Usai makan siang berdua saja bersama Lady Amelia, sang pangeran mengajak gadis itu berjalan ke taman belakang kediaman Stormside yang bertetangga langsung dengan kebun istana. "Kita berjalan kemari lagi, Your Grace. Apa Anda ingin pulang ke Pavilliun Phoenix?" tebak Lady Amelia yang memang benar.Pangeran William tertawa pelan memandangi sosok cantik nan anggun yang digandeng olehnya itu. "Iya, kita memang ke sana. Apa kau tahu kalau aku senang bila ada kau yang menemaniku?" tanya pemuda itu iseng."Ohh—saya tersanjung." Wajah Lady Amelia merona dan ia mengipasinya dengan kipas kayu cendana yang dibawanya di tangan kiri.Kemudian Pangeran William berkata lagi, "Oya, ada kabar buruk tentang Pangeran Ares. Dia menghilang saat turnamen berkuda cepat tadi pagi. Dugaanku mungkin dia tersesat dari rute yang seharusnya, pertigaan Winter Manor dan Lordes Borough memang membingungkan bagi penduduk luar Wisteria.""Ohh—semoga beliau baik-baik saja. Winter Manor memiliki medan sulit dan terjal,
Dengan segera Pangeran William Lancester bangkit berdiri dari sofa. Posisinya yang janggal tadi bersama Lady Amelia dan terpergok oleh Puteri Alea yang hobi menerobos masuk ke kamarnya membuatnya jengah. Dia pun berkata dengan nada keras, "Kenapa selalu tidak mengetok pintu sebelum masuk ke kamarku, Princess Alea?! Ada perlu apa?"Gadis itu menatap Lady Amelia dengan aura permusuhan seraya berkata sinis, "Ini bukan sesuatu yang pantas dilakukan oleh seorang pangeran dan seorang lady—" "Bukan hak Anda mengkritik apa yang kulakukan dengan calon istriku. Katakan apa keperluan Anda bila memang penting!" potong Pangeran William menekankan kata 'bila' karena dia yakin kedatangan gadis itu pasti hanya ingin membicarakan tentang hilangnya kakandanya, Pangeran Ares Kincaid.Puteri Alea menelan harga dirinya yang tinggi, dia kesal dan rasanya ingin melemparkan perkakas ke arah sang pangeran Wisteria itu. Dia pun meredam emosinya lalu berdehem. "Ehm, orang-orang Anda tidak berhasil menemukan Ka
Tuan puteri dari Drakenville Kingdom marah besar, sesampainya di kamarnya Puteri Alea menghancurkan kamarnya dengan melemparkan perabot apa pun yang dapat diraih tangannya lalu melemparkannya ke dinding. "Aaaarrrggghhh!" teriaknya frustasi dengan wajah menyeramkan. Dia berseru, "beraninya anak perdana menteri itu merebut pangeran dariku! Dia tak layak disandingkan dengan seorang calon raja masa depan Wisteria Kingdom!"Kedua pelayan pribadi yang melayaninya secara khusus yaitu Dayang Lichia dan Dayang Rosaline saling bertukar pandang tak berani berkata sepatah kata pun. Mereka takut kena amuk sang puteri yang sepertinya cemburu berat kepada Lady Amelia Stormside. Seisi wisma dayang sudah mengetahui gosip panas mengenai calon istri pilihan Pangeran William Lancester.Tak hanya itu saja rencana pertunangan kakak Puteri Alea dengan Lady Amelia juga diinterupsi oleh Pangeran William. Banyak spekulasi positif dan negatif yang beredar mengenai sepak terjang puteri perdana menteri Wisteria
"Ohh ... Jeff, aku butuh seseorang untuk mengajariku melakukan pertarungan lembing berkuda. Kau sendiri tahu, akan terlalu aneh bila aku meminta sang pangeran mengajariku karena itu sama sekali tidak mungkin dilakukan oleh seorang wanita dengan alasan apa pun!" Lady Amelia merecoki Jeffrey Ross pagi itu di istal keluarga Stormside.Sementara pemuda itu sedang memandikan kedua kuda berbulu hitam yang biasa menarik kereta kuda nona mudanya. Hari ini adalah akhir pekan dimana sekolah libur jadi mereka tidak pergi ke Drakenville. Jeff pun menjawab, "Miss Amy, aku ada ide. Bagaimana kalau kau menyamar menjadi Alex lalu kita ke markas prajurit Wisteria? Mungkin ada prajurit yang bersedia mengajarimu tekniknya karena Alex banyak dijagokan untuk memenangkan turnamen ketangkasan 5 tahunan. Taruhan selalu menarik berkaitan dengan Alexander Banning karena fisiknya begitu ringkih, tetapi aksinya selalu mengejutkan hingga terus menerus lolos ke babak berikutnya."Senyum secerah mentari pagi terbi
Sesampainya di Pavilliun Phoenix kedua sejoli itu duduk bersebelahan di sofa sembari bercerita aktivitas mereka sejak pagi tadi. Lady Amelia mendengarkan cerita sang pangeran dan memahami bahwa pemuda yang masih belia itu sangat sibuk."Apa kau lelah, Willy? Aku bisa memijitmu bila kamu mau," tawar gadis itu.Pangeran William Lancester terkekeh lalu menjawab, "Baiklah, coba saja, Amy. Apa kau memang bisa memijit dengan benar? Kurasa otot leher dan bahuku terasa sedikit kaku."Maka Lady Amelia bangkit berdiri dari sofa lalu berjalan ke belakang punggung sang pangeran, dia mulai menyentuh bagian leher dan mengurutnya perlahan sampai ke garis ujung bahu kekasihnya berulang kali hingga otot yang awalnya teraba kaku menjadi rileks.Kemudian Pangeran William menangkap tangan Amy seraya berkata, "Terima kasih, Sayangku. Jadi apa kau ingin meminta sesuatu dariku sebagai tanda terima kasih?"Lady Amelia menggelengkan kepalanya, dia menjawab, "Itu layanan gratis dariku, Willy. Kau melakukan ban
Ketika lawannya mendekat ke arahnya dengan cepat, Alex segera melakukan trik yang diajakan oleh Sean MacFilan. Dia merunduk ke sisi leher kudanya untuk menghindari tusukan lembing kayu. Tindakan itu dibarengi dengan serangan mendadak dari jarak dekat, lembing kayu yang dipegang kuat-kuat oleh Alex mendorong bahu Lord Stefan O'Brien, lawannya dari Drakenville."CRAKKK!" Bunyi lembing kayu yang pecah menubruk lempengan besi baju zirah terdengar mengerikan disusul bunyi tubuh yang terjatuh dari punggung kuda, "BRUUKKKK!""Waaaaahhh!" seru para penonton di tribun amphitheater itu ketika mengetahui pemenang lomba bertarung lembing berkuda adalah Alex.Willy berdiri dari tempat duduknya lalu bertepuk tangan sendirian karena para penonton lainnya belum pulih dari keterkejutan mereka. "Plok ... plok ...plok!" Tepuk tangan lainnya menyusul dengan membahana bersama siulan yang meriah mengapresiasi keberhasilan Alex mengalahkan lawannya yang diunggulkan sebelumnya.Dia memeluk pemuda kerempeng i
Siang itu seperti biasa Pangeran Ares yang masih hilang ingatan membaca buku di kamar tamu. Dia duduk bersandar di kepala ranjang sembari asik membalik lembar demi lembar buku tebal di tangannya."TOK TOK TOK." "Permisi, Kak Ares. Kubawakan makan siang untukmu, semoga kau suka dengan masakan buatanku ini," ucap Queenta sambil membawa nampan berisi makanan beraroma lezat menggoda lalu meletakkannya di nakas samping tempat tidur.Pemuda itu tersenyum memandangi Queenta yang sibuk menyiapkan makan siang untuknya ke sebuah piring kosong. "Kau terlalu memanjakanku, Adik Kecil yang Manis!" ujar sang pangeran."Apa badanmu sudah tidak terasa sakit sekarang?" tanya Queenta sembari duduk di kursi samping tempat tidur Pangeran Ares. Dia mulai menyuapi pria besar itu."Sudah sangat baik. Mungkin karena kau yang rajin merawat semua luka-luka di tubuhku dan membuatku minum obat tepat waktu," jawab sang pangeran sambil mengunyah makanan yang disuapi oleh Queenta Larson. "Syukurlah kalau begitu. M
"Jenderal Jason bertahanlah ...," pinta Sersan Yuna Almeira yang menemani jenderal muda dari Drakenville di kamar tamu istana raja.Badan besar pria itu mulai turun suhunya seiring dengan kehilangan banyak darah. Wajahnya mulai pucat membiru di pangkuan sersan wanita yang menjadi satu-satunya teman di masa kritisnya. "Yu—Yuna ... sebelum aku mati, sebaiknya ... aku ... mengatakannya," ucap Jenderal Jason dengan napas pendek-pendek karena dadanya terasa sesak."Kenapa Anda malah banyak bicara? Nanti saja, tunggu dokter istana datang. Saya takut terjadi hal yang tidak-tidak terhadap Anda!" omel wanita berpakaian serba hitam dalam operasi militer rahasia itu sembari menyeka keringat yang bercucuran di wajah sang jenderal."Ini ... ini penting! Aku menyukaimu—kalau aku ... masih hidup ... nanti, maukah kau menikah denganku?" Perkataan Jenderal Jason Oliviera membuat Sersan Yuna terperangah. Dia tidak pernah memikirkan hal tersebut barang sekali pun. Pria di dalam dekapannya itu memiliki s