Share

Bab 9 Sama Sekali Tidak Mengetahui Kesukaannya

Jimmy memerintah dengan dingin, "Buat dia menghilang."

Asisten itu mengangguk. "Baik, aku akan segera mengaturnya."

"Pak Jimmy, bagaimana jika aku mengantarmu kembali terlebih dahulu?" tanya asisten itu.

"Nggak perlu, kamu sudah bisa pulang kerja."

"Baik, Pak Jimmy," balas asisten itu sambil tersenyum kecil, lalu berbalik dan pergi.

Muncul secercah harapan di dalam hati Hanna, dia merasa sangat gembira.

Jimmy menyuruh asistennya pergi karena ingin berduaan dengannya, 'kan!

Memang benar bahwa Jimmy masih menyukainya!

Hanna juga mengulurkan tangannya dan hendak membuka pintu di samping kursi pengemudi saat melihat Jimmy memutari mobil untuk berjalan ke kursi pengemudi.

Ucapan Jimmy membuatnya seperti tersambar petir.

"Apa yang kamu lakukan?"

Hanna merasa sangat malu tapi berusaha untuk membuat dirinya tersenyum. "A ... apakah kamu nggak ingin mengantarku pulang?"

"Bukankah ada mobil yang diatur untuk menjemput dan mengantar tamu pesta amal?" Maksud ucapan Jimmy adalah aku tidak berencana untuk mengantarmu kembali.

Hanna berusaha keras untuk menaikkan sudut bibirnya, tapi dia malah terlihat lebih jelek daripada saat menangis. "A .. apakah kamu nggak bisa mengantarku? Kebetulan ada yang ingin kukatakan padamu."

Jimmy membuka pintu pengemudi. "Maaf, aku nggak berniat mendengarnya, kamu bisa membiarkan mobil ini mengantarmu."

Dia langsung masuk ke dalam mobil setelah berbicara.

Rongga mata Hanna membasah saat mendengar suara mesin mobil dihidupkan.

Dia meremas kedua tangannya erat-erat agar tidak menangis.

Apakah Jimmy ... benar-benar bersikap sedingin ini padanya?

Bukankah dia sudah menjelaskannya pada Jimmy?

Dia ingin membuat dirinya lebih menjadi lebih hebat agar bisa bersanding dengan Jimmy, oleh karena itu dia menerima uang dari Tuan Besar Andre dan belajar di luar negeri!

Ini adalah niat awal dari kepergiannya!

Hanya saja kenapa dia seperti ... tidak ingin menerimanya kembali lagi?

Raut wajah Hanna mendingin saat melihat mobil yang melaju menjauh.

Tidak peduli bagaimanapun juga, dia tidak akan melepaskannya lagi kali ini!

Jimmy segera menelepon seseorang setelah meninggalkan pesta amal. "Apakah ada waktu luang? Datanglah ke Bar Daron."

Seseorang mendorong pintu ruang pribadi tempat Jimmy berada pada setengah jam kemudian.

"Apa yang ingin kamu gosipkan tentang Agnes sampai mengajakku keluar?" kata Jared sambil mencari posisi nyaman untuk dirinya sendiri dan duduk di sofa.

Dia sudah sangat terbiasa dengan hal ini.

Sejak Jimmy menikah, dia pasti mengajaknya keluar untuk minum alkohol karena Agnes.

Terakhir kali dia mengajaknya untuk minum alkohol adalah pada tiga bulan yang lalu, alasannya karena Jimmy ditiduri oleh Agnes.

Dia tertawa bahagia saat mendengar hal ini.

Siapa yang bisa menyangka bahwa pada suatu hari kesucian Jimmy, yang bisa melakukan apa saja, direbut oleh seorang wanita?

"Dia ingin bercerai denganku dan bahkan sudah mengembalikan cincin nikahnya," ucap Jimmy sambil mengambil cincin di atas meja dan sesekali menatapnya.

Dia tidak benar-benar membuang cincin ini.

Jared mengerutkan alisnya dengan bingung. "Bukankah kamu seharusnya menyalakan kembang api untuk merayakan hal ini? Kenapa kamu terlihat begitu sedih? Jangan katakan padaku bahwa kamu nggak mau bercerai?"

Kata-kata tidak ingin bercerai terasa sangat berat dan mengetuk hati Jimmy dengan keras.

Bagaimana mungkin?

Bagaimana mungkin dia tidak ingin bercerai?

Dia hanya tidak ingin Kakek dan Nenek terus memikirkan masalah ini!

Jimmy segera berdeham dan berkata dengan keras, "Aku ingin bercerai, tapi aku nggak tahan dengan reaksi kakek dan nenekku."

Jared mendengar dengan ekspresi datar, tapi berkata di dalam hatinya, 'Dasar pembohong!'

Dia tiba-tiba menatap Jimmy dengan ekspresi licik. "Kalau begitu, untuk apa kamu mengajakku keluar? Apakah kamu memerlukan bantuanku untuk membujuk Agnes kembali ke sisimu?"

"Membujuk? Apakah dia pantas?" Jimmy menaikkan dagunya dengan arogan dan berkata dengan nada tidak puas, "Aku memberinya makan, pakaian dan tempat tinggal yang baik, atas dasar apa dia merasa nggak puas?"

Jared menyalakan rokok untuk dirinya sendiri, lalu menyandarkan dirinya di sofa dan berkata dengan santai, "Bukankah wanita adalah orang yang serakah? Dia ingin mendapatkan lebih banyak lagi setelah mendapatkanmu. Misalnya seperti hatimu?"

Jimmy terdiam setelah mendengar ini.

Dia benar-benar tidak mengerti apa yang sebenarnya diinginkan oleh wanita.

Dia selalu percaya bahwa Agnes menikah dengannya demi kekayaan Keluarga Hino selama ini.

Hanya saja, kadang kala dia merasa sepertinya bukan seperti ini ....

Sungguh menyebalkan!

Jared tidak bisa menahan diri untuk berkata saat melihat Jimmy yang sedang terjebak dalam cinta, "Sepertinya kalian sudah hampir menikah selama tiga tahun, 'kan? Amarahnya pasti akan mereda kalau kamu memberinya hadiah."

Jimmy diam-diam mengingat saran Jared.

Hanya saja, mulutnya tetap berkata, "Aku sama sekali nggak peduli apakah amarahnya mereda atau nggak!"

Keesokan harinya, Jimmy memanggil Darlin ke dalam kantor.

"Siapkan sebuah hadiah untukku."

"Hadiah apa yang ingin dibeli Pak Jimmy?" tanya Darlin.

Jimmy tertegun.

Apa hadiah yang harus dia beli?

Dia baru menyadari bahwa dia sama sekali tidak mengetahui kesukaan Agnes.

"Pak Jimmy?" panggil Darlin karena melihat Jimmy tidak menjawab untuk waktu yang lama.

Jimmy berdeham dan berkata dengan canggung, "Apa yang biasanya disukai oleh ... wanita?"

Darlin mengelus hidungnya dan tersenyum canggung. "Pak Jimmy, aku masih melajang, bagaimana mungkin aku memahami hal ini?"

Jimmy menghadapi kesulitan, apa yang harus dia berikan?

Dia tiba-tiba teringat bahwa dia sepertinya menatap sebuah kalung untuk waktu yang lama saat dia membawanya ke pusat perbelanjaan untuk memilih hadiah untuk kakeknya.

Wanita seharusnya tidak akan bisa menolak perhiasan, 'kan?

Dia berkata saat memikirkan hal ini, "Belikan kalung."

Darlin mengangguk sambil berpikir. "Apakah aku boleh bertanya kepada siapa kalung ini akan diberikan?"

Karena model kalung yang diberikan pada orang yang berbeda juga akan terlihat berbeda.

"Agnes," jawab Jimmy sambil berusaha mempertahankan ekspresi datarnya.

Darlin sudah memiliki jawaban di dalam hatinya, "Baik, aku akan segera mempersiapkan hadiah ini."

Darlin menyerahkan hadiah ke hadapan Jimmy pada dua jam kemudian. "Pak Jimmy, silakan dilihat."

Jimmy tidak membukanya, dia berpikir bahwa sudah sangat baik dirinya memberinya hadiah, dia juga tidak ingin menghabiskan banyak waktu dalam hal ini.

"Hm, kamu sudah bisa keluar."

Darlin keluar dari kantor Jimmy setelah mengangguk.

Ponsel Jimmy berdering saat dia hendak membuka kotaknya.

Kebetulan Agnes-lah yang meneleponnya.

Terdapat sedikit kelembutan di sudut bibirnya yang sama sekali tidak disadari olehnya. "Halo."

"Kamu sedang berada di mana?"

"Apakah ada masalah?"

"Hm, ada yang ingin aku katakan padamu."

Jimmy menaikkan alisnya. Mungkinkah wanita ini sudah menyadari bahwa dia terlalu memandang tinggi dirinya sendiri dan ingin memohon pengampunannya?

"Kalau begitu kembalilah ke rumah, kebetulan aku juga ingin berbicara denganmu," kata Jimmy yang langsung memutuskan panggilan setelah selesai bicara.

Sudah saatnya masalah ini berakhir.

Agnes tiba terlebih dahulu di tempat tinggal Jimmy.

Hatinya terasa campur aduk saat kembali lagi ke tempat ini.

"Nyonya Muda, apakah kamu sudah berbaikan dengan Tuan dan berencana untuk tinggal lagi di sini?" tanya kepala pelayan dengan antusias saat melihat Agnes.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
rahma classonline
bisakah "hanya saja" diganti dengan kata lain
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status