Share

Bab 8 Duri di Dalam Hatinya

Hanna yang berjalan mendekat menunjukkan ekspresi sedih.

"Apakah aku nggak boleh mencarimu kalau nggak ada masalah? Jimmy, sikapmu padaku sekarang ... benar-benar berbeda sangat jauh dengan sebelumnya."

Ekspresi Jimmy masih terlihat datar. "Aku sudah menikah, jadi tentu saja harus membuat jarak tertentu denganmu."

Sudut bibir Hanna berkedut dengan tak berdaya. "Jimmy, untuk apa kamu berpura-pura di hadapanku?"

Jimmy kebingungan. "Apa maksud ucapanmu?"

"Kamu dan dia pada dasarnya nggak saling mencintai! Agnes adalah perisai yang kamu gunakan untuk mendorongku menjauh, 'kan? Aku sudah mendengar kabar bahwa kalian akan segera bercerai," ucap Hanna dengan ekspresi tidak nyaman.

Tiba-tiba terdapat pergerakan pada ekspresi Jimmy yang awalnya datar.

Dia bertanya dengan suara rendah, "Dari mana kamu mendengarnya?"

Hanna berkata dengan pelan, "Dari Agnes."

Jimmy tidak mengatakan apa-apa dan bibirnya berkerut menjadi sebuah garis lurus.

Tangan yang berada di dalam saku celananya juga perlahan-lahan terkepal.

Dia masih belum setuju untuk bercerai, tapi wanita ini sudah memberi tahu hal ini pada semua orang?

Apakah dia ... benar-benar sangat ingin bercerai?

Mungkinkah wanita itu sudah merasa lelah setelah berakting selama tiga tahun di hadapannya dan berencana untuk menunjukkan wajahnya yang sebenarnya?

Hanna tidak pernah melihat tampang Jimmy yang seperti ini dan senyum di wajahnya membeku. "Jimmy, ada apa denganmu? Agnes nggak mungkin hanya bicara omong kosong, 'kan?"

Jantung Hanna berdetak dengan cemas.

Dia sangat berharap Jimmy dapat memberinya sebuah jawaban yang pasti.

Hanya saja, pandangan Jimmy seolah-olah teralihkan oleh sesuatu.

Hanna mengikuti tatapannya dan hatinya menegang.

Agnes.

Dia sedang memandang Agnes ....

Dia berdiri di hadapan Jimmy, tapi pria itu malah menatap wanita lain.

Dia sengaja mengenakan gaun berwarna merah saat mengetahui bahwa dia juga akan datang ke pesta amal ini.

Karena dia pernah mengatakan bahwa dia terlihat paling cantik saat mengenakan gaun merah.

Hanya saja ... pria itu menatapnya dengan tatapan tanpa emosi.

Agnes beberapa kali mencari di tengah rerumputan setelah Jimmy pergi, tapi tetap tidak bisa menemukan cincin itu.

Tidak peduli bagaimanapun juga ini adalah cincin yang diberikan oleh Nenek, dia sama sekali tidak bisa menghadapinya jika menghilangkan cincin ini.

Dia berpikir untuk melaporkan hal ini pada petugas di sini.

Menyuruh mereka untuk lebih teliti saat membersihkan halaman ini.

Ada orang yang memanggilnya begitu dia muncul di dalam aula, "Loh, bukankah ini adalah Nona Agnes?"

"Aku kira kamu seharusnya sedang memikirkan bagaimana caranya untuk menyelamatkan ayahmu setelah ditangkap, nggak disangka kamu masih bisa menghadiri pesta amal."

Pihak lain mencibir tanpa sungkan-sungkan dan suaranya sangat keras, seolah-olah takut orang lain tidak mendengar ucapannya.

Agnes bisa merasakan tatapan beberapa orang yang tertuju padanya.

Dia tidak ingin menjadi pusat perhatian, apalagi membuat masalah, jadi dia ingin pergi sambil menundukkan kepalanya.

Pihak lain langsung mengejarnya dan menghalangi jalannya. "Beraninya seorang putri pemerkosa mengabaikan orang lain?"

Masalah itu seperti duri di dalam hati Agnes.

Siapa pun tidak boleh menyentuhnya.

Dia selalu mengagumi ayahnya sejak kecil dan ayahnya selalu menjadi panutan yang sangat baik di dalam hatinya.

Hanya saja, tiba-tiba polisi datang ke rumah dan membawa pergi ayahnya pada tiga tahun yang lalu.

Tuduhannya adalah pemerkosaan.

Dia sama sekali tidak bisa percaya bahwa ayahnya bisa melakukan hal seperti ini!

Dia masih tidak dapat membuat dirinya tenang saat mengungkit hal ini lagi meski tiga tahun telah berlalu.

Orang di hadapannya bernama Kevin Kuncoro.

Kevin pernah mengejar Agnes sebelumnya, tapi pria itu jadi membencinya karena Agnes tidak menyukainya.

Dia berkata seperti ini demi membuatnya terlihat mengenaskan dan melampiaskan amarahnya.

Tatapan Agnes bertemu dengannya dan berkata dengan nada bicara yang tidak baik, "Kamu sebaiknya menutup mulutmu!"

Kevin malah mencibir. "Kenapa, nggak ingin orang lain membicarakannya? David Tores, presdir dari pabrik elektronik terbesar di dalam kota, ditangkap karena tuduhan pemerkosaan pada tiga tahun yang lalu, semua orang mengetahui hal ini dan aku nggak sedang berbicara omong kosong."

"Ayahku nggak mungkin melakukan hal seperti ini!" Agnes membela ayahnya dengan marah.

Hanya saja, pembelaannya terlihat sangat tidak berguna.

Orang-orang yang berkerumun di samping mulai berbicara.

"Ternyata dia adalah putri David? Dari mana putri dari seorang bajingan berhak menghadiri pesta amal!"

"Mungkin dia ingin beramal untuk meringankan dosa ayahnya."

"David terlihat seperti orang yang jujur, huh ... tapi kenyataannya dia adalah seseorang yang berwajah manusia tapi berhati binatang buas! Putrinya pasti bukan orang yang baik juga!"

"Aku pernah mendengar sebelumnya bahwa dia sepertinya menjual dirinya setelah David ditangkap ...."

"Kedua ayah dan anak ini sangat hebat, satu pelacur dan satu lagi pemerkosa ...."

Apa yang dikatakan orang-orang semakin lama semakin tidak enak didengar.

Ekspresi Jimmy juga semakin lama semakin jelek, pada akhirnya, dia sudah tidak tahan dengan semua ini dan hendak memasuki kerumunan.

Agnes telah berbicara terlebih dahulu begitu dia baru saja mengangkat tangannya.

"Aku akan membatalkan keputusan pada kasus ayahku dan pengadilan juga pasti akan membersihkan namanya!"

Agnes mengalihkan pandangannya pada Kevin dan berkata dengan sinis, "Tuan Muda Kevin, lebih baik kamu menghabiskan waktu untuk membuat dirimu lebih pintar kalau memiliki waktu luang seperti ini, agar kamu nggak ditampar di depan umum oleh ayahmu, yang bahkan sampai mengusirmu keluar dari Keluarga Kuncoro."

Masalah ini juga merupakan duri di dalam hati Kevin.

Dia marah sampai wajahnya memerah. "Agnes! Beraninya kamu berbicara seperti ini padaku!"

"Percaya atau nggak, suatu hari aku akan membunuhmu!"

Agnes tidak memedulikan ucapannya dan langsung pergi, tapi pandangannya secara tidak sengaja tertuju pada sepasang pria dan wanita yang berdiri tidak jauh dari sana.

Hanna berdiri di samping Jimmy.

Tangannya sedang melingkari lengan Jimmy dengan mesra.

Mereka masih belum bercerai, tapi dia sudah bermesraan dengan Hanna.

Sepertinya dia benar-benar harus segera memberikan tempat pada Hanna.

Agnes melangkah dengan cepat setelah memaksa dirinya untuk menarik kembali pandangannya seolah-olah tidak terjadi apa pun.

Jimmy segera menepis tangan Hanna begitu dia pergi. "Perhatikan tindakanmu."

"Maaf, aku nggak bisa berdiri dengan stabil tadi," ucap Hanna.

Tatapan keberatan di mata Jimmy membuat hatinya terasa sangat tidak nyaman.

Agnes mencari petugas dan melaporkan masalah cincin setelah keluar dari aula, kemudian meninggalkan pesta amal ini.

Dia mengenderai mobilnya di jalanan tanpa tujuan yang jelas.

Dia sudah memeriksa kasus ayahnya selama tiga tahun tapi tidak mendapatkan hasil apa pun.

Dia mengajukan permohonan kunjungan, tapi ayahnya selalu menolak untuk menemuinya.

Hal ini membuatnya semakin merasa yakin bahwa ada hal yang tersembunyi di dalamnya, suatu rahasia yang tidak dia ketahui.

Dia akan terus memeriksa kasus ini.

Setelah pesta amal selesai.

Jimmy berjalan ke tempat parkir.

Hanna mengikutinya di samping.

Jimmy terlihat sangat linglung semalaman ini.

Hanna merasa agak kesal saat melihatnya yang seperti ini.

Mungkinkah ... dalam waktu tiga tahun ....

Agnes telah diam-diam menancapkan akarnya di dalam hati Jimmy?

Asisten Jimmy berjalan mendekat pada saat ini dan berkata, "Pak Jimmy, aku sudah berhasil menemukannya, nama orang tadi adalah Kevin Kuncoro."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status