"Welcome home ka-""Sssst."Amanda yang kebagian membuka pintu, langsung menutup mulutnya rapat-rapat ketika Arka langsung mendesis agar sang mama menghentikan sambutannya, karena di pangkuan, dia membawa Aludra yang masih tertidur lelap.Tiga jam perjalanan Jakarta-Bandung, Fortuner hitam yang dikendarai Pak Walim sampai di Bandung—tepatnya di Dago Village, salah satu perumahan ellite di kawasan Bandung yang sekarang menjadi tempat tinggal Arka dan Aludra.Membeli rumah di kawasan yang sama dengan Aksa—sang kakak, Arka rela merogoh kocek dalam-dalam dan mengeluarkan tabungannya untuk membeli rumah impian yang sudah sejak lama dia idam-idamkan untuk ditinggali bersama keluarga kecilnya nanti.Rumah dengan panorama pemandangan kota Bandung langsung itu memang cukup membuat para penghuninya nyaman. Beruntung, dengan bantuan sang kakak, Arka bisa mendapatkan salah satu unit rumah di sana karena memang jumlah rumah yang tersedia tidak banyak."Kenapa?" tanya Amanda—setengah berbisik. Tah
***Makan malam pertama bersama keluarga Arka.Selesai mengganti baju dan merapikan penampilan, Aludra dan Arka turun bersama untuk menghampiri Amanda dan yang lainnya di meja makan.Jika tadi ada Ananta—kakak ipar Arka, maka sekarang di meja makan hanya ada Dirga, Amanda, juga Aksa yang sudah menunggu."Lho, Ma. Ananta mana?" tanya Arka saat dia menuntun Aludra menuju meja makan panjang berukuran cukup besar di sana."Ngapain nanyain istri orang?" Bukan berasal dari Amanda maupun Dirga, pertanyaan itu jelas dilontarkan Aksa—sang kakak yang memang terbilang cukup possesive juga cemburuan.Jangankan orang lain, pada Arka saja dia terkadang merasa cemburu karena cinta monyet yang pernah terjalin diantara istrinya dan sang adik."Nanya doang, Kak," ucap Arka. "Sensi amat.""Tenang Aksa, Arka sekarang udah nikah," ucap Amanda sambil terkekeh. "Udah ada pawangnya. Jadi aman.""Iya, lagian pawangnya Arka juga enggak kalah cantik," ucap Dirga menimpali. Setelah itu, dia mengalihkan perhatian
***"Haus, pengen minum."Aludra membuka matanya perlahan lalu bergumam pelan ketika rasa kering di tenggorokan mengganggu tidurnya. Tidur dengan posisi menyamping, menghadap ke arah meja, dia mengulurkan tangan untuk mencari keberadaan segelas air.Namun, kedua alisnya lantas berkerut ketika Aludra merasa sesuatu melilit di perutnya. Masih berbaring dengan posisi yang miring, Aludra menunduk—memandang perutnya dan jelas saja dia membulatkan mata ketika melihat tangan Arka ada di sana.Arka memeluknya dan kini Aludra pun sadar jika pria itu menempel di punggungnya."Sejak kapan Mas Arka peluk aku?" gumam Aludra.Tadi, setelah bercanda beberapa menit, tepatnya pukul sepuluh malam, Aludra dan Arka pergi tidur. Tak mengambil posisi yang mesra, keduanya tidur seperti biasa di bagian ujung kasur dan saling membelakangi, hingga kini tepat dini hari, ketika terbangun, tangan Arka sudah ada di perut Aludra.Entah melakukannya dengan sadar atau tidak, Aludra tak tahu, karena yang terpenting se
***"Masih tidur juga."Arka yang baru saja keluar dari kamar mandi setelah hampir lima belas menit membersihkan badan, hanya bisa mengukir senyuman tipis ketika melihat Aludra masih meringkuk di balik selimut, padahal jam dinding di kamar sudah menunjukkan pukul setengah tujuh, bahkan sinar matahari yang menyelinap lewat jendela yang gordennya sudah dibuka pun sudah nampak.Alih-alih membangunkan sang istri untuk melayani paginya, Arka justru memilih untuk membiarkan Aludra lelap dalam tidurnya karena dia tahu perempuan itu pasti lelah.Bukan laki-laki yang gila dilayani, mandirinya seorang Arkananta membuat dia menyiapkan sendiri pakaian ke kantornya hari ini karena nanti pukul tujuh, Arka harus kembali ke kantor untuk bekerja di perusahaan sang papa sebagai manajer."Dulu aku pernah punya mimpi, setiap pagi sebelum ke kantor, istri aku dengan telaten masangin dasi sambil senyum," oceh Arka ketika kini dia memasangkan dasinya di depan cermin besar yang berada di kamar. Setelah itu d
***Hal yang paling ditakuti seorang perempuan saat tinggal bersama mertua adalah bangun terlambat ketika suaminya tak ada, karena semua itu akan menjadi momen yang paling awkward. Dan sialnya, pagi ini semua itu terjadi pada Aludra. Setelah Arka berangkat kerja pukul tujuh pagi, Aludra baru sadar dari tidur panjangnya pukul sembilan—tepat ketika matahari pagi mulai naik bahkan menerobos masuk ke dalam kamar."Mas Arka," gumam Aludra parau ketika dia yang sejak tadi tidur telungkup membuka matanya. Melirik ke sisi kiri, Aludra meraba kasur dengan tangan kiri untuk mencari keberadaan Arka. Namun, nyatanya orang yang dia cari tak ada.Arka tak ada di kasur dan tentu saja Aludra yang semula malas-malasan membuka mata, langsung beringsut untuk mengubah posisinya menjadi duduk.Dengan wajah bantal juga rambut coklatnya yang berantakan, Aludra menguap sambil mengerjapkan mata beberapa kali. "Mas Arka ke mana ya," gumamnya. "Ini juga jam berapa ya? Kaya udah siang."Turun dari kasur lalu me
***"Ya ampun sosweet banget sih."Aludra yang duduk sambil bertopang dagu di atas meja, lantas mengukir senyuman manis ketika drama korea yang sedang dia tonton di laptop menampilkan adegan yang paling dia suka.Kissing scene. Meskipun, selama ini Aludra sering diam di kamar dan sangat jarang keluar, isi pikirannya tak sebersih yang dipikirkan orang, karena dari berbagai drama korea yang dia tonton, sudah tentunya Aludra sering melihat adegan saling menautkan bibir yang dilakukan tokoh utama.Namun, herannya. Meski sudah sering menonton adegan hal seperti itu, Aludra tetap belum tahu bagaimana berciuman yang baik dan benar dengan lawan jenis. Padahal, sudah seharusnya dia hafal karena entah besok atau lusa, mungkin Aludra akan melakukannya dengan Arka yang semakin hari semakin berani terang-terangan menciumnya."Nonton itu kok kaya gampang banget, tapi tetep aja pas mau praktek susah," gumam Aludra. "Itu bibirnya pertama bersentuhan terus ...."Aludra menjeda ucapannya lalu mencondon
***"Ini tuh tadi lupa gimana ya aturan minumnya? Sehari satu kan, ya?"Arka yang baru saja memakai safetybeltnya menghembuskan napas kasar ketika pertanyaan itu kembali dilontarkan Aludra yang terlihat masih bingung dengan pil kontrasepsi yang baru saja dibeli dari apotek.Berkonsultasi pada dokter kandungan yang kebetulan dikenal Arka, Aludra mendapat saran untuk memakai pil sebagai alat kontrasepsi karena dari semua jenis, pil terbilang obat yang minim menimbulkan efek samping juga sangat mudah dikonsumsi.Sangat cocok untuk seorang Aludra yang anti ribet. Meskipun, resikonya pun cukup besar. Lupa meminum beberapa kali saja, kemungkinan hamil besar terjadi. Apalagi Aludra masih dalam masa subur.Namun, tentunya sebagai suami, Arka siap menjadi alarm yang bertugas mengingatkan Aludra setiap malam untuk meminum pil tersebut sebelum tidur selama beberapa bulan ke depan sampai Aludra siap hamil."Kamu tadi perhatiin dokternya ngomong enggak sih?" tanya Arka sambil mendelik. Dia kemudia
***"Mas Arka pakenya gini, kan?"Selesai mengikatkan tali celemek di belakang punggungnya, Aludra menghampiri Arka yang sibuk membereskan isi kulkas lalu mengeluarkan bahan-bahan untuk masak malam ini.Sesuai rencana, Aludra akan belajar memasak dan menu yang akan dimasaknya adalam ayam tepung dengan saus spesial yang akan diracik sendiri."Iya kaya gitu, cantik," ucap Arka saat dia melihat Aludra sudah memakai celemek polkadot berwarna merah.Setelah itu, Arka beranjak sambil membawa semua bahan makanan lalu menyimpannya di meja pantry yang akan dipakai untuk memasak."Rambutnya jangan digerai," pinta Arka. "Nanti masuk ke makanan.""Oh gitu ya?""Iya, mana sini bawa ikat rambutnya enggak?" tanya Arka."Ada, sebentar," jawab Aludra sambil merogoh saku celana training yang dia pakai lalu mengeluarkan ikat rambut dari sana dan memberikannya pada Arka. "Nih, rambutku mau diiketin?""Iya," jawab Arka. Dia menyimpan semua bahan makanan di meja lalu berjelan ke belakang Aludra dan mulai m