***"Aludra aneh."Tanpa basa-basi, ucapan tersebut langsung diucapkan Arka tepat ketika Alula datang menghampiri lalu duduk di sampingnya.Mengerutkan kening, Alula memandang adik iparnya dengan tatapan pura-pura tak mengerti, karena pada kenyataannya dia jelas tahu maksid dari ucapan Arka tersebut."Aneh gimana?"Arka menoleh. Dia yang semula menatap tangga di depan rumah, kini mengalihkan perhatiannya pada Alula."Dia lebih sensitif belakangan ini," kata Arka. "Enggak tau kenapa, Aludra sering marah-marah tanpa sabab.""Itu karena kamu lakuin kesalahan aja kali," jawab Alula tenang. "Alula marah pasti ada penyebabnya."Arka menghela napas. Memanfaatkan Aludra yang kini tertidur pulas setelah menyusui Regan, dia memang sengaja menemui Alula di kamar tamu untuk mengajak mantan istri sekaligus kakak iparnya itu mengobrol.Karena barangkali saja—sebagai Kakak, Alula mengetahui sesuatu pada Aludra yang disembunyikan darinya.Sampai detik ini, feeling Arka tentang Aludra yang menyembunyi
***"Pokoknya hari ini aku harus cantik."Berdandan di depan cermin, Aludra terus menyapukan spon bedak ke semua permukaan wajahnya agar terlihat cantik di depan Arka, malam ini.Minggu depan harus pergi ke luar kota untuk mengurus pekerjaan, dinner perayaan ulang tahun Arka yang kedua puluh sembilan maju satu minggu.Memesan tempat di sebuah restoran, bukan Aludra yang memberi kejutan melainkan sebaliknya.Di restoran, Arka sudah menyiapkan meja khusus untuk dia dan Aludra. Tak hanya satu kursi, Arka bahkan sengaja mereservasi satu restoran untuk malam ini—khusus dirinya dan Aludra.Dan yang akan diberikan Aludra sebagai kado ulang tahun hanyalah jam tangan karena memang Arka tak menuntut kado apapun.Bagi Arka, Aludra mau memaklumi pekerjaannya dan bersedia makan malam di waktu yang lebih cepat pun, dia bahagia.Sesuai permintaannya waktu itu, Arka juga hanya menginginkan Aludra tetap di sampingnya."Malam-malam kayanya enggak bakalan kelihatan kalau mata aku agak kuning," kata Alud
***"Aludra mana?"Arka yang sejak tadi duduk menunggu di kursi panjang depan IGD seketika menoleh ketika sebuah pertanyaan diucapkan untuknya.Bukan Dirga maupun Amanda, yang datang menemuinya adalah Aksa karena memang setelah menemukan Aludra tak sadar, Arka memilih untuk menghubungi sang kakak.Arka takut Regan dan Raiden belum tidur. Jika dia menelepon kedua orang tuanya, bukan tak mungkin mereka akan panik sampai lupa dengan si kembar."Di dalam," kata Arka. Wajahnya jelas terlihat frustasi menunggu dokter yang menangani Aludra tak kunjung keluar.Demi apapun, jika terjadi sesuatu yang macam-macam, Arka tak akan memaafkan dirinya sendiri."Udah berapa lama?" tanya Aksa setelah beberapa detik lalu pandangannya tertuju ke arah pintu bening bertuliskan Instalasi gawat darurat."Hampir setengah jam," kata Arka.Aksa menghela napas. Mendekati Arka, pria itu duduk di samping sang adik lalu sedikit membungkukan badannya.Setelah itu, Aksa memandang Arka dengan seksama. "Jadi sebenarnya
***"Mas pelan-pelan aja, enggak usah lari!"Alih-alih mengindahkan ucapan Aurora, yang dilakukan Dewa sekarang justru terus berlari menyusuri lobi rumah sakit tempat Aludra dirawat.Mendapat telepon dari Arka yang mengabarinya tentang kondisi Aludra, Dewa membatalkan semua jadwal meetingnya hari ini lalu bergegas menuju Bandung bersama Aurora juga Alula.Mengemudi dengan kecepatan tinggi, pajero sport hitam milik Dewa sampai di rumah sakit setelah menempuh perjalanan dua jam karena ketiganya memang berangkat pukul enam pagi."Shit." Dewa mengumpat ketika semua lift masih berada di atas. Mengedarkan pandangan, dia berlari menuju tangga agar bisa segera sampai di ruangan rawat Aludra di lantai tiga.Siuman, kondisi Aludra memang sedikit membaik dan dokter Septa pun mengizinkan dia untuk menjalani perawatan di ruangan biasa.Namun, tentunya setelah ini Aludra tak akan diizinkan untuk pulang. Parahnya kerusakan yang terjadi pada hatinya membuat dia harus segera mendapatkan donor.Jika di
***"Oke semuanya selesai ya, Mbak. Hasilnya akan keluar dua jam dari sekarang.""Baik, terima kasih suster."Teguh dengan pendiriannya, Alula tetap memutuskan untuk mendonorkan jaringan hatinya pada Aludra.Tak peduli sekeras apapun sang adik melarangnya untuk menjadi pendonor, Alula tetap melakukan rangkaian pemeriksaan untuk memastikan kecocokan jaringan hatinya dengan Aludra.Sebenarnya, dokter Septa sudah yakin Alula akan memiliki jaringan hati yang sama dengan Aludra karena bagaimanapun keduanya adalah saudara kembar identik.Namun, tentu saja tes pun harus dilaksanakan karena bukan hanya kecocokan saja yang harus dipertimbangkan, melainkan kesehatan Alula juga.Menjadi pendonor hati ataupun organ tubuh lain haruslah sehat fisik mapun psikis karena nantinya semua itu akan berpengaruh pada pasian yang menerima donor."Lu."Keluar dari ruangan pemeriksaan, Aurora yang sejak tadi menemani putrinya itu akhirnya bersuara setelah sejak tadi hanya diam tanpa melakukan protes apapun."K
***"Udah dong, kok nangis terus?"Pelan, Aludra mengusap pucuk kepala pria yang kini tengah menangis sesenggukan sambil menggenggam erat tangan kanannya yang dibalut infus.Mengabaikan gender juga orang di sekitarnya, pria itu menangis dengan suara keras setelah melihat keadaan Aludra yang cukup membuatnya terluka.Sore ini, Arka pulang bersama Dirga untuk memastikan keadaan si kembar juga mengganti pakaian karena sejak semalam pria itu belum berganti baju.Dewa dan Aurora juga ikut pulang untuk melihat kedua cucu mereka sekaligus beristirahat sebentar di rumah Aludra. Mungkin juga nanti Aurora menggantikan Amanda untuk menjaga si kembar.Di rumah sakit hanya berdua dengan Alula, Aludra dikejutkan dengan kedatangan seseorang yang datang langsung dari Jakarta. Tak membawa pasangannya, tamu spesial Aludra itu datang sendiri setelah mendengar kabar Aludra masuk rumah sakit. Tak hanya kabar itu, pria tersebut pun tahu penyakit apa yang diderita Aludra.Dan sebagai sahabat baik, dia jela
***"Jadi bagaimana hasilnya, Dokter? Jaringan hati saya sama Aludra cocok, kan?"Takut ada yang tidak beres dengan hasil pemeriksaannya, Alula langsung meminta dokter Septa untuk membicarakan semuanya di ruangan dokter tersebut agar apapun yang terjadi, Aludra tidak akan tahu.Alula yakin jika Aludra tahu ada yang bermasalah dengan tubuhnya, dia pasti tak akan mau menerima donor dari sang Kakak dan Alula tak mau semua itu terjadi.Apapun yang terjadi, bagaimanapun kondisinya, Alula ingin tetap mendonorkan jaringan hatinya untuk Aludra karena dia ingin sang adik kembali pulih seperti semula."Seperti dugaan saya sebelumnya, saudara kembar memiliki kemungkinan yang sangat besar punya jaringan hati yang sama dengan kembarannya," ungkap dokter Septa."Jadi?" Alula mengukir senyuman merekah."Jaringan hati Bu Alula dengan Bu Aludra 99,5% cocok," ungkap dokter Septa. "Dan itu persentase terbaik untuk dalam prosedur pendonoran organ.""Alhamdulillah." Alula berucap syukur. Dia bahagia karen
***"Ngapain di sini?"Arka yang sejak tadi berdiri di dekat pembatas seketika langsung menoleh ketika suara seorang pria terdengar dari belakang.Kembali ke rumah sakit pukul lima sore setelah menitipkan Regan dan Raiden pada Aurora. Arka kini berdiri di rooftoop rumah sakit sambil menikmati angin malam yang berhembus kencang menerpa kulitnya.Saat datang, Arka sudah disambut dengan kabar baik tentang hasil tes Alula yang memiliki kecocokan dengan Aludra dan itu berarti sebentar lagi, Aludra akan segera mendapat donor lalu sembuh kembali seperti semula.Senang? Tentu saja. Arka sangat merasa senang dengan kabar itu karena Aludra tak akan lagi merasakan penderitaan karena penyakit tersebut.Namun, di balik rasa bahagia itu terselip sebuah ketakutan di hati Arka. Tak melulu berhasil, dokter Septa bilang operasi bisa saja gagal karena kondisi tertentu.Meskipun kemungkinan gagal terbilang sangat kecil dan jarang terjadi, tetap saja Arka khawatir. Dia takut terjadi sesuatu pada Aludra