Share

Sekretaris Itu Ternyata Istri Presdir
Sekretaris Itu Ternyata Istri Presdir
Penulis: White Rose

Chapter 1

Drrt!

Ponsel Amanda Deviana bergetar kala rapat.

Gadis itu lantas melihat sekilas ke arah ponselnya yang menunjukkan panggilan dari asisten rumah tangganya.

Sayangnya, Amanda sedang berada dalam sebuah rapat penting bersama dengan bosnya.

Buru-buru dirinya mematikan panggilan meskipun sangat ingin menerima panggilan telepon itu yang anehnya terus saja berlanjut.

Jadi begitu rapat selesai, Amanda buru-buru mencari ponselnya lagi.

Namun baru saja akan membuka notifikasi, atasannya sudah menegurnya, "Lain kali, lebih fokus. Kamu bahkan lupa melewatkan dua baris kalimat tuan Agra tadi,"

"Ma--maafkan saya pak. Akan saya perbaiki," kata Amanda, penuh hormat, pada Sam.

Hanya saja, pria tampan itu tak meresponsnya dan langsung keluar dari ruangan rapat bersama dengan asisten pribadinya.

Amanda menghela napas panjang. Sam memang seperti itu.

Untungnya, gaji Amanda setimpal dengan pekerjaanya.

Diputuskannya untuk merapikan dokumen yang masih ada di ruangan rapat agar dapat menyusul kedua orang tadi.

Hanya saja... 

Brukkk

Dokumen yang dirapikan oleh Amanda terjatuh begitu saja di lantai kala menemukan  pesan yang dikirim oleh asisten rumah tangganya.

Air mata wanita cantik itu bahkan mengalir begitu deras di pipinya.

"Ayah.. ayah!"

Panik, Amanda merapikan semua dokumen yang jatuh lalu bergegas menuju ke ruangan atasannya.

Diketiknya pintu ruangan bosnya dengan terburu-buru--membuat si pemilik ruangan terlihat kesal.

"Apa kamu pikir aku tuli?" pekik Sam yang memang di kenal begitu galak dan dingin.

"Maafkan saya pak, saya... saya minta ijin hari ini ya pak. Keluarga saya..."

Amanda bingung menceritakan darimana. Tapi dia menerima pesan yang mengatakan kalau terjadi hal yang sangat buruk pada keluarganya.

"Kamu pernah baca kontrakmu tidak?" tanya Sam yang sudah jelas sangat tegas pada semua karyawannya.

Amanda sangat bingung, sampai pada akhirnya dia tidak bisa menahan tangisnya lagi. "Saya baca pak, tapi ayah saya... "

"Kalau kamu meninggalkan pekerjaanmu, itu artinya kamu melanggar kontrak," sela Sam. 

Ekspresi wajah pria itu bahkan begitu tegas, dan tidak tersirat sedikitpun ada rasa iba sepertinya pada sekertaris yang sudah bekerja lebih dari dua tahun dengannya itu.

Amanda mencoba menenangkan diri.

Dia sangat menyukai pekerjaannya, tapi keluarganya saat ini sangat membutuhkannya.

"Maafkan saya pak, kalau begitu hari ini adalah hari terakhir saya bekerja sebagai sekertaris Pak Sam," kata Amanda langsung berbalik.

Dia hendak keluar dari ruangan Samuel, tapi ucapan pria itu menghentikan langkahnya.

"Kalau begitu siapkan pengacaramu besok, dan uang penalti pelanggaran kontraknya juga. Aku yakin kamu tahu jumlahnya berapa kan?" 

Deg!

Amanda  memang mengenal bosnya itu sangat tegas dan galak. Tapi saat Sam berkata seperti itu, rasanya Amanda begitu sedih.

Wanita itu selalu berada di sisi Sam setiap pria itu menghubunginya untuk mengerjakan pekerjaan, mengatur ulang semua jadwal yang tersusun rapi, bahkan menyingkirkan tissue kotor di atas meja saja. 

Jam kerja wanita itu juga tak pasti.

Bila jam 5 subuh Sam menghubunginya dan memintanya datang ke kantor, dia akan langsung datang. Atau jam 1 malam kalau Sam menghubunginya dan memintanya membelikan capuccino hangat dengan suhu tidak boleh lebih dari 28 derajat, Amanda selalu berangkat dan mencari sampai ketemu kafe yang masih buka di jam itu.

Ternyata kesetiaannya sebagai pegawai, tak dianggap.

Amanda lantas menyeka air matanya yang tak sadar turun dan kembali melangkah tanpa bicara lagi.

Di sisi lain, Sam tampak melemparkan dokumen yang dia buka dari atas meja ke lantai. Tangannya juga mengepal kesal.

****

"Pak... pak satpam!" teriak Amanda, panik, begitu sampai di rumah.

Tubuh wanita itu bahkan sudah gemetaran karena beberapa kali saat di jalan dia hampir saja menabrak mobil yang ada di depannya dan menerobos lampu merah.

Di pikirannya hanyalah bagaimana keadaan ayahnya, kakaknya, dan ibunya yang mendadak didatangi polisi.

Hanya saja, mengapa pagar rumahnya sudah terkunci dengan gembok yang begitu besar? 

"Astaga, dimana ponselku? Aku harus bagaimana. Aku tidak ingat nomor Pak Sarip," gumam Amanda panik--menyadari dirinya lupa meletakkan ponselnya di mana.

Brak!

Amanda berusaha menggedor pintu gerbang.

Namun, seorang tetangga yang sepertinya mengetahui apa yang terjadi di rumahnya siang ini tiba-tiba datang. "Mbak, mbak Manda!"

Amanda menoleh ketika namanya dipanggil oleh wanita paruh baya yang dikenal keluarganya dengan baik.

"Bu Rita?" 

"Mbak, tadi ibunya dijemput ambulance. Kayaknya dibawa ke rumah sakit sama Mas Dimas. Kalau pak Roy, sepertinya dibawa polisi. Tadi naik mobil polisi mbak, tangannya diborgol..."

"Diborgol?!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status