Bagian 24
Gejolak Rasa
“Ih, mau apa, sih? Jangan macem-macem, ya!” Mita terus mundur ke belakang melihat Arya berjalan ke arahnya tanpa ragu.
Wanita itu terdesak ke sebuah batu besar. Ia mendadak takut, kini Arya telah menatapnya dengan sangat tajam. Tiba-tiba ia yang biasanya berani di segala situasi mendadak beku tak bisa bergerak. Waktu serasa berhenti di hadapan dua makhluk beda alam itu.
“Maaf, tapi memang ini caranya,” ujar Arya sambil menahan bahu Mita agar tak menjauh tiba-tiba.
Lelaki itu memaksa Mita mematuhi keinginannya. Ia melakukan hal terlarang di dalam hutan. Mengecup paksa wanita itu walau Mita berusaha sekuat tenaga menolaknya, Arya terus memaksakan kehendak.
Wanita itu kalah, awalnya ia memang m
Bagian 25Menempuh BahayaMita tak punya kegiatan lain. Tiga hari setelah ia kembali dari Hutan Larangan, wanita itu hanya duduk, diam dan menonton di dalam rumah. Sengaja, ia ingin membuktikan apa benar Erick tak bisa lagi mengendus keberadaan dirinya setelah bermalam di Hutan Larangan beberapa minggu.Ia mengutak-atik ponselnya, mencoba menghubungi kembali nomor asing yang melakukan panggilan tak terjawab ratusan kali. Mita menebak panggilan itu berasal dari Ana yang telah berganti dengan nomor baru.Tidak bisa dihubungi, di luar jangkauan, begitu sahut operator, walau telah ratusan kali pula Mita mencoba melakukan panggilan ulang.Wanita itu menyantap sekerat daging yang ia ubah menjadi olahan dengan bumbu tongseng. Dulu, sering Ana membuatnya dan ia tak bisa menikmati. Seka
Bagian 26Jatuh“Mr Dimas,” sapa Ben pada lelaki yang sedang duduk santai sambil menyesap kopi di dalam ruang tunggu bandara.Sahabat Mita dan Ana itu terperanjat. Ia bukan tak tahu akan dikunjungi oleh orang yang sedang berbicara dengannya, tapi tak ia sangka pula akan secepat ini.“Pergi! Aku nggak akan buka mulut sedikit pun.”“Kalau begitu aku harus memaksamu.” Ben menyuruh dua orang suruhannya untuk menyeret Dimas ke dalam mobil secara perlahan agar tak menimbulkan kecurigaan. Pisau yang ditodongkan di pinggang Dimas membuatnya tak bisa melawan.Di dalam mobil ia diapit oleh dua orang di sisi kiri dan kanan. Perlahan mobilnya memasuki area kastil milik Ben. Tanpa banyak bicara ia dilemparkan
Bagian 27Pesan TerakhirArya menatap bayangan wanita cantik di hadapannya. Perlahan tangan wanita itu terulur dan menyentuh pipinya. Sentuhan yang sangat ia rindukan. Sentuhan yang berasal dari wanita yang sangat ia cintai.“Berbahagialah, kau sudah lama hidup menyiksa dirimu sendiri,” ucap bayang Dewi. Ia mengecup suami yang begitu ia cintai hingga rela mengorbankan nyawanya. Setelahnya ia pergi dengan menembus tubuh Arya yang hanyut dalam kerinduan, hilang begitu saja meninggalkan belahan jiwanya yang begitu menanti untuk bersatu kembali.Tak dapat menentukan ke mana hatinya harus ditambatkan, sang Pangeran lalu merebahkan kepalanya ke batang pohon yang senantiasa menemaninya. Tertidur karena belaian lembut yang diberikan oleh bayang istrinya.“Semoga kalian mene
Bagian 28PertempuranTanah di sekitar wilayah Hutan Larangan bergemuruh. Ratusan makhluk dengan gigi-gigi yang saling bergemeretakan keluar dari dalam tanah. Tanpa ragu mereka lansung mengejar ke inti hutan. Di mana bangsa manusia harimau bermukim.Erick dan Ben telah sampai, gegas mereka pun menyusul jejak kaki ratusan makhluk yang berbekas di tanah. Tak ada makhluk lain yang berani mencegah. Mereka kedatangan tamu di luar dugaan. Manusia berusia ratusan tahun yang juga tak bisa mati. Semuanya hanya menatap dengan penuh rasa penasaran.“Perburuan dimulai.” Erick menyiagakan senapan dan juga ratusan peluru peraknya yang ia bawa dalam sebuah tas.Dua orang itu berlari sekuat tenaga, Ben tertinggal jauh ke belakang. Erick tak memedulikannya, baginya hanya kemat
Bagian 29KeputusanMengendap-ngedap Erick berjalan, ia harus bisa menggapai tujuannya walau harus mengorbankan banyak nyawa. Lelaki Belanda itu kini berada di depan mulut gua. Tempat itu, kini tak memiliki tabir karena seluruh manusia harimau disibukkan dengan kedatangan mayat hidup buatannya.Ia melangkah dengan senapan laras pendek yang diselipkan di pinggangnya. Terus berjalan hingga memasuki sebuah batu berukuran besar yang di dalamnya berbaring seorang lelaki yang mengutuknya ratusan tahun lalu.“Jadi sekarang kau selemah ini. Bahkan harus direndam di dalam air untuk terus bertahan hidup.” Erick memainkan air jernih itu.“Bagaimana kalau aku bantu agar penderitaanmu lebih cepat berlalu?”Lelaki b
Bagian 30Dunia BaruMita duduk di dekat pohon besar yang biasanya dijadikan Arya tempat bersandar. Wanita yang telah ditakdirkan berusia panjang itu, terus menatap ke kedalaman hutan. Di sana ia temukan, sepasang burung yang sedang bercengkrama. Wanita yang baru dinikahi Arya beberapa waktu itu, kemudian, menajamkan pandangannya, mengambil sebuah batu, ingin menguji sejauh mana kemampuannya menghalau dua makhluk lain yang sedang kasmaran. Namun, belum sampai batu itu ia lemparkan, makhluk lain datang dan menjentik kepalanya hingga ia meringis kesakitan.“Kau mau kalau kita sedang berdua saja ada yang mengganggu, ha?” Arya datang dan membuyarkan semua kesenangan Mita.“Nggak apa-apa, malah bagus, gak patah rasanya tulangku tiap malam,” sahutnya sembari memainkan rambutnya yang tumbuh lebih teba
Epilog 1Harimau PutihPawana, terus berjalan meninggalkan Hutan Larangan. Usai memberi pesan pada Arya agar tak membawa seorang wanita ke tempat mereka tinggal. Lelaki berambut putih itu menarik napas panjang. Bukan tak tahu ia ke mana Ana dan anaknya melangkah. Suatu tempat yang ia tinggalkan ratusan tahun yang lalu, ketika ia dan istrinya tak menemukan kesepakatan, hingga Pawana pun mengalah demi menghindari pertikaian. Wanita yang juga sama sakti dengannya, harimau putih dari Bukit Buas tempat mereka pertama kali bertemu.Lelaki berambut putih itu mengubah wujudnya menjadi harimau, terus berlari untuk keluar dari wilayah Hutan Larangan yang sangat luas. Ia tak pernah peduli dengan makhluk lain selagi tak menggangunya, hingga ia sampai di tepi hutan. Lelaki berambut putih dan bermata biru itu memejamkan matanya. Ia membayangkan wajah istrinya, Murti, yang telah lama terpis
Epilog 2Bukit BuasAna melempar ponselnya di ranjang, ketika ratusan kali ia mencoba untuk menelepon Mita, tetapi tak sekali pun sahabatnya menjawab. Hampir sebulan wanita bermata cokelat itu hidup berdua dengan Andra tanpa sedikit pun kabar dari Mita.“Apa kamu mati di tangan Erick.” Ana menggigiti kukunya sendiri. Berbagai macam spekulasi beredar di kepalanya. Wanita itu kemudian tertidur ketika Andra telah lama terlelap, mereka berdua masih tinggal di penginapan sederhana ketika harus kabur dari pengejaran Erick. Satu langkah besar akan diambil wanita bermata cokelat itu besok, hingga ia terpaksa harus memberi kabar pada Mita.***Pagi harinya, Ana kembali ke pasar tradisional tempatnya mencuri dengar tentang sebuah bukit yang menurut legenda, dijaga oleh seekor harimau putih