Hari-hari kian berlalu, tapi Intan masih belum bisa melupakan kejadian di kafe itu. Setiap mengingatnya entah mengapa air mata tak dapat ia cegah meluncur dengan derasnya. Dirinya sudah terlalu berharap selama ini, tapi sekarang kenyataan malah menghempaskan hatinya berkeping-keping, membuat ia tak bisa menerima begitu mudah.Sudah hampir seminggu semenjak pengakuan Ferdi, dan itu berarti dua hari lagi pesta pernikahan sang mantan. Membayangkan itu membuat hati gadis itu kembali perih, ada rasa tak terima dirinya diperlakukan seperti ini.Bukankah seharusnya pria itu meminta maaf dulu padanya dengan baik, tapi sepertinya Ferdi tak ada niat sedikit pun. Setelah hari itu dan pria pengecut itu tak pernah lagi menemuinya, bahkan undangan pernikahan mereka saja diantarkan oleh orang suruhan Bu Farah.Sekarang ia benar-benar melihat
Ferdi menatap nanar dirinya didepan cermin, tubuhnya sudah dibalut dengan Jas mahal khas seorang pengantin. Terkesan mewah dan sangat cocok ditubuh tampannya, tapi sayang penampilan perfek itu tak didukung dengan senyuman menawan pria itu yang telah hilang entah sejak kapan.Bagaimana mungkin ia tersenyum, sedangkan hatinya hancur. Hancur karena kehendak orang tua yang begitu egois, karena harta dan tahta semua orang seakan lupa jika semua manusia itu dilahirkan sama.Beberapa menit lagi ia akan mengucapkan ijab kabul untuk seorang wanita yang tidak dicintainya, dan setelah pernikahan ini sah, Ferdi yakin ia tak akan bahagia seperti dulu lagi.“Aduh... Gantengnya anak tante. Kamu benar-benar cocok dengan bela. Yang satu cantik yang satu ganteng ... Pasangan yang serasi.” Wanita paruh baya itu adik dari i
Aula yang disiapkan untuk pesta terlihat sudah dipenuhi oleh para tamu, musik dan nyanyian ikut memeriahkan pesta pernikahan. Canda tawa mulai menggema, sama seperti hati gadis yang berdiri diam itu. Bedanya sang gadis hatinya yang menggema lantaran ingin menghancurkan pria yang tersenyum menerima setiap ucapan selamat dari para tamu.Bagaimana bisa dia tersenyum begitu lebar, sedangkan disini hati seseorang telah ia hancurkan tanpa perasaan. Sekarang rasa benci semakin menyeruk dalam hatinya, intan berjanji ia tak kan pernah semudah itu memaafkan Ferdi.Hati Intan merasa sedih, mereka sudah bersama dan saling memahami selama ini, tapi kenapa pada akhir hanya menjadi tamu undangan.Lima belas menit Intan hanya memandang pesta mewah itu, ia merasa ragu untuk melangkah masuk ke dalam sana. Apakah dulu ia pernah berpikir akan berakhir s
“Kalau begitu, tolong katakan padaku bagaimana cara mencari jodoh yang baik?”Intan sengaja ingin tahu dengan pikiran pria ini, tapi siapa sangka jawaban pria itu malah membuat ia merasa gamang.“Taaruf!”Intan langsung mencibir, pemikiran pria didepanya ini benar-benar sangat kuno. Tentu saja intan tak setuju, bukankah pacaran lebih baik? Kita bisa lebih mengenal pria yang menjadi calon suami masa depan kita, bukan? Lagi pula kita tak tahu kan, bagaimana kalau ternyata pria itu kasar dan suka memukul, itu pasti akan membuat dirinya menyesal karena sudah memilih untuk berjodoh dengan pilihan orang lain.“Kau pasti berpikir cari ini sangat kuno, tapi percayalah tidak ada ajaran Allah ini yang menyesatkan umatnya.” Pria asing itu berucap lagi.
Intan merasa tak terima dengan tuduhan Nabila, tak pernah ia bermaksud demikian tapi kenapa bila menuduhnya begitu keji.“Aku tahu pertemuan kami berdua disini awalnya, tapi aku tak mengerti kenapa menuduhku seperti itu?” Intan ikut merasa kesal dituduh seperti ini. “Dan apa katamu tadi? Sepupu? Sepupumu yang mana ingin aku rusakkan hubungannya?”Seingat Intan ia tidak pernah berurusan dengan sepupu gadis ini. Dan lagi, intan tahu jika ferdi cukup dekat dengan Nabila tapi mereka berdua bukan sepupu setahu dirinya.“Istri Ferdi ini saudara aku! Dan sekarang aku tahu kenapa ibu Ferdi gak mau terima kamu ... Kamu itu benar-benar licik ya, tan. Aku sudah bantu kamu selama itu, tapi kamu malah melakukan hal sekeji ini pada keluarga ku!”Intan masih
Sakit hati rasanya saat cinta tak dapat dimiliki, Karena itu Lebih baik melupakan dari pada mengenang masa lalu. Sudah lima bulan berlalu semenjak ditinggalkan Ferdi, dan lambat Iaun ia mulai merasa terbiasa. Meskipun belum hilang tapi dengan waktu yang ia lewati cukup untuk memudarkan luka yang ia rasakan.Selama lima bulan ini ia merasa hidupnya kembali merasa normal, meskipun ada beberapa teman lamanya yang selalu ingin tahu dengan hubungan mereka yang kandas. Tapi intan selalu menghindari mereka, agar ia tak perlu lagi membahas hal yang sama.Intan melangkah Pelan menuju Kantor tempat ia bekerja baru-baru ini. Sudah dua minggu ia bekerja disana dan ia sangat bersyukur mendapat teman-teman yang baik membuat Ia mudah merasa nyaman.“Assalamualaikum, dan selamat pagi semuanya,” ucap Intan menyapa rekan kerjanya.
Intan menetap nyalang pria yang di depannya. tak menyangka dirinya akan bertemu lagi dengan pria ini. Pria yang menoreh luka sampai sekarang tak dapat ia sembuhkan.“Apa yang kau lakukan disini?!” tanya intan tak senang.Pasalnya pria ini pagi-pagi sudah berada didepan rumahnya. Untung saja kakaknya sudah berangkat kerja, begitu pula dengan ibunya yang pergi kepasar.“Aku merindukan mu,” ucap ferdi sendu.Ferdi menatap Intan penuh kerinduan, ini pertama kali mereka bertemu setelah pesta pernikahan itu. Saat itu ia tak bisa bertemu dengan mantan kekasihnya ini dengan lama, dan setelah lima bulan tak bertemu bertapa ia sangat merindukan sang pujaan hati.Tetapi melihat tatapan kebencian yang intan berikan membuat ia semakin sedih,&nb
Status berubah begitu cepat hanya karena ucapan seorang pria. Intan masih tak percaya jika Zaki benar-benar datang ke rumahnya.Pria itu bahkan tak tanggung-tanggung, ia langsung membawa orang tuanya menemui bunda dan kakak Intan.Sekarang mereka sedang berada diruang tamu. Intan bisa melihat Zaki yang terlihat gugup saat berbicara dengan kakaknya, membuat gadis itu terkekeh geli. Tapi saat mereka semua menatap intan kesal, membuat gadis itu mengerti jika dirinya telah mengganggu pembicaraan mereka.“Jadi maksud dan tujuan kami kesini untuk meminang putri ibu mayang untuk anak saya, Zaki.” Ayah Zaki berbicara dengan berwibawa, mengatakan dengan tegas dengan tujuan mereka datang.“Meminang Intan?” tanya bunda mayang yang terlihat tak percaya.