(⸝⸝⸝O﹏ O⸝⸝⸝) m-malu ... tapi seneng 'kan? (⸝⸝ᵕᴗᵕ⸝⸝)
Malam itu, Revan kehilangan kendali diri. Ciuman panas mereka terus berlanjut hingga ke hal-hal yang hanya Revan tahu.Rayuan gadis itu telah membangkitkan sisi tersembunyi yang tak pernah Revan sadari.Neneknya benar.Pada akhirnya, Revan ‘memang’ menginginkan Jolie. Dan untungnya, Jolie juga masih menginginkannya.Oleh karena itu, saat keesokan harinya dia mendapati Jolie telah kabur dari hotel. Revan merasakan kekecewaan mendalam.Hanya saja, hal itu tak menghentikan tekad Revan yang sudah bulat. Dia akan bertanggung jawab atas Jolie seperti yang juga diwasiatkan neneknya.Alhasil, setelah mempersiapkan semuanya, Revan langsung mengontak Richard Manara—ayah Jolie—guna menyampaikan permintaan sang nenek. Untungnya, pria itu menanggapi positif niat Revan dan bahkan mengundangnya datang di hari pesta ulang tahun Filbert untuk membicarakan masalah tersebut.Tapi. apa tanggapan gadis itu?“Yang jelas, aku tidak akan menerima perjodohan ini!” tegas Jolie.Revan membeku. Apa ini? Revan ti
Pagutan Revan pada bibirnya membuat Jolie sempat terbuai. Darahnya berdesir ... dan ingatannya langsung terlempar ke malam yang ditakdirkan itu.Sentuhan, desahan, dan gairah. Semua itu kembali memuncak dalam diri Jolie.Namun, saat teringat mengenai pembicaraan soal wasiat, juga ancaman Revan padanya, Jolie langsung tersadar.Pria ini adalah pria yang dia benci!Sekuat tenaga, Jolie mendorong Revan menjauh, dan—PLAK!Gema suara tamparan terdengar di ruangan itu.Dengan mata berkaca-kaca, Jolie menatap Revan dengan penuh kekecewaan. “Kak Revan ... sungguh keterlaluan!”Revan yang sempat membeku karena tamparan Jolie, langsung mengembalikan pandangan untuk menatap gadis tersebut.“Ya,” jawab pria itu dengan wajah datar dan dingin. Matanya memandang Jolie lurus, seakan ingin menelannya hidup-hidup. “Aku memang selalu berlebihan selama itu menyangkut dirimu.”Revan mendaratkan tangannya di tembok, lalu membungkukkan tubuh guna menyejajarkan pandangan dengan Jolie.“Akan tetapi ... sebegi
Mendengar tuduhan kakaknya, Jolie memasang wajah tak percaya. “Kakak!”Mendengar suara sang adik, Filbert pun berpaling pada Jolie. “Kamu juga, Jolie! Kamu itu masih dalam pengawasan di rumah ini, belum menikah! Jadi, jangan menggoda Revan dan merusak kesuciannya!”Mulut Jolie terbuka lebar. Filbert ini bicara sembarangan apa, sih?!Kenapa kakaknya itu malah menuduhnya merusak kesucian Revan!? Apa selain otot, otak kakaknya itu tidak bisa berfungsi!?Jelas-jelas yang dirusak kesuciannya adalah Jolie, bukan sebaliknya!“Kenapa kalian jadi ribut-ribut, sih?”Orang tua Jolie yang tadi berada di ruang tamu langsung masuk saat mendengar suara kencang dari Jolie dan Filbert.Melirik Filbert yang tampak berdebar dengan Jolie, Hannah, sang mama, langsung menegur putra sulungnya, “Mama ‘kan cuma suruh kamu tanya apakah Jolie dan Revan sudah bicara, Bert. Kenapa kamu malah gangguin adikmu?” Di saat ini, Filbert memutar bola matanya. “Aduh, Ma. Kok jadi Filbert sih?” Dia langsung menjelaskan, “K
Pagi-pagi benar Revan menjemput Jolie di rumah. Filbert beserta kedua orang tua Jolie pun mengantarkan mereka sampai ke pintu utama kediaman keluarga Manara.“Ingat ya, Jolie. Kalian tidur kamar terpisah. Jangan aneh-aneh sama Revan dulu. Kamu dan Revan itu belum menikah,” Filbert melepas Jolie pergi diiringi segunung petuah. Sejak memergoki Jolie hampir berciuman dengan Revan, Filbert memang tak ada henti-hentinya menggoda sang adik.“Kakak! Apaan, sih?!” seru Jolie dengan wajah kesal, tapi kakaknya hanya tertawa.Di sisi lain, Jolie juga melemparkan tatapan sebal kepada Revan. Yang dilirik, seperti biasa, hanya memasang wajah datar.“Sudah, sudah,” ucap Hannah. Dia tersenyum pada sang putri. “Kamu di sana dengerin Revan, ya. Jangan aneh-aneh dan ngerepotin.”Jolie menjadi semakin merengut. Kenapa tidak ada satu pun orang yang lebih percaya padanya dibandingkan Revan?!Andai mereka tahu apa yang sudah dilakukan pria tersebut kepada Jolie, apa mereka masih akan mengatakan hal yang sam
Jantung Jolie berdebar keras mendengar ucapan Revan. Hatinya bertanya-tanya, kenapa pria ini peduli mengenai kenapa Jolie masih menyukainya atau tidak?Bukankah yang terpenting adalah mereka tetap menikah dan Revan bisa mendapatkan warisan dari neneknya?Pusing, Jolie langsung mendorong Revan menjauh. “Aku mengantuk,” ucapnya seraya memakai selimut yang disediakan. “Aku mau tidur dulu. Jangan ganggu aku.” Kemudian, dia pun menggulung diri bak ulat bulu agar jauh dari jangkauan Revan.Tanpa Jolie ketahui, Revan menatap dirinya dalam untuk beberapa saat. Pancaran mata dingin yang biasa menyelimutinya menghilang dan digantikan kelembutan tak terhingga. Hanya untuk sesaat, karena detik dia mengalihkan pandangan kepada tablet di depan mata, aura dingin itu kembali menyelimuti.Diam-diam membuka mata dan melirik Revan, Jolie menghela napas dalam hati. Dia menggigit bibirnya dan membenamkan wajah ke dalam selimut.‘Perjalanan ini akan panjang.’**Sesudah menghabiskan waktu puluhan jam di pes
Sekitar setengah jam kemudian, bel kamar Jolie berbunyi. Pintu terbuka, dan Jolie melihat Revan telah siap dengan setelan jas lengkap.Jolie menatap Revan dari ujung kepala sampai kaki. “Kenapa rapi banget? Memang mau ke mana?” tanya gadis itu dengan alis tertaut.“Restoran hotel ada dress code," jawab Revan. Dia pun memerhatikan penampilan Jolie dari atas ke bawah. “Kenapa tidak ganti baju?” tanya pria itu saat sadar baju yang Jolie kenakan masih sama.Jolie menggigit bibirnya dan menatap Revan gelisah. “Aku ... aku nggak bawa baju banyak, jadi pakai lagi yang ini,” jawabnya. Dia kembali bertanya, “Apa nggak bisa kita makan di restoran lain, Kak? Aku rasa ... bajuku kurang cocok.”Revan menautkan alis, merasa ada yang aneh. “Hotel jelas dirimu yang pilih. Semua karena ingin mencoba restoran di lantai bawah itu, ‘kan? Kenapa sekarang ingin ganti restoran?” tanyanya.“Eh ... itu ... aku nggak jadi ....”Melihat sikap Jolie yang gugup, Revan langsung melirik ke belakang Jolie. Mendapati
“Jolie ….”“Tidak ….”“Lihat aku ….”“Sudah kubilang ‘tidak’, berarti ‘tidak’! Kak Revan nggak ngerti bahasa manusia, ya!?” bentak Jolie dengan pipi mengembung, tampak marah.Sekarang, Revan dan Jolie sedang berada di area pemandian air panas hotel. Keduanya tampak sibuk menyantap makan malam selagi berendam, sebuah pelayanan yang disediakan oleh pihak hotel. Ya, itu benar. Inilah yang dimaksud Revan dengan ‘makan malam dengan cara lain’. Alih-alih makan di restoran bintang lima hotel, Revan memutuskan untuk membawa Jolie makan malam di area kolam panas yang sepi. Alasannya, karena hanya tempat itu yang cocok dengan pakaian yang Jolie miliki dalam koper!Sepanjang makan, Jolie memilih diam. Sengaja dia mengabaikan Revan. Melirik pun tidak. Alasan pertama, tentu saja karena dia sangat malu telah salah sangka pada pria itu. Alasan kedua … Jolie tak bisa fokus dengan sosok Revan yang tidak mengenakan pakaian!Revan yang sedari tadi berusaha menghibur gadis itu akhirnya berkata, “Kau sem
Menatap sosok Revan yang memandangnya dalam, Jolie merasa jantungnya berdebar.Jolie sadar, ucapan Revan inilah yang memantik ingatan masa lalu Jolie itu. Pun kejadian itu terjadi bertahun-tahun lalu lamanya, tapi hati Jolie masih bisa merasakan jelas sakit yang sama dengan hari itu. Hal tersebut membuat Jolie tak elak bertanya-tanya.‘Apa … sebenarnya aku masih memiliki perasaan padanya?’Selagi Jolie terdiam, Revan gegas berdiri dari pinggir tempat tidur untuk mengarah ke kamarnya. “Karena kau sudah baik-baik saja, aku akan kembali ke kamar.” Dia melirik Jolie yang masih bungkam. “Cepatlah bersiap. Pagi ini kita akan beli pakaian baru untukmu dulu.”Tanpa mengatakan apa pun lagi, Revan pun pergi ke kamarnya melalui pintu hubung.Saat ruangan kembali dihuni Jolie sendiri, gadis itu langsung merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur dengan wajah tertutup selimut. ‘Jolie Althea Manara, kamu nggak bosan jadi badut di depan Kak Revan, ya?! Kalau terus begini, bagaimana kamu bisa lepas dari