Share

Takdir Allah

Sebenarnya Dwita tidak berhak membuka amplop besar yang ada di atas bakas itu. Tapi rasa penasaran membuatnya ragu antara membukanya atau mengacuhkannya. Apalagi ketika ia melihat tulisan di atas amplop itu tertera pengadilan agama.

“Kenzo lelap kan tidurnya,” kata Aira yang tiba-tiba masuk ke dalam kamar.

“I-iya, lelap sekali. Ternyata ia sudah besar ya?” sahut Dwita dengan gugup, tapi ia berusaha untuk menutupi kegugupannya.

“Ayo kita ngobrol di ruang tamu saja,” ajak Aira.

“Oke, Mbak.” Dwita mengikuti langkah kaki Aira keluar dari kamar dan menuju ke ruang tamu.

“Kamu pamit apa sama Mama?” tanya Aira sambil mencomot martabak yang tadi dibawa Dwita.

“Pamit ke rumah teman, tapi Papa tahu aku pergi kesini. Ini ada titipan untuk Kenzo dari Papa.” Dwita membuka tasnya dan mengeluarkan sebuah amplop putih dari dalam tas.

“Apa ini?” tanya Aira ketika menerima amplop itu.

“Kayaknya uang sih, Mbak. Kata Papa untuk Kenzo dan Mbak Aira.”

Mata Aira berkaca-kaca, ia sangat terharu dengan perhat
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status