Jimmy memerintah dengan dingin, "Buat dia menghilang."Asisten itu mengangguk. "Baik, aku akan segera mengaturnya.""Pak Jimmy, bagaimana jika aku mengantarmu kembali terlebih dahulu?" tanya asisten itu."Nggak perlu, kamu sudah bisa pulang kerja.""Baik, Pak Jimmy," balas asisten itu sambil tersenyum kecil, lalu berbalik dan pergi.Muncul secercah harapan di dalam hati Hanna, dia merasa sangat gembira.Jimmy menyuruh asistennya pergi karena ingin berduaan dengannya, 'kan!Memang benar bahwa Jimmy masih menyukainya!Hanna juga mengulurkan tangannya dan hendak membuka pintu di samping kursi pengemudi saat melihat Jimmy memutari mobil untuk berjalan ke kursi pengemudi.Ucapan Jimmy membuatnya seperti tersambar petir."Apa yang kamu lakukan?"Hanna merasa sangat malu tapi berusaha untuk membuat dirinya tersenyum. "A ... apakah kamu nggak ingin mengantarku pulang?""Bukankah ada mobil yang diatur untuk menjemput dan mengantar tamu pesta amal?" Maksud ucapan Jimmy adalah aku tidak berencana
Agnes berkata dengan singkat, "Nggak akan kembali lagi."Kepala pelayan tertegun sejenak lalu membujuknya, "Nyonya Muda, jangan marah lagi dengan Tuan. Tuan sudah nggak seperti sebelumnya yang nggak kembali ke rumah, dia kembali untuk tidur di sini setiap harinya."Agnes tidak akan lagi berharap dan berkata dengan nada bercanda, "Tentu saja dia bersedia untuk kembali karena aku sudah nggak ada di dalam rumah.""Nyonya Muda ...." Kepala pelayan masih ingin berbicara, tapi mereka mendengar suara mesin mobil yang dimatikan di depan halaman.Agnes dan kepala pelayan tanpa sadar menoleh ke arah pintu masuk.Mereka melihat Jimmy turun dari bagian belakang mobil dengan tidak tergesa-gesa.Dia selalu terlihat sangat memesona tidak peduli kapan pun itu.Setelah jas berwarna abu-abu tua yang disetrika dengan rapi dengan teliti, yang membuatnya terlihat sangat terhormat dan elegan.Wajah tampannya yang unik itu akan membuat orang-orang tidak bisa mengalihkan pandangannya.Dia berjalan ke sisi Agn
"Aku mengerti," kata Jimmy yang setelah itu perlahan-lahan berdiri.Kakinya menginjak kalung itu saat ingin melangkah.Terdapat tatapan tajam yang melintas di mata Jimmy saat mengingat kembali kejadian sebelumnya.Dia mengambil kalung itu dan meninggalkan ruang kerja.Jimmy langsung memberikan kalung itu pada kepala pelayan begitu tiba di lantai satu. "Buang benda ini!"Kepala pelayan tertegun sejenak, dia bisa melihat bahwa kalung ini sangat berharga meski tidak mengenal mereknya.Kenapa seuntai kalung yang indah ini ingin dibuang?Dia tidak tahu dan juga tidak berani bertanya.Saat hendak mengambil kalung itu, Hanna yang sedang duduk di sofa berkata, "Jimmy, jangan begitu boros, berikan saja padaku kalau kamu nggak mau."Dia berbicara sambil berdiri dan berjalan ke hadapan Jimmy.Kepala pelayan memberi tatapan bertanya pada Jimmy.Kalung ini harus dia buang atau tidak?Kedua mata Jimmy menatap kalung itu selama beberapa detik.Setelah itu, seperti sedang membuang sampah, dia melempar
Hanna menatapnya dengan ekspresi terluka. "Jimmy, kamu nggak pernah memperlakukanku seperti ini sebelumnya ....""Itu dulu!" Jimmy menatapnya sambil mengerutkan keningnya dan berkata, "Kamu nggak boleh masuk ke dalam kamar ini tanpa izinku!"Air mata Hanna sudah menggenang di rongga matanya.Ternyata benar ....Dia sudah memiliki perasaan terhadap Agnes.Kalau tidak, kenapa dia terus menunda perceraian mereka?Hanya saja, Hanna tidak berani berbicara terlalu banyak, dia hanya akan membuat Jimmy semakin membencinya jika mengatakan hal yang tidak seharusnya diucapkan."Kalau begitu aku akan kembali terlebih dahulu," ucap Hanna sambil menundukkan kepalanya, tidak ingin Jimmy melihat matanya yang memerah.Ponsel Jimmy langsung berdering begitu Hanna baru saja pergi.Ekspresi wajahnya mendingin saat melihat siapa yang meneleponnya.Untuk apa wanita ini meneleponnya lagi?Dia menjawab panggilan, tapi suaranya masih terdengar dingin, "Ada apa?""Datanglah ke Biro Urusan Sipil sekarang, aku ng
Mata Agnes dan Kakek Andre dipenuhi dengan rasa khawatir dan gugup meski masih duduk di kursi panjang.Dokter melepaskan maskernya dan berkata dengan ekspresi serius, "Operasinya sangat sukses, pasien sudah sadar sekarang. Pasien perlu tinggal beberapa hari di rumah sakit agar kami bisa memeriksa luka di otaknya dan sudah bisa keluar dari rumah sakit kalau kondisinya baik-baik saja."Ucapan dokter membuat mereka semua menghela napas lega.Jimmy berkata dengan tulus, "Terima kasih!""Kalian sudah bisa menjenguknya di kamar pasien," kata dokter sambil mengangguk kecil pada mereka dan melangkah menjauh.Kakek Andre menghela napas lega dan berkata, "Untung saja dia baik-baik saja, kalau nggak aku ...."Agnes segera memotong ucapannya, "Kakek, jangan berkata seperti itu, mari kita temui Nenek.""Hm."Kakek Andre berkata dengan penuh emosi dalam perjalanan mereka ke kamar pasien, "Agnes, tahukah kamu? Sebenarnya aku berutang banyak hal pada nenekmu dalam kehidupan ini."Agnes mengerutkan ken
"Halo? Sally? Hm, tolong tunda pesta lajang yang sedang kamu siapkan. Muncul suatu masalah dan nggak bisa bercerai ...." Agnes menghela napas dengan penuh penyesalan.Mata Agnes tertuju pada punggung Jimmy saat mengatakan ini.Seluruh tubuhnya memunculkan aura yang menakutkan.Agnes tahu bahwa dia pasti sedang marah besar.Sedangkan dia memang sengaja berkata seperti ini untuk memancing amarahnya.Mereka mungkin akan bercerai setelah dia semakin membencinya.Beberapa saat kemudian, dia pergi sambil membanting pintu dengan keras.Hati Agnes seolah-olah juga ikut menegang sesaat lalu terasa kosong lagi.Jika bisa, siapa yang ingin bertengkar dengan orang yang dicintai selama 10 tahun?Siapa yang tidak ingin bertemu dengan orang yang mencintaimu dengan sepenuh hati lalu hidup bersama sampai tua tanpa pernah berpisah?"Agnes? Halo! Apa yang sedang kamu ucapkan? Kenapa aku sama sekali nggak ngerti?" Suara Sally di ujung panggilan menarik kembali pikirannya.Agnes berdeham dan berkata, "Ngga
Jimmy sudah berjalan ke sisinya saat Agnes sedang berpikir seperti ini.Dia memandangnya dari atas hingga bawah, suasana hatinya terlihat tidak jelas di balik matanya. "Untuk apa kamu datang ke departemen kebidanan dan ginekologi?"Jimmy sedikit menyipitkan matanya dan menatap nomor antrean di tangannya. "Untuk siapa kamu mengambil nomor antrean ini?"Agnes memegang kertas nomor antrean dengan lebih erat.Setiap kali melakukan pemeriksaan, sudah pasti yang hadir adalah ibu hamil itu sendiri.Jadi, namanya tertulis dengan jelas di atas kertas ini.Dia tidak boleh membiarkan Jimmy melihat nomor antrean ini.Dia berusaha untuk menjawab dengan datar, "Aku datang ke sini untuk menemani seseorang melakukan pemeriksaan, malahan kamu, seorang pria, untuk apa datang ke tempat ini?"Kedua mata Jimmy menatapnya lekat-lekat, seolah-olah ingin melihat isi hatinya.Agnes hanya bisa berusaha untuk membuat dirinya tetap tenang.Hanya saja, Jimmy, yang suka merasa curiga, sama sekali tidak percaya deng
Pak Mike melihat sekeliling dan menatap Agnes dengan tatapan iba. "Aku menyarankanmu untuk jangan menyia-nyiakan tenagamu. Daripada seperti ini, lebih baik kamu membujuk Jimmy."Agnes meremas kedua tangannya dan terdapat amarah yang berkobar di dalam hatinya."Apakah dia menekanmu dalam hal ini?"Pak Mike menghela napas. "Pak Jimmy berkata bahwa siapa pun yang berani membantumu sama saja dengan melawannya dan juga Grup Silnu. Coba kamu pikir, siapa yang berani menyinggungnya?"Grup Silnu didirikan oleh Jimmy dan telah menjadi legenda di dunia bisnis hanya dalam beberapa tahun.Jimmy seperti seorang dewa di dunia bisnis karena ini.Tidak banyak orang yang berani ... menyinggung Jimmy.Agnes mengatupkan bibirnya dan wajahnya dipenuhi dengan amarah.Kenapa dia bisa bersikap seperti ini!"Jadi, kamu sebaiknya jangan datang mencariku lagi, aku nggak bisa membantumu," kata Pak Mike, dia segera meninggalkan Agnes seolah-olah takut memiliki hubungan dengannya.Agnes sedikit tidak memercayai ha