Share

Pagutan Hangat

Udara pagi di Puncak benar-benar menggigit tulang. Sinar mentari masih malu-malu untuk menerobos awan, sehingga menyisakan hawa dingin yang tak kunjung usai. Aku pun semakin merapatkan selimut.

Namun, ketika hendak memejamkan mata kembali, ingatanku langsung ke Dion. Aku mendengkus, kemudian menggeliatkan badan. Rasanya sangat malas untuk bangkit dari tempat tidur.

Segera aku raih ponsel, kemudian menekan tombol panggilan ke nomor kontak Dion. Namun, panggilan urung karena terdengar suara ketukan di pintu.

"Nona, apakah hari ini Nona tidak ingin pergi ke kantor atau kembali ke rumah?" tanya Dion setelah mengetuk pintu.

Aku masih terdiam tak menyahut.

Terdengar kembali ketukan pintu hingga beberapa kali dengan diiringi panggilan. "Nona Riana ... bangun, Nona."

Kembali aku mendengkus kesal. Entah mengapa aku merasa Dion berusaha sedang membujukku agar mau pulang.

"Masuklah!" perintahku seraya menarik selimut hingga menutupi wajah.

Terdengar suara pintu dibuka, tetapi aku memilih tetap m
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status