawa canggung seraya menutupi wajah merona malu itu. Tidak ia sangka ia akan membicarakan keluarga dengan Isandra. Oh mimpi apa ia semalam?"A-apa ucapanku tadi menyinggungmu? Jika iya, maafkan aku" ucap Isandra memelas. Ia baru ingat bahwa