Sebelum mencebur dan menolong Diandra, Adam melepas jaketnya dan menaruhnya di kursi. Adam berjalan kearah jaketnya dan membawanya kembali pada Diandra yang masih kedinginan dan basah kuyup.Diandra nampak kedinginan dan bibir serta wajahnya terlihat pucat. Wajah yang penuh air di wajahnya itu menimbulkan getar bagi Adam. Bagaimana tidak, dia juga adalah seorang lelaki normal sehingga melihat Diandra yang memang wajahnya cantik timbul perasaan ingin melindunginya.Dan muncul perasaan yang ada, yaitu perasaan ingin memiliki dari Adam. Sebagai manusia wajar jika nafsu itu memang ada di setiap hati manusia. Namun, iman Adam segera membisikinya bahwa segala sesutu itu dari Tuhan. Adam memberikan handur itu kepada Diandra yang masih terduduk, Adam pun memakaikan dengan menutupi punggung bagian belakang Diandra.”Kamu basah kuyup, ayo kita kembali ke hotel. Bukankah bajumu ada disana semua?”Baju – baju Diandra selama ada di Mata Air Surga selalu ada di hotel. Dialah yang selama ini memegan
Diandra tak habis pikir. Adam yang begitu optimis pada hidupnya, kini seperti orang gila yang terpenjara karena janji. Padahal, Naura sudah menghancurkan janji mereka.Kenapa ada orang yang sudah disakiti masih berusaha setiap? Bukankah itu seperti orang gila yang dibohongi dengan makanan!”Apakah kau tak bisa melupakan janjimu itu, jika terus gila seperti itu kau itu sedang menunjukkan kalau dirimu memang budak cinta Adam.”Nada suara Diandra agak meninggi, mungkin dia tak habis pikir dengan keputusan atau tindakan Adam yang menahan dirinya dari semua hal di luar Naura. Dia memang dalam kondisi fisik sehat saat ini, namun itu sama saja dengan kondisinya dulu dimana dirinya menjadi pesakitan.”Kamu itu tidak ada bedanya dengan yang pertama kali aku temui. Dimana kamu seperti orang yang koma dan sedih. Disana hanya kamu tak bergerak, ragamu sekarang bisa bergerak tapi pikiran dan hatimu sama saja. Kamu masih sakit Adam!”Entah kenapa ada sedikit parau dalam suara Diandra. Mungkin dia t
Adam mengantarkan Diandra ke hotel tempatnya menginap. Bi Jamilah kaget melihat Diandra yang terlihat basah dan ditutupi dengan jaket. Bi Jamilah langsung membantu nona Diandra. Dia terlihat masih kedinginan.Adam pun menitipkan Diandra pada bi Jamilah dan dia juga harus segera pergi untuk membersihkan diri di rumah. Awalnya, bi Jamilah meminta Adam untuk membersihkan diri di sana, namun Adam menolaknya. Adam juga menceritakan kronologi nona Diandra bisa jatuh ke danau.Adam pun berpamitan, dia memang keras kepala. Tidak suka merepotkan siapapun. Adam pun langsung pulang. Adam juga berpikir takut ada fitnah.Diandra pun dibantu bi Jamilah masuk ke dalam dan Diandra segera masuk untuk membersihkan dirinya. Hawa dingin menyergapnya, itu semua karena air di dalam danau sungguh sangat dingin.”Kenapa nona Diandra ceroboh? Jika Tuan Hamid tahu, bi Jamilah pasti dimarahi nantinya.”Diandra tersenyum, ”Tenang saja Bi, Diandra baik-baik saja kok. Diandra hanya terpeleset dan Adam datang menye
Adam langsung pulang, bajunya masih basah. Dia membawa motor yang ada di hotel. Dia bergegas pergi ke rumahnya di kawasan perumahan. Rasa dingin masih tersisa menyergapnya.Adam melepas pecinya yang sudah sempurna basah kuyup. Peci hitamnya pasti rusak kalau sudah terkena air. Harus beli lagi. Benar, peci hitam kalau sudah terkena air maka warnanya akan kusah keputih-putihan. Peci hitam memang tak boleh terkena air. Ya sudahlah! Nanti beli lagi, pikir Adam.Seseorang memakai sebuah mobil melihat ke arah Adam dan mengikutinya. Itu adalah Rendra. Rendra sendiri merasa aneh dengan sosok pemuda desa yang sangat sederhana tersebut. Bagaimana Diandra bisa mencintai lelaki seperti itu?Rendra pun penasaran dan mengikuti Adam dari belakang, dia harus bertemu dengannya dan melihat bagaimana sosok pemuda yang dicintai Diandra tersebut.Sampai di sebuah rumah yang sederhana di perumahan tersebut. Adam menghentikan motornya dan mengamankannya. Dia pun masuk, saat memasuki rumah seorang wanita tua
”Jodoh itu sudah diatur oleh Allah swt yang menciptakan kita. Jadi, tidak ada yang bisa mencegah sesuatu yang sudah ditetapkan oleh Allah. Jika kita mencintai seseorang namun pada akhirnya kita tak memilikinya, maka itu sudah digariskan. Jadi, kita akan bisa hidup dengan tenang jika merasa kehilangan.”Kata-kata Adam itu bagaikan sengatan lebah. Rendra merasa tertampar mendengarnya. Dia sendiri belum menceritakan perihal kedatangannya dan Adam sendiri tidak tahu apakah dirinya datang untuk Diandra.Jika memang berjodoh, maka apapun yang terjadi keputusan Tuhan tidak bisa diganggu gugat. Orang yang berpikir demikian, tentu hidupnya dipenuhi ketenangan dan tidak merasa khawatir terhadap hidupnya.Dalam hati Rendra, dia memang menyukai Diandra. Apalagi, keluarganya selalu mengarahkan dirinya untuk mendapatkan wanita tersebut untuk menjadi pasangan hidupnya. Hal itu akan mengubah nasib bisnisnya dan juga keluarganya, dengan menikahi Diandra. Harta warisan dari Diandra nantinya akan menjad
Rumah Sakit Air Surga sudah lama berdiri, kerjasama yang dilakukan membuahkan hasil. Dengan kerjasama itu, pihak Mata Air Surga mengendalikan semua manajemen di Rumah Sakit itu.Banyak dari orang – orang kampung yang berobat ke rumah sakit tersebut. Rumah Sakit Air Surga bahkan juga memberikan pelayanan khusus bagi mereka yang kurang mampu dan tidak memiliki asuransi kesehatan. Syaratnya pun mudah, yaitu menunjukkan surat dari kelurahan setempat soal keadaan rumah tangga dan kehidupannya.Meski tidak memiliki keahlian khusus di bidang kesehatan dan medis. Setiap pagi, Adam kadang berkeliling masuk ke kamar – kamar pasien yang berada di Rumah Sakit Air Surga untuk memberikan dorongan dan motivasi agar mereka yang tengah sakit bisa sabar dan berdoa untuk kesembuhannya. Mereka diberikan motivasi singkat bagaimana sakit merupakan hal yang diuji oleh Tuhan, ketika mereka lulus nanti dengan kesabarannya maka Tuhan akan memberikan hadiah terbaik baginya.Semua orang bisa berobat di Rumah Sak
Di Ibukota, Diandra tak pernah lepas dari kedua orangtuanya. Diandra selalu bersama Ibunya setiap saat. Ayahnya, Hamid tentu dia akan sibuk bekerja dan bertemu saat sore hari atau bahkan menjelang malam.Kehidupan Diandra penuh kebahagiaan, sudah selayaknya dia untuk bahagia. Cacat yang dulu ditimpakan kepadanya, itu adalah ujian untuknya. Saat sembuh, dia hanya rindu pada keluarganya.Ketika malam, Diandra tak bisa lepas dari perbincangan dengan Ibunya, Sarah.Diandra tengah bercengkerama dengan Ibunya, Sarah. Sarah sendiri sering bertanya apa yang dilakukannya selama di Mata Air Surga. Namun, semua hal baik yang terjadi. Apalagi bi Jamilah selalu mengawasi dan membantu Diandra disana.Sarah pun menanyakan kabar perkembangan psikologi Adam. Kata Diandra menceritakan kalau Adam adalah sosok pekerja keras. Dulu, dia mengalami hal itu karena memang cinta yang membutakannya. Namun, dengan demikian itu juga menjadi sarana dia bisa bertemu dan bisa melihat lagi tentunya.Semua jalan sudah
Janji makan di luar, benar! Adam sudah berjanji pada Syarif untuk mengajak Ibunya makan bersama keluarga baru Syarif.”Ayo Bu, kita berangkat,” Adam mengetuk pintu kamar Ibunya, dia tak sabar untuk mengajak ibunya itu makan di luar. Waktunya hampir sibuk untuk bekerja setiap hari dan tidak atau jarang makan di luar. Biasanya mereka makan di rumah bersama dan Ibunya selalu menunggunya.Jika diajak makan di luar pun, Ibunya pasti menolak. Ibunya pasti merajuk, apakah masakan ibunya itu tak enak. Lalu, Adam pun akan mengalah dan membatalkan acara makan di luarnya. Dia lebih tak ingin melihat wajah ibunya sedih, dan mereka pun setiap malam makan bersama. Ibunya selalu menunggunya untuk makan bersama. Itulah cinta Ibu, yang tak punya tepi seperti samudera luas.Kali ini, bu Halimah pasti akan ikut dan benar saja Ibunya setuju. Hal itu karena tentu saja bahwa Syarif yang mengajak mereka pergi. Ibunya tak bisa menolak jika Syarif yang memintanya.”Tunggu sebentar, Ibu baru saja membereskan r