Share

Bab 11 Orang yang Tidak Ingin Bercerai adalah Dia

"Aku mengerti," kata Jimmy yang setelah itu perlahan-lahan berdiri.

Kakinya menginjak kalung itu saat ingin melangkah.

Terdapat tatapan tajam yang melintas di mata Jimmy saat mengingat kembali kejadian sebelumnya.

Dia mengambil kalung itu dan meninggalkan ruang kerja.

Jimmy langsung memberikan kalung itu pada kepala pelayan begitu tiba di lantai satu. "Buang benda ini!"

Kepala pelayan tertegun sejenak, dia bisa melihat bahwa kalung ini sangat berharga meski tidak mengenal mereknya.

Kenapa seuntai kalung yang indah ini ingin dibuang?

Dia tidak tahu dan juga tidak berani bertanya.

Saat hendak mengambil kalung itu, Hanna yang sedang duduk di sofa berkata, "Jimmy, jangan begitu boros, berikan saja padaku kalau kamu nggak mau."

Dia berbicara sambil berdiri dan berjalan ke hadapan Jimmy.

Kepala pelayan memberi tatapan bertanya pada Jimmy.

Kalung ini harus dia buang atau tidak?

Kedua mata Jimmy menatap kalung itu selama beberapa detik.

Setelah itu, seperti sedang membuang sampah, dia melemparkan kalung itu pada Hanna. "Terserah kamu."

Hanna dengan cepat menangkapnya dan matanya dipenuhi dengan senyuman. "Jimmy, tolong bantu aku kenakan kalung ini, ya?"

Kepala pelayan dengan bijak mengundurkan diri dari ruang tamu saat mendengar ucapan ini.

Jimmy tidak menjawab pertanyaannya, hanya berkata dengan datar, "Apa yang kamu lakukan di sini?"

Hanna segera menjawab dengan patuh, "Aku pergi mencarimu di perusahaan, lalu Pak Darlin mengatakan bahwa sepertinya kamu sudah kembali ke rumah, jadi aku datang untuk melihat-lihat."

Setelah itu, dia mulai melihat sekeliling sambil tersenyum. "Jimmy, aku sangat menyukai dekorasi rumah ini. Apakah kamu mendekornya sesuai dengan kesukaanku?"

Jimmy mengetahui kesukaannya dengan sangat jelas selama ini.

Hanna pernah mengerjainya sebelumnya dan Jimmy benar-benar lebih mengenalnya daripada dia sendiri.

Ucapan yang diucapkan Jimmy seperti seember air dingin yang membasahi tubuhnya. "Agnes-lah yang bertanggung jawab atas dekorasi rumah ini."

Hanna terdiam dan mematung di tempat dengan ekspresi canggung.

Sekarang, Jimmy benar-benar tidak akan memberinya wajah saat sedang berbicara dengannya.

Jimmy tidak bisa menahan dirinya untuk mengerutkan alisnya saat melihatnya tidak bereaksi. "Apakah masih ada masalah?"

Mata Hanna sedikit memerah. "Jimmy, aku hanya ingin menanyakan satu pertanyaan padamu, apakah kamu nggak bisa ... melepaskan Agnes sekarang?"

Pertanyaan ini membuat detak jantung Jimmy melambat.

Hanya saja, ekspresi wajahnya tetap terlihat tenang. "Kamu nggak perlu ikut campur dalam urusan ini. Kembalilah, aku nggak punya waktu untuk melayanimu."

Setelah itu, dia berdiri dan kembali mengingatkannya, "Selain itu, jangan pernah datang ke tempat ini lagi."

Hanna melihat punggungnya yang sedang naik ke lantai atas dan muncul kebencian di dalam matanya.

Dia harus menggunakan caranya untuk membuat Jimmy perlahan-lahan kembali ke sisinya!

Dia tiba-tiba terjatuh ke lantai sambil memeluk perutnya dengan ekspresi kesakitan saat memikirkan hal ini.

Jimmy mendengar pergerakan di belakangnya dan menghentikan langkahnya.

Dia juga tidak bisa diam saja saat melihat kondisi Hanna sekarang.

Dia dengan cepat datang ke sisi Hanna dan bertanya, "Ada apa denganmu?"

"Perut ... perutku sakit ... sakit sekali ...." Wajah Hanna terlihat semakin kesakitan. "Ada ... ada obat di dalam tasku, bisakah kamu mengambilkannya untukku?"

Dia memang lupa tidur dan makan di luar negeri selama beberapa tahun, jadi dia sering merasakan perutnya sakit dan selalu membawa obat di dalam tasnya.

Hanya saja, dia sebenarnya tidak benar-benar sakit perut saat ini, ini hanyalah trik untuk mendekati Jimmy.

Jimmy berdiri dan mengambil tasnya yang berada di atas sofa, kemudian memberikan obat sakit perut padanya.

Kondisi Hanna masih belum membaik setelah minum obat sakit perut, dia memohon dengan lemah, "Bisakah kamu ... membiarkanku beristirahat di lantai atas? Aku masih merasa sangat nggak nyaman ...."

Jimmy ragu-ragu sejenak.

Mereka masih bisa dianggap berteman meski dia sudah tidak memiliki perasaan apa pun padanya.

Dia juga tidak mungkin menolak permintaannya pada saat ini.

Pada akhirnya, dia memanggil kepala pelayan, "Bawa dia ke kamar tamu untuk beristirahat."

"Jimmy, terima kasih ...." Hanna memberinya senyum terima kasih.

"Segera pulang setelah selesai istirahat," kata Jimmy yang naik ke lantai atas terlebih dahulu, meninggalkannya dengan kepala pelayan.

Tempat tinggal Sally.

Rasa mual yang dialami Agnes sama sekali tidak membaik.

Saat dia kembali setelah makan siang, dia akan berlari ke kamar mandi lagi dan memuntahkan semuanya.

Kedua kakinya terasa sangat ringan saat berjalan keluar dari kamar mandi.

Tiba-tiba terdengar bunyi notifikasi pesan masuk ke ponselnya yang berada di atas meja.

Agnes berjalan ke arah meja.

Sebuah nomor tidak dikenal mengirim pesan padanya.

Dia membukanya dengan santai, ekspresinya segera berubah saat melihat isi pesannya.

Pihak lain mengirimkan beberapa foto.

Itu adalah foto Hanna yang sedang berbaring di atas ranjang yang pernah dia tiduri di rumah Keluarga Hino.

Selain itu, ada juga kalung yang dia lihat di ruang kerja Jimmy di lehernya.

Hanna yang berada di dalam foto tersenyum sangat cerah, menunjukkan kebanggaan dan kesombongan seorang pemenang.

Pihak lain kembali mengirimkan pesan pendek sebelum dia sempat bereaksi kembali dari foto-foto ini.

Kali ini adalah sebuah teks.

"Agnes, kamu benar-benar sedang mempermalukan dirimu sendiri kalau masih nggak ingin bercerai. Aku akan segera tinggal di sini dan menggantikanmu."

Agnes sudah berusaha sangat keras untuk melapangkan hatinya, tapi bohong jika mengatakan bahwa dia baik-baik saja saat ini.

Seperti ada sesuatu yang menyumbat hatinya, yang membuatnya sulit untuk bernapas.

Sebenarnya, dia benar-benar tidak bisa memahami Jimmy!

Dia bermesraan dengan Hanna, tapi tidak ingin bercerai dengannya, apa sebenarnya maksudnya!

Selain itu, mereka masih belum bercerai, tapi dia sudah membiarkan Hanna tidur di ranjangnya?

Apakah Jimmy tidak bisa sedikit menghormatinya?

Apakah menurutnya dia tidak pantas mendapatkan penghormatan ini?

Setelah menarik napas dalam-dalam dan menyusun kembali suasana hatinya, Agnes membalas pesan itu: "Kamu seharusnya mengerjakan pekerjaan ideologis Jimmy kalau sebegitu inginnya menjadi Nyonya Hino, bukannya memamerkan hal yang membosankan padaku! Orang yang nggak mau bercerai adalah dia."

Hanna segera mendapatkan balasan.

Awalnya dia hanya ingin membuat Agnes marah, tapi pada akhirnya malah hatinya yang terasa sakit.

Orang yang tidak ingin bercerai adalah Jimmy?

Apakah kedudukannya di dalam hati Jimmy tidak setinggi Agnes?

Pintu kamar terbuka saat dia sedang memikirkan hal ini.

Jimmy terlihat jelas juga tidak menyangka bahwa Hanna akan berada di dalam kamar ini.

Tatapan matanya menggelap dan terdengar nada tidak senang dalam ucapannya. "Siapa yang suruh kamu masuk ke dalam kamar ini?"

"Jimmy, aku datang untuk mencarimu, aku ...." Sebelum Hanna sempat menyelesaikan ucapannya.

Jimmy sudah membuka pintu kamar lebar-lebar dan memberi perintah dengan dingin, "Cepat keluar!"

Entah kenapa dia merasa tidak nyaman saat melihat wanita lain berada di dalam kamar ini.

Sialan, jangan-jangan dia ... tanpa sadar sudah menjadikan tempat ini sebagai kamar Agnes?

Hanya saja, wanita itu sedang berusaha keras untuk bercerai dengannya!

Ekspresinya terlihat masam saat memikirkan hal ini.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status