Regan yang masuk ke kamar dibuat heran karena ternyata kamar sangat berantakan. Gaun berserakan di atas tempat tidur. Beberapa ada yang jatuh ke lantai.
Masuk ke dalam ke kamar. Regan meraih gaun yang terjatuh di lantai. “Kenapa kamu mengeluarkan semua gaun?” tanyanya penasaran.“Aku sedang memilih gaun untuk makan malam nanti,” ucap Selly. Tangan Selly masih bergerak memilih gaun, kemudian mengarahkan ke tubuhnya. “Cocok tidak dengan aku?”Dahi Regan berkerut dalam. Merasa aneh untuk apa istrinya itu memilih gaun. “Kita hanya makan malam biasa, untuk apa kamu sibuk memilih gaun.”Selly malas sekali membalas ucapan Regan, karena tidak mungkin dia mengatakan jika sebenarnya dia ingin tampil lebih cantik dibanding Clarisa.Mengabaikan Selly, dia mengganti gaun dan menempelkan ke tubuhnya. Kemudian bertanya pada Regan, “Kalau yang ini? Bagus tidak?”“Pakai apa saja akan bagus untukmu, tetapi pilihlah sesuatu yang membuatmu ny“Sayang,” panggil Regan menggoyang-goyangkan tubuh Selly. Membuat Selly yang tidur nyenyak tidur, mengerjap. “Kamu sudah pulang?” tanya Selly yang menyadari Regan membangunkannya. Namun, sejenak dia mencium aroma parfum milik Regan. Tampilan Regan yang sudah rapi juga membuat Selly memikirkan, kenapa Regan sudah rapi dengan pakaian pergi?“Jam berapa ini?” tanya Selly membuka netranya ketika mengingat jadwal hari ini.“Jam empat pagi,” jawab Regan datar. “Astaga, apa kita terlambat untuk penerbangan? Apa kita tidak jadi berangkat ke Bali.” Selly bangkit dari tempat tidurnya dengan paniknya. “Tidak, kita masih punya waktu, bersiaplah.” Di saat Selly panik, Regan masih tenang menjawabnya. “Kenapa semalam kamu tidak membangunkan aku?”“Jika kamu terus saja protes, kita akan benar-benar terlambat!” Regan menatap tajam. Memberikan peringatan keras pada Selly, mengingat waktu yang dimiliki tidaklah banyak. Selly menutup mulutnya rapat-rapat. Kemudian, dia bangkit dari tempat tidur untu
Usai makan malam, Regan dan Selly kembali ke kamarnya. Tanpa berlama-lama, Regan mengambil laptopnya untuk mengirim file yang diminta Clarisa. Memilih meja yang terdapat di balkon untuk meletakkan laptopnya. Selly memilih untuk duduk di tempat tidur. Netranya memandangi Regan yang sedang sibuk di depan laptop. Perasaannya begitu kesal karena merasa terganggu dengan apa yang dilakukan Clarisa. File yang dikirim berhasil, Regan menutup kembali laptopnya. Namun, baru saja dia menutup laptopnya, suara pesan masuk terdengar. [Re, bisakah kamu jelaskan sedikit tentang file yang kamu kirim?][Baiklah, aku akan menghubungimu] Regan yang selesai mengirim file justru beralih pada ponselnya, menghubungi Clarisa untuk menjelaskan beberapa. Selly yang tadinya duduk bersandar di headboar tempat tidur kembali dibuat geram dengan aksi Regan. Dengan kasar, dia menjatuhkan tubuhnya di atas tempat tidur. Menarik selimut dan menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut. Kenapa dia harus ada acara tele
Waktu libur kali ini, digunakan Selly untuk belajar memasak. Berharap Regan akan bangga jika memiliki istri yang pandai memasak.Dibantu dengan asisten rumah tangga, Selly membuat kue. Walaupun sudah sesuai dengan resep, tetap saja membuat Selly kesulitan. Setelah bersusah payah membuat, akhirnya brownis buatannya jadi juga. Membawanya ke meja makan Selly begitu penasaran dengan rasa kue yang dibuatnya. Memotong kue, dia memindahkan pada piring kecil. Namun, belum sempat dia memakannya, suara Regan terdengar dan mengalihkannya. “Kamu sedang apa?” “Kamu sudah pulang,” ucap Selly yang melihat Regan datang. Regan mengangguk dan menghampiri Selly. Dilihatnya kue brownis di atas meja. Tampilannya tak secantik di toko kue, tapi aroma manisnya begitu menggugah selera. “Aku buat kue, apa kamu mau coba?” Regan menatap tak percaya dengan kue yang dibuat Selly, tetapi merasa tidak enak jika menolak.
Tak terasa waktu bergulir dengan cepatnya. Sebulan Regan dan Selly menikah. Regan yang sibuk dengan proyek pembangunan apartemen, membuat mereka jarang sekali bertemu. Mereka bertemu hanya ketika pagi. Karena ketika Regan pulang, selalu saja Selly sudah tidur. Beberapa kali Selly menunggu Regan, tetapi hasilnya paginya dia pusing karena kurang tidur. Akhirnya, dia memilih tak menunggu lagi. Namun, ada yang beda dengan hari ini. Walaupun semalam tidak menunggu Regan, kepalanya terasa begitu sakit. Kepalanya berdenyut dan membuatnya begitu kesakitan. “Kamu tidak bersiap untuk ke kantor?”“Kepalaku pusing,” ucapnya seraya memegangi kepala. “Apa semalam kamu menungguku?” “Tidak. Aku tidur di jam sembilan.” Regan menghampiri Selly. Duduk di tepi ranjang dan mengarahkan tangannya menuju ke dahi istrinya. Mengecek suhu tubuh Selly. “Tidak demam.” “Aku memang hanya pusing saja.” “Aku akan ambilkan paracetamol.” Regan berdiri mengambil ob
Penampakan apartemen kini sudah mulai kelihatan berdiri kokoh di lahan seluas empat ratus ribu persegi. Rencananya apartemen akan didirikan dengan tiga puluh enam lantai dan mal akan berdiri dengan tujuh lantai. Akan ada toko-toko dan tenant yang akan mengisi mal. Setahun sudah berlalu sejak pembangunan dimulai. Beberapa apartemen juga sudah mulai ditawarkan dan dijanjikan akan ditempati dua tahun lagi. Promo pemesanan diberikan dengan segala kemudahan cicilan. Dengan hadiah-hadiah menarik yang membuat konsumen tertarik.Waktu yang bergulir dengan cepatnya membuat Regan sudah banyak menghabiskan pikiran dan tenaganya untuk pembangunan itu. Semuanya di bawah pengawasannya. Hingga tak banyak terjadi masalah sama sekali.Namun, berbeda dengan kantor yang tak pernah ada masalah berat. Masalah justru muncul di dalam pernikahan Regan dan Selly. Regan yang begitu sibuk, tak punya waktu untuk istrinya. Setahun belakangan ini dia sibuk menyiapkan proyek-proyek lain sel
Dua hari lalu Selly datang ke kantor untuk memberitahu papanya jika dia memilih berhenti bekerja. Awalnya papanya tidak terima karena Selly harus belajar meneruskan perusahaan. Dengan penuh keyakinan Selly menjelaskan, jika aku tetap bekerja, hanya sedikit waktuku bersama Regan. Hal itu mengganggu keharmonisan rumah tanggaku, Pa. Aku ingin punya waktu lebih banyak dengan Regan. Karena jika dua-duanya sibuk, tak akan pernah kami bisa menemukan waktu.Mendengar penjelasan Selly, papanya akhirnya paham dan setuju. Lagi pula karier menantunya sedang menanjak, dan jika sampai anaknya juga sibuk justru akan berdampak buruk untuk rumah tangga anaknya. Kini kegiatan Selly berkutat di rumah saja. Hari pertama kemarin sudah membuatnya sangat senang. Bagaimana tidak, pagi-pagi dia sudah sibuk menyiapkan sarapan. Kemudian menyiapkan keperluan Regan dan membantu Regan bersiap.Setelah Regan berangkat, Selly memilih untuk menyiapkan makan siang. Dengan penuh sema
Pagi-pagi sekali Selly sudah tidak menemukan Regan di sisi tempat tidur. Matahari belum menampakkan sinarnya, tetapi pria itu sudah tidak ada. Menyibak selimutnya, Selly bangkit dari tempat tidur. Tempat yang dicarinya pertama kali adalah kamar mandi. Dia ingin mengecek apakah Regan ada di sana. Walaupun dalam keadaan kesal, rasa penasarannya lebih kuat, hingga dia memilih untuk mengetuk pintu. Sayangnya beberapa ketukan dia lakukan, tidak ada jawaban dari dalam. Hingga akhirnya dia memilih untuk membuka pintu kamar mandi. Tampak kamar mandi kosong, tetapi terlihat basah-tanda jika baru saja kamar mandi dipakai. Pertanyaan di mana Regan menghantui pikirannya. Ingin segera menemukan jawaban, dia memilih keluar dari kamar mandi. Langkahnya dia ayunkan ke lantai bawah, mencari keberadaan Regan. Sayangnya tidak ada juga Regan di sana. Sampai Selly mencari asisten rumah tangganya. “Apa Bibi lihat Regan?” tanyanya ketika menemukan asisten rumah
Mobil terus melaju membelah kemacetan siang itu. Mobil terus melaju dengan cepatnya dan berhenti di sebuah kampus. Satu tempat yang menjadi tujuan Selly adalah kampus Bryan. Selly menghubungi adiknya untuk datang ke tempat parkir menemui dirinya. Ada banyak pesan yang harus dia sampaikan sebelum pergi. Bryan yang kebetulan ada kelas, merasa kesal sekali kakaknya datang tanpa tahu waktu. Mau tak mau Bryan harus berpura-pura ke toilet untuk bertemu dengan kakaknya. “Apa kamu tidak punya pekerjaan hingga Kakak ke sini?” tanya Bryan saat masuk ke dalam mobil. Saat menoleh untuk menatap Selly dia melihat kakaknya sedang menangis. “Kak, apa yang terjadi?” Tangan Bryan menarik tubuh kakaknya ke pelukannya. Isak tangis Selly terdengar ketika adiknya dengan lembut memeluknya. “Ada apa sebenarnya?” tanyanya kembali. “Aku bertengkar dengan Regan,” jawab Selly seraya menjauhkan tubuhnya. “Apa Kak Regan selingkuh?” tany