"Siapa!""Lah, Kaluna? Kamu udah pulang?" tanya Emma yang berdiri dibelakang tubuh pria yang membuka pintu kamar Kaluna."Ibu! Om Wisnu? Astaga ... aku kira siapa," ucap Kaluna kaget sambil mengelus dadanya dan kembali berkata pada Jonathan, "Om Wisnu dan Ibu.""Kamu bikin aku overthinking aja, Yang," ucap Jonathan kesal karena ikut kaget karena mendengar suara teriakkan Kaluna."Maaf, maaf ... udah dulu, yah, nanti aku telepon kamu lagi, kamu besok jadi pulang kan?" tanya Kaluna."Iya, besok aku pulang, besok aku mau ketemu Gege juga," ucap Jonathan."Oke, sampai ketemu besok, Jo," ucap Kaluna sambil memutuskan sambungan teleponnya."Kamu udah pulang?" ulang Emma sambil mengintip di belakang tubuh Wisnu yang hampir menutupi tubuhnya."Kalau aku ada di sini yah, aku udah pulang, Bu. Masa aku ada di sini tapi, aku belum pulang. Ibu ini kadang suka ngaco," kekeh Kaluna sambil berjalan melewati Wisnu dan Emma."Ini anak yah, bisa aja jawab pertanyaan Ibunya, padahal tinggal jawab udah at
"Sumpah yah, Lun, lo tega!" "Hah? Gimana? Siapa?" tanya Kaluna kaget setengah mati karena tiba-tiba ia di maki oleh seseorang."Elo ... elo tega sumpah, yah.""Tega gimana? Emang gue salah apa Joya?" tanya Kaluna bingung, seingatnya ia tidak pernah melakukan dosa apa pun pada Joya. Dulu pun saat mereka SMA, Kaluna tidak merasa punya hutang pada Joya sehingga harus membuat Joya semarah ini pada dirinya."Sumpah yah, ya ampun Kaluna! Aku punya salah apa sama kamu sampai kamu tega kaya gini ke aku, hei," ucap Joya kesal. Dari nada suaranya sepertinya Joya ingin memakan Kaluna hidup-hidup karena melakukan suatu tindakan yang sangat fatal pada Joya."Sumpah Joya, kamu kenapa tiba-tiba nelepon terus marah-marah kaya gini? Aku nggak pernah punya salah sama kamu perasaan, Joy. Bahkan waktu SMA aku nggak pernah bikin perkara juga ama kamu," akui Kaluna sambil menggaruk kepalanya yang tiba-tiba terasa gatal."Kamu punya salah." Joya berkata dengan suara melengking tinggi."Yah apa?" jawab Ka
Kring … kring … kring ….Joya yang sedang menarik kopernya setelah sampai di bandara langsung mengangkat ponselnya yang berbunyi tanpa melihat siapa yang meneleponnya.“Halo, Joya speaking,” sapa Joya sambil terus berjalan menarik kopernya.“Hmm … hai.”Joya kaget dengan cepat ia melihat layar ponselnya dan mendapatkan nomor asing. Nomer yang baru kali pertama menelepon dirinya, dan suaranya lelaki. Siapa? Seingatnya kehidupan percintaannya sedang tidak baik-baik saja dan dihadang angin puting beliung akhir-akhir ini.“Halo?” Suara lelaki itu kembali terdengar membuat Joya menempelkan kembali ponselnya di telinga.“Iya maaf ini siapa yah? Ada yang bisa saya bantu?” tanya Joya sambil menghentikan langkahnya dan melihat ke kanan dan ke kiri.“Ini sama Raka.”“Raka mana yah?” Ya Tuhan … siapa lagi Raka? Seingatnya dia tidak punya teman bernama Raka. Siapa Raka?“Oh mungkin kamu lupa kita pernah ketemu pas kamu nolongin Kaluna dan Jonathan kemarin,” ucap Raka yang mencoba mengingatkan Joy
Joya berjalan keluar bandara dan melihat sekeliling untuk mencari pria bernama Raka. Sepanjang perjalanan Medan-Jakarta ia berusaha keras untuk mengingat wajah Raka tapi, sialnya dia sangat kesulitan mengingat wajah Raka. Yang ada dipikirannya saat ini hanya wajah Kaluna yang menaris histeris dan Jonathan yang datang tergopong-gopong seperti orang gila. “Pulang sekarang, Joy.”Joya kaget saat mendengar suara di belakangnya, saat ia menoleh ia harus melihat wajah masam namun tampan Fajar, “Iya ini mau pulang, aku lagi nggak ada keinginan buat tinggal di Bandara,” sahut Joya ketus.“Ayok, aku bawa mo—““Nggak usah aku dijemput, Raka,” jawab Joya singkat sambil terus menerus mencari batang hidung Raka.“Raka? Siapa Raka? Cowo kamu? Emang ada yang mau sama perempuan nyebelin kaya kamu?” tanya Fajar yang langsung mendapatkan tatapan kesal Joya.“Ada … dan mending Kapten pulang deh,” pinta Joya kesal.“Mending kamu yang pulang sama sa—““Joya.”Sebuah teriakkan di belakang Joya membuat Joya
"Raka gila!" Joya melemparkan ponselnya ke arah Szasza.Szasza dengan santai melihat layar ponsel Joya lalu tertawa keras, "Nah, kan ... gila, dibilangin ini cowo pasti red flag, hmm ... udah black flag kurasa. Cowo pelit tapi pingin keuntungan dari kita mending ke laut aja, nggak usah diem di pinggir-pinggir pantai! Mending tenggelam aja, hanyut digulung ombak," kekeh Szasza yang paling tidak suka dengan tipe cowo yang nggak royal."Aku nggak nyangka kok sampai sebegitunya, pantesan dia ngitung banget duit yang dia keluarin! Ternyata dia kasih bonnya ke chat, dia tagih dong," ucap Joya sambio menunjuk ponselnya yang masih ada di tangan Szasza.Ting ....Szasza melihat layar ponsel Joya dan kembali mendapati chat baru dari Raka langsung tertawa keras, "Hahaha ... noh, dia kirim no rekeningnya. Transfer sono!" ejek Szasza sambil menyerahkan ponselnya ke tangan Joya lalu pergi meninggalkan Joya sambil berkata, "lo tuh, keluar dari lubang macan masuk ke lobang kadal! Mending si Fajar deh
"Oke, acara selesai semuanya. Terima kasih atas partisipasinya," ucap salah satu pegawai event organizer yang bertanggung jawab di acara Jonathan.Jonathan menyimpan pisaunya dan meminta assisten chef-nya untuk membereskan semuanya. "Tolong kalau udah selesai, pisau saya disimpan dengan baik, yah," pinta Jonathan yang langsung dijawab anggukan oleh assisten chef-nya.Jonathan turun dari panggung dan beberapa kali bersalaman dan menyangupi ajakan foto bersama para ibu-ibu yang terlihat sangat bersemangat menunggu dirinya. Beberapa kali jaket chef-nya ditarik hingga terkoyak sedikit. "Ibu, sabar Bu. Ini nanti chef-nya cedera nggak bisa masak lagi gimana, dong," ucap salah satu sekuriti yang membantu Jonathan keluar dari kerumunan Ibu-ibu yang lumayan beringas. "Aduh, awas Pak. Saya mau foto sama Chef Jonathan bukan sama salah satu bahan masakannya," celetuk salah seorang ibu-ibu sambil mendorong sekeruti berbadan tegap itu hingga tangannya bisa mencolek pipi Jonathan dan mencubitnya p
Kaluna baru masuk rumah saat melihat Emma sedang berdiri sambil menyilangkan kedua tangannya dan menatap dirinya. Tanpa sadar Kaluna mematung lalu ada rasa takut merayapi dirinya saat melihat manik mata Emma yang terlihat marah, bingung bercampur letih. Sebuah tatapan mata yang tidak pernah Kaluna dapatkan dari sosok Emma yang selalu menyayangi dirinya"I-ibu?" tanya Kaluna dengan suara terbata sambil mencoba untuk menyeret kakinya untuk masuk lebih dalam lagi ke rumahnya. Entah kenapa suasana di sana terasa lebih dingin dan mencekam. Detik itu juga Kaluna mulai berpikir apa yang sudah ia lakukan, kesalahan apa yang membuat Emma bisa semarah ini. Sialnya Kaluna bingung setengah mati karena tidak tahu apa kesalahannya sama sekali. Seingatnya dia tidak membuat ulah atau bertingkah laku yang bisa membuat Emma murka."I-ibu kenapa?" tanya Kaluna takut-takut sambil mencoba mendekati Emma dan menyentuh bahu Emma namun, Emma menepisnya sambil menatapnya sedih bercampur getir.Tuhan ... Kalu
"Ibu!" seru Kaluna sambil memeluk Emma, jantungnya hampir copot dan napasnya terasa sesak. Hatinya ngilu bukan main, perih, sakit, nyeri bukan main karena mendengar omongan Emma. Rasanya Kaluna ingin menangis sekencang mungkin dan meminta Emma untuk menarik kata-katanya kembali. Dia tidak rela ada yang menghina Jonathan sampai sebegitunya tanpa tau apa yang sebenarny terjadi."Apa! Mau mengelak kamu! Mau apa kamu? Kamu mau bunuh Ibu? Kamu mau bikin Ibu malu!" pekik Emma sambil memukul dadanya sekeras mungkin seolah ingin menumpahkan rasa kecewa dan marah di dadanya. "Ibu malu, Nak! Ibu malu! Kamu kok sejahat itu sama Ibu? Ibu salah apa sampai kamu tega melakukan tindakan ini sama Ibu?" tanya Emma sambil berusaha mendorong tubuh Kaluna yang saat ini sedang memeluknya, seolah mencoba untuk menanangkan dirinya. "Ibu dengerin Kaluna dulu, Bu, Ibu ...." Kaluna mengeratkan pelukannya mencoba agar Emma tidak mendorong dirinya, ia pun menundukkan kepalanya sedalam mungkin karena tidak mamp