Jaka memberi komentar, meluruskan."Tapi bu, seharusnya sebagai mahasiswi terpelajar, waktu di perpustakaan dan waktu luang itu digunakan untuk belajar. Bukannya sibuk ngegosipin orang." ucap Jaka bermanuver, langsung memukul telak ibu salah satu mahasiswi itu. Ibu itu masih tidak mau kalah."Tapi pak, jangan hanya berkata manis seperti itu di mulut, saya pun tahu kalau kelakuan bapak ini kurang terpelajar karena telah berselingkuh dengan perempuan ini dan memutuskan untuk mengakhiri hubungan anda dengan mantan istri anda, padahal baginya anda tidak lebih walinya, orang tuanya!" "Kok jadi nyambung ke masalah pribadi saya sih? Ibu memang sudah benar menjadi seorang istri? Atau masih berlindung di dibalik dompet suami?""Jaga ya mulut anda! Suami saya itu baik, tidak seperti anda!" Dosen itu hanya bisa menghela nafas mendengar keributan yang terjadi diantara mereka. "Hadeh... sudah-sudah stopp! Ini kok jadi saling ribut sih? Bapak, ibu... coba deh tenangin sedikit. Kalau kalian sebag
Rian sedang berada diruang kerjanya, ia mendadak teringat dengan perkataan Shanum kemarin yang berkata kalau dirinya sedang diintai oleh para preman. Gimana keadaannya sekarang ya? Khawatirnya Shanum terlepas dari penjagaan para bodyguard itu dan preman itu kembali melabraknya.Ia pun memutuskan untuk menelepon Shanum. Telepon tersambung. "Halo mbak gimana kabarnya?" tanya Rian namun tiba-tiba saja telepon langsung dimatikan oleh Shanum. "Loh, dimatiin? Kenapa ya?" Rian cemas dan langsung berpikir aneh-aneh seperti Shanum diculik segala macam. Ia berniat meneleponnya lagi. Namun Delia mengetuk pintunya duluan dan masuk tanpa permisi, mendekatinya."Hai, apa kabar...."Disaat yang sama muncul Doni ikut masuk ke dalam ruang kerjanya membawa berkas dan memberikan pada Rian. Doni berbisik. "Ciye istri pertamanya nongol." bisiknya. Rian mengancam. "Enggak usah mancing-mancing kamu. Dia bukan istri saya." bisiknya. "Yan, kamu rencana makan siang sama siapa? Enggak ada kan ya? Yuk kita mak
"Jadi besok kan aku mau ikut kegiatan Mapala, om mau gak antar aku ke bus besok pagi?" "Boleh. Jam berapa?" "Jam enam pagi om.""Sip. Oke oke." "Oke deh, aku tutup ya om." "Eh tunggu dulu.""Kenapa om?" "Bisa tolong sampein sesuatu gak ke Gavin?" Disaat yang sama Gavin masih sibuk menulis lamaran pekerjaannya, sekalipun besok ia harus ikut kegiatan Mapala, ia ingin lamaran pekerjaan yang dirinya buat sekarang dapat menghasilkan di beberapa hari berikutnya. Semoga saja. Ia kini berada dihadapan sebuah restoran, ia niat menaruh banyak lamaran disana. Ia sangat berharap salah satu dari lamarannya dapat membuahkan hasil. Bagaimanapun ia mesti memegang uang sepeninggal dirinya yang tidak lagi bergantung pada ayahnya. Ia hanya ingin membuktikan saja kepadanya kalau ia mampu hidup tanpa dirinya. Tapi mendadak ia ditelepon oleh Riko. Ia mengangkatnya. "Apaan?" "Ghea nyariin lo tuh." "Halah, ngapain dia nyariin gua?" tanya Gavin heran. "Mau ngomong sesuatu katanya." "Ya telepon gua
"Loh, loh... Masalah ini kan sudah selesai. Ya memang itu sudah jadi kesalahan dia mau saja menuruti keinginanku." ucap Jaka. "Tapi kan kamu yang nyuruh, seenggaknya kamu lah yang harus bertanggung jawab." "Enggak bisa gitu dong, polisinya aja bilang aku enggak perlu ditahan kok cuma di edukasi." "Edukasi? Lah terus kenapa preman itu juga enggak ikut di edukasi dan malah yang masuk penjara, wong yang salah kamu kan." ucap Shanum. "Udah deh iya iya, aku selesain masalah ini sekarang juga. Tapi kamu pastiin loh kalau kamu sudah mencabut tuntutannya." ucap Jaka yang langsung menutup teleponnya saat itu juga setelah mendengar jawaban iya dari Shanum. Dirinya merasa sedikit lega, semoga saja masalah ini segera selesai. Terlalu banyak merepotkan mas Rian jadi membuat Shanum ingin bertindak serba sendiri sekarang, terima kasih kepada Delia yang sudah menyadarkannya. Dengan ini dirinya bisa secepatnya menjauhkan diri dari Rian. Beberapa jam sebelumnya, di pagi hari tepat jam 6 pagi. Bany
Delia tampak tercengang tapi setelahnya ia langsung bergembira didalam hati, entah kenapa ia merasa jika ini kesempatan untuknya benar-benar mendekati Rian secara full. Tidak ada yang bisa menghalangi jalannya lagi sekarang! Karena sosok Shanum yang ada di ingatannya sudah terhapus. ia merasa sangat senang. Shanum cukup kaget saat mendengar berita dari Delia kalau Rian mengalami amnesia jangka pendek, dimana amnesia itu menyebabkan Rian tidak bisa mengingat Shanum dan beberapa orang yang baru ditemuinya dalam kurun waktu beberapa bulan ini. Shanum saat itu juga langsung ke rumah sakit untuk mengecek kondisinya. Dan apakah yang dikatakan oleh Delia adalah suatu kebenaran dan bukan prank. Dan setelah dilihat ternyata ya. dia.... "Kamu beneran enggak ingat aku mas?" tanya Shanum cemas. "Kamu siapa? Apa kita saling kenal?" tanya Rian. Rasanya pilu melihat Rian mengalami amnesia seperti itu, bagaimana juga ia memberitahukan kondisinya yang seperti ini kepada nenek Aisyah? Shanum lan
Shanum sedang berada di kiosnya sekarang, ia sedang melamunkan sesuatu, tidak lain tentang Rian. Terpintas kilasan saat dirinya bersama Rian, bertemu ketika pertama kalinya, saling bekerja sama untuk menyusun bisnis berasnya, saling tersenyum dan tertawa atas hal konyol yang pernah terjadi. Sangat pilu ketika menyadari semua itu kini tinggal kenangan. Rasanya ada yang kurang ketika dirinya tidak lagi ada disisinya. Seperti dirinya tidak akan pernah merasakan keseruan yang pernah terjadi bersamanya lagi, yang membuatnya perlahan melupakan rasa sakitnya akibat perselingkuhan kemarin. Rian telah sangat berjasa didalam hidupnya untuk bisa menjadi pelipur laranya ketika Jaka meninggalkan.Saat ketika dirinya mengajukan pertanyaan berapa lama ia akan bertahan sendirian dan saat dirinya terlihat begitu khawatir atas hal perkara yang menyangkut keselamatannya, disitu Shanum mulai merasa.... Kenapa Rian bisa bersikap seolah dirinya ingin kalau dirinya menjadi orang yang mengisi kekosongannya i
"Yaudah sekarang kalian ikut kelompok kita sampai kita ketemu sama kelompok kalian." ucap Joni. "Baik kak. Makasih banyak kak." ucap Gavin yang langsung mengikuti kemana arah langkah mereka tertuju. Diana berbisik pada Gavin. "Galak amat sih dia. Lagi pms apa."Tak sadar sejak tadi Ghea terus memperhatikan Gavin, tentu saja Gavin merasa sebal dengannya, balik menatapnya nyolot. Tapi ia kelihatan sangat pucat ketika itu, seakan menahan sakit, bahkan kakinya terasa berat ketika melangkah, ia berjalan di paling belakang. Bahkan temannya segera berkata, Sisil. "Masih pusing Ghe?" tanyanya cemas. Ghea menggeleng. "Enggak, gak apa-apa." "Kalo pusing kita berenti aja, ngomong sama senior." ucap Sisil, Hera setuju dengan usulnya. "Enggak kok, enggak usah. Aku baik-baik aja." Gavin terus mendengar percakapan mereka bersama dengan Diana yang saat itu tepat berada dibelakang mereka. Tiba-tiba saja Ghea merasakan kesakitan di kakinya membuat dirinya menjatuh seketika. Tentu mereka semua di
"Rian itu kenapa sih, kok belakangan jadi aneh, nenek kan udah jodohin dia sama perempuan, eh malah katanya dia enggak kenal dan malah tanya kok jodohin sama orang padahal lagi pengen sendiri, terus abis itu teh langsung ngerasa pusing kepalanya. Emang dia jatuh dimana sih, katanya kan dia jatuh, nenek jadi takut. Khawatir Rian kenapa-napa kepalanya. Pas ditanya jatuh dimana enggak ada yang jawab, nenek kan jadi bingung. Kasihan ngeliatnya kayak lupa ingatan gitu." ucap nenek Aisyah. Shanum jadi merasa khawatir dengan Rian. Ia bingung juga mau membalas nenek Aisyah seperti apa. Kalau ia membocorkannya takut jika nenek Aisyah ngedrop lagi penyakit jantungnya. Bingung. Terlalu lama mendiamkan jadi membuatnya tidak nyaman sendiri, tapi satu-satunya jalan ya hanya..."Mas Rian jatuh di kamar mandi nek, makanya kepalanya diperban, tapi enggak apa-apa kok, katanya enggak ada yang perlu dikhawatirin, Delia bilang sendiri waktu itu, cuma luka kecil aja." ucap Shanum. "Beneran? Dia enggak ada