”Jodoh itu sudah diatur oleh Allah swt yang menciptakan kita. Jadi, tidak ada yang bisa mencegah sesuatu yang sudah ditetapkan oleh Allah. Jika kita mencintai seseorang namun pada akhirnya kita tak memilikinya, maka itu sudah digariskan. Jadi, kita akan bisa hidup dengan tenang jika merasa kehilangan.”Kata-kata Adam itu bagaikan sengatan lebah. Rendra merasa tertampar mendengarnya. Dia sendiri belum menceritakan perihal kedatangannya dan Adam sendiri tidak tahu apakah dirinya datang untuk Diandra.Jika memang berjodoh, maka apapun yang terjadi keputusan Tuhan tidak bisa diganggu gugat. Orang yang berpikir demikian, tentu hidupnya dipenuhi ketenangan dan tidak merasa khawatir terhadap hidupnya.Dalam hati Rendra, dia memang menyukai Diandra. Apalagi, keluarganya selalu mengarahkan dirinya untuk mendapatkan wanita tersebut untuk menjadi pasangan hidupnya. Hal itu akan mengubah nasib bisnisnya dan juga keluarganya, dengan menikahi Diandra. Harta warisan dari Diandra nantinya akan menjad
Rumah Sakit Air Surga sudah lama berdiri, kerjasama yang dilakukan membuahkan hasil. Dengan kerjasama itu, pihak Mata Air Surga mengendalikan semua manajemen di Rumah Sakit itu.Banyak dari orang – orang kampung yang berobat ke rumah sakit tersebut. Rumah Sakit Air Surga bahkan juga memberikan pelayanan khusus bagi mereka yang kurang mampu dan tidak memiliki asuransi kesehatan. Syaratnya pun mudah, yaitu menunjukkan surat dari kelurahan setempat soal keadaan rumah tangga dan kehidupannya.Meski tidak memiliki keahlian khusus di bidang kesehatan dan medis. Setiap pagi, Adam kadang berkeliling masuk ke kamar – kamar pasien yang berada di Rumah Sakit Air Surga untuk memberikan dorongan dan motivasi agar mereka yang tengah sakit bisa sabar dan berdoa untuk kesembuhannya. Mereka diberikan motivasi singkat bagaimana sakit merupakan hal yang diuji oleh Tuhan, ketika mereka lulus nanti dengan kesabarannya maka Tuhan akan memberikan hadiah terbaik baginya.Semua orang bisa berobat di Rumah Sak
Di Ibukota, Diandra tak pernah lepas dari kedua orangtuanya. Diandra selalu bersama Ibunya setiap saat. Ayahnya, Hamid tentu dia akan sibuk bekerja dan bertemu saat sore hari atau bahkan menjelang malam.Kehidupan Diandra penuh kebahagiaan, sudah selayaknya dia untuk bahagia. Cacat yang dulu ditimpakan kepadanya, itu adalah ujian untuknya. Saat sembuh, dia hanya rindu pada keluarganya.Ketika malam, Diandra tak bisa lepas dari perbincangan dengan Ibunya, Sarah.Diandra tengah bercengkerama dengan Ibunya, Sarah. Sarah sendiri sering bertanya apa yang dilakukannya selama di Mata Air Surga. Namun, semua hal baik yang terjadi. Apalagi bi Jamilah selalu mengawasi dan membantu Diandra disana.Sarah pun menanyakan kabar perkembangan psikologi Adam. Kata Diandra menceritakan kalau Adam adalah sosok pekerja keras. Dulu, dia mengalami hal itu karena memang cinta yang membutakannya. Namun, dengan demikian itu juga menjadi sarana dia bisa bertemu dan bisa melihat lagi tentunya.Semua jalan sudah
Janji makan di luar, benar! Adam sudah berjanji pada Syarif untuk mengajak Ibunya makan bersama keluarga baru Syarif.”Ayo Bu, kita berangkat,” Adam mengetuk pintu kamar Ibunya, dia tak sabar untuk mengajak ibunya itu makan di luar. Waktunya hampir sibuk untuk bekerja setiap hari dan tidak atau jarang makan di luar. Biasanya mereka makan di rumah bersama dan Ibunya selalu menunggunya.Jika diajak makan di luar pun, Ibunya pasti menolak. Ibunya pasti merajuk, apakah masakan ibunya itu tak enak. Lalu, Adam pun akan mengalah dan membatalkan acara makan di luarnya. Dia lebih tak ingin melihat wajah ibunya sedih, dan mereka pun setiap malam makan bersama. Ibunya selalu menunggunya untuk makan bersama. Itulah cinta Ibu, yang tak punya tepi seperti samudera luas.Kali ini, bu Halimah pasti akan ikut dan benar saja Ibunya setuju. Hal itu karena tentu saja bahwa Syarif yang mengajak mereka pergi. Ibunya tak bisa menolak jika Syarif yang memintanya.”Tunggu sebentar, Ibu baru saja membereskan r
Lelaki yang menyapa Adam adalah pemilik dari rumah makan sederhana di pinggir jalan tersebut.”Benar Pak, ada apa ya?” Adam menjadi penasaran, lelaki itu mendekat dan berdiri di dekat meja dan di dekat mereka yang tengah duduk lesehan itu.”Apakah anda Adam yang dulu memiliki airmata ajaib itu ya?” Lelaki itu terlihat makin sumringah wajahnya, seolah wajahnya menunggu jawaban dengan segera.”Iya, saya orangnya pak. Dan, ini sahabat saya Syarif, dan ini Ibu saya bu Halimah.”Lelaki itu mencoba mengingat, benar saja itu ibu Halimah dan juga Syarif yang dulu selalu menjaga para tamu rumah Adam yang ingin berobat dengan air ajaib yaitu air mata milik Adam.Lelaki itu tersenyum, ”Saya adalah Firman Mas, saya adalah salah satu pasien anda saat itu. Saya belum sempat mengucapkan terima kasih kepada anda secara langsung karena saya belum sempat datang.”Adam jadi tahu sekarang, siapa dia dan bagaimana dia mengenalnya. Adam pun menerima ucapan terima kasihnya dan tak perlu memikirkan soal yang
Rumah sakit sudah sepenuhnya ada di Mata Air Surga. Adam juga sering berkunjung kesana dan mengawasi jalannya kinerja Rumah Sakit tersebut.Rendra ternyata juga ketika liburan selalu datang ke Mata Air Surga dan bertemu dengan Adam. Mereka menjadi sahabat yang baik, Rendra belajar banyak dari Adam dan dia selalu mendapatkan ilmu dan pemahaman baru saat bertemu dengan Adam.Rendra yang setiap hari kerja begitu sibuk dan saat liburan dia datang untuk menenangkan diri di Mata Air Surga. Soal Diandra, Rendra dapat mengontrol dirinya dengan baik. Dia sudah percaya jika jodoh tidak akan lari kemana pun. Meskipun dia takjub dengan kecantikan Diandra. Tapi lebih dari itu semua, dia sedang menemukan Tuhan, maka semuanya akan menjadi takdir Tuhan.Perubahan sikap dan sifat Rendra menjadi jelas. Bahkan, keluarganya heran dengan perubahan Rendra yang drastis. Dia tak lagi marah-marah dan bahkan sangat menghormati orangtuanya.Kata Rendra, semua karyawannya menjadi kagum dengan perubahan Rendra.
Benar saja! Dua orang yang dilihat Adam sebelumnya memang salah satunya adalah lelaki yang pernah membuatnya kehilangan Naura dan membuatnya hancur berkeping-keping.Lelaki itu adalah Sandi. Sosok pria kaya yang saat itu sudah merebut Naura dari Adam. Namun, itu hanyalah masa lalu, dan masa lalu hanya untuk dikenang. Lelaki bernama Sandi itu hampir dikaruniai seorang anak dari pernikahan keduanya dengan Firla.Mereka memilih Rumah Sakit yang dekat dengan rumah mereka. Di proyek Mata Air Surga, mereka mendengar bahwa Rumah Sakit itu sangat besar dan didukung dnegan biaya yang sangat besar pula. Kawasan di ujung desa dan perbatasan itu menjadi proyek mega dengan banyaknya usaha yang berdiri di sekitar Danau Kenanga.Maka, Sandi pun segera membawa isteri keduanya itu untuk melakukan pemeriksaan pada bayi mereka. Mereka segera ke sana dan melihat bahwa Rumah Sakit itu memang memiliki pelayanan dan peralatan kesehatan yang lengkap.Sandi sangat bahagia dengan kehadiran buah hatinya sendiri
Diandra masih belum datang ke Mata Air Surga. Sepertinya, Adam merasakan kalau percakapan terakhir lalu melukai hati Diandra. Jika demikian, maka obat dari itu semua adalah waktu untuk berpikir.Benar, waktu akan membuat seseorang mampu merenungi sesuatu sehingga mereka akan mendapatkan pencerahan. Dan, Adam membiarkan beberapa waktu itu untuk Diandra memikirkan pembicaraan sebelumnya soal cinta dan sumpah.Sudah hampir dua minggu Diandra tidak terlihat di Mata Air Surga. Entahlah, mungkin ada urusan penting yang dilakukannya di rumahnya sana. Adam lebih fokus pada urusan di Mata Air Surga dan ingin menyelesaikan apa yang harus diselesaikan. Jika Diandra tak ada maka Adam juga menghandle semua hal yang menjadi tanggung jawab Diandra.Rumah Sakit dan Hotel, keduanya harus beres dan tidak ada kendala dan bahkan harus semakin maju.Kali ini, Adam setelah dari Rumah Sakit menuju hotel. Ya, itu adalah hotel yang dibawahi langsung oleh Diandra bagaimana pengelolaanya memang Adam tak pernah