Share

Bab 10 Aku Akan Memuaskanmu Hari ini

Agnes berkata dengan singkat, "Nggak akan kembali lagi."

Kepala pelayan tertegun sejenak lalu membujuknya, "Nyonya Muda, jangan marah lagi dengan Tuan. Tuan sudah nggak seperti sebelumnya yang nggak kembali ke rumah, dia kembali untuk tidur di sini setiap harinya."

Agnes tidak akan lagi berharap dan berkata dengan nada bercanda, "Tentu saja dia bersedia untuk kembali karena aku sudah nggak ada di dalam rumah."

"Nyonya Muda ...." Kepala pelayan masih ingin berbicara, tapi mereka mendengar suara mesin mobil yang dimatikan di depan halaman.

Agnes dan kepala pelayan tanpa sadar menoleh ke arah pintu masuk.

Mereka melihat Jimmy turun dari bagian belakang mobil dengan tidak tergesa-gesa.

Dia selalu terlihat sangat memesona tidak peduli kapan pun itu.

Setelah jas berwarna abu-abu tua yang disetrika dengan rapi dengan teliti, yang membuatnya terlihat sangat terhormat dan elegan.

Wajah tampannya yang unik itu akan membuat orang-orang tidak bisa mengalihkan pandangannya.

Dia berjalan ke sisi Agnes dengan ekspresi serius dan berkata, "Ikut aku ke ruang kerja."

Agnes menggenggam benda di tangannya dengan erat dan mengikuti langkahnya.

Jimmy sama sekali tidak menghentikan langkahnya untuk menunggunya atau menoleh untuk menatapnya sepanjang perjalanan mereka.

Dia pasti tidak tahu betapa melelahkannya pernikahan yang dinanti-nantikan ini.

Jimmy duduk di sofa setelah masuk ke dalam ruang kerja dan mengangkat matanya untuk menatapnya. "Ada apa kamu mencariku?"

Dia sudah berencana untuk memaafkan Agnes.

Hanya saja, premisnya adalah Agnes mengakui kesalahannya dengan tulus.

Agnes meletakkan tas dokumen yang dia pegang ke depan Jimmy. "Tanda tanganlah."

Jimmy melihat tas dokumen itu untuk beberapa saat, dia masih berusaha untuk menenangkan suaranya meski sudah berhasil menebaknya. "Apa itu?"

"Perjanjian perceraian, aku sudah selesai menyusunnya dengan pengacara. Aku sudah tanda tangan dan kamu juga harus tanda tangan, dengan ini kita berdua bisa hidup dengan bebas," kata Agnes dengan tenang.

Seolah-olah perceraian adalah hal yang sangat kecil baginya!

Agnes seperti melempar sebuah bom yang meledakkan hati Jimmy saat menyodorkan perjanjian perceraian ke hadapannya.

Dia benar-benar merasa dirinya sangat bodoh untuk sesaat!

Kenapa dia harus membeli hadiah untuk membujuknya?

Bukankah dia sendiri juga telah mengatakan bahwa dia sama sekali tidak pantas dengan semua hal ini!

Kenapa pada akhirnya dia malah bertindak seperti ini?

Hasil akhir dari tindakannya adalah membuat dirinya terlihat sangat konyol!

Dia ingin membujuk Agnes, tapi wanita itu malah memberikan perjanjian perceraian tanpa ragu-ragu!

Agnes memperhatikan wajah Jimmy yang menegang, serta amarah yang berkobar di matanya, seolah-olah dia akan meledak.

Hanya saja dia tidak merasa takut, melainkan bertanya dengan senyum lebar di wajahnya, "Jimmy, kamu nggak mau tanda tangan? Jangan-jangan ... kamu memiliki perasaan padaku ...."

Jimmy tiba-tiba merobek dokumen itu sebelum Agnes selesai bicara.

"Agnes! Jangan nggak tahu diri!" Jimmy menatapnya dari ketinggian dan matanya memerah. "Sebaiknya kamu tahu kapan harus berhenti saat aku masih bersedia memberi kesempatan padamu!"

Agnes juga telah menebak bahwa akhirnya mungkin akan seperti ini.

Dia menyerahkan setumpuk kertas yang lain pada Jimmy. "Aku sengaja menggandakannya beberapa kali, kamu bisa merobeknya dengan perlahan-lahan dan bisa menyisakan satu dokumen untuk tanda tangan setelah kamu merobek yang lain."

Jimmy marah besar dan seluruh tubuhnya memancarkan hawa dingin.

Agnes malah masih memanas-manasinya, "Kamu bisa meneleponku kapan saja kalau ingin pergi ke Biro Urusan Sipil, aku akan segera datang."

Dia benar-benar mengabaikan amarah Jimmy, dia hendak berbalik untuk keluar dari ruang kerja, tapi lengannya ditahan oleh Jimmy.

Dia menekannya ke atas sofa tanpa ada tanda-tanda kelembutan.

Agnes merasa panik pada saat ini.

Tidak boleh!

Dia sedang hamil!

Sama sekali tidak boleh!

Dia secara alami sangat menolak tindakan Jimmy saat memikirkan hal ini. "Jimmy! Lepaskan aku! Jangan sentuh aku!"

Jimmy terkekeh, tapi ucapannya terdengar sangat tajam. "Bukankah ini semua karena kamu merasa sangat kesepian, jadi kamu menggunakan cara ini untuk mencapai tujuanmu? Aku akan memuaskanmu hari ini!"

Agnes tidak berani membayangkan bagaimana pria yang sedang marah ini akan memperlakukannya dengan kasar!

Jimmy sudah mulai melepaskan pakaian Agnes pada saat ini.

Agnes tidak ingin terjadi sesuatu pada anaknya!

Dia semakin berjuang dengan keras. "Jimmy, aku sama sekali nggak menginginkanmu sekarang! Jangan terlalu percaya diri! Lepaskan! Lepaskan aku!"

Jimmy meremas dagunya dan berkata dengan nada mengejek, "Apakah kamu berencana menggunakan trik lain saat melihat bahwa kekeraskepalaanmu sama sekali nggak berguna?"

Jimmy mencium bibirnya dengan keras setelah selesai bicara.

Ini adalah pertama kalinya dia berinisiatif untuk menciumnya.

Hanya saja, tidak ada kelembutan yang dia nantikan.

Sebaliknya, ini lebih seperti hukuman yang penuh dengan amarah.

Agnes tidak ingin masalah ini menjadi tidak terkendali dan dia juga tidak bisa bergerak, pada akhirnya dia hanya bisa mengangkat tangannya dan menamparnya dengan keras.

"Jimmy! Cukup!"

Suasana di dalam ruang kerja langsung menjadi hening pada saat itu, keheningan ini terasa sangat menyesakkan.

Jimmy tidak membuat reaksi apa pun, dia hanya mempertahankan postur kepalanya yang sedikit miring sebelah.

Tamparannya benar-benar sangat keras, dia yakin pasti ada jejak telapak tangannya di wajah Jimmy.

Garis-garis di wajahnya juga terlihat mengeras.

"Bukankah kamu akan mengetahui apakah aku sebenarnya sedang berakting atau nggak setelah tanda tangan? Tenang saja, aku nggak akan menemuimu lagi, apalagi menempelimu begitu bercerai," kata Agnes dengan ekspresi serius yang jarang terlihat.

Dia mendorong Jimmy menjauh dan turun dari sofa setelah selesai bicara.

Kakinya kebetulan menginjak sesuatu.

Sebuah kotak yang sangat indah.

Benda ini baru saja jatuh dari saku Jimmy.

Tutup kotaknya sudah terbuka dan memperlihatkan seuntai kalung yang sangat indah di dalamnya.

Dia pernah melihat kalung ini di sebuah majalah, yang memiliki arti cinta yang tulus sepanjang kehidupan.

Tidak tahu Jimmy ingin memberikan kalung ini pada siapa.

Agnes tidak berpikir terlalu banyak dan segera meninggalkan tempat ini.

Adapun untuk Jimmy, dia baru perlahan-lahan menoleh dan menatap pintu yang tertutup dengan tatapan muram setelah Agnes pergi.

'Agnes, kamu pasti akan kembali untuk menemuiku lagi, pasti!'

Keberanian wanita ini benar-benar semakin lama semakin besar.

Ini adalah pertama kalinya dia ditampar setelah hidup selama 27 tahun!

Selain itu, tamparan ini seolah-olah mengenai hatinya, yang membuat hatinya tidak bisa tenang untuk waktu yang lama.

Jimmy menghabiskan banyak waktu untuk menenangkan dirinya.

Dia duduk di sofa dan mengambil salah satu dokumen perjanjian perceraian.

Tidak disangka wanita ini tidak menginginkan apa-apa.

Hal ini sedikit berada di luar dugaannya.

Dia mengira Agnes setidaknya akan mengambil sedikit keuntungan darinya.

Misalnya seperti uang dan lain-lain.

Alis Jimmy perlahan-lahan berkerut, dia benar-benar semakin tidak bisa memahami wanita ini.

Lebih tepatnya adalah dialah yang tidak pernah memahaminya.

Pada saat ini terdengar suara ketukan di pintu yang menarik kembali pikirannya.

"Ada apa?"

"Tuan, ada seorang nona yang mencarimu, dia mengatakan bahwa namanya adalah Hanna," lapor kepala pelayan dari luar pintu

Hanna?

Kenapa dia datang ke sini?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status