"Itu sebabnya kubilang percuma memberitahumu! Untuk apa begitu banyak tingkah?"Resepsionis mengeluh dengan rasa takut yang tiada henti.Deon mengabaikannya dan tersenyum sambil berkata, "Oke, terima kasih!"Klub Mahkota? Deon ingat ini adalah industri milik Aldy.Kalau memang demikian, semuanya sudah menjadi mudah. Menyuruh Aldy maju pasti akan bisa membawa Nadya kembali.Terlepas dari benar atau tidaknya, keselamatan orang adalah yang terpenting.Dalam perjalanan ke Klub Mahkota, Diana menelepon."Kak! Nadya sudah pulang! Itu palsu! Dia bilang itu cuma video editan orang lain!""Dia juga bilang dia mencari alasan untuk menyelinap kembali lebih awal dan nggak ada yang menyakitinya."Dalam setiap kata terdengar kegembiraan Diana.Deon berkata dengan lega, "Oke! aku akan segera kembali!"Akan tetapi setelah mengakhiri panggilan, dia langsung menyadari ada yang tidak beres.Deon masih bisa membedakan apakah itu editan atau bukan.Video tersebut jelas menunjukkan tanda-tanda keaslian, ter
"Aku nggak tahu kalau itu adalah kata-kata terakhirnya! Ini semua salahku! Aku benar-benar bodoh sampai nggak bisa melihat apa-apa! Aku benar-benar nggak berguna!"Mata Diana berkaca-kaca dan dia terus menampar wajahnya dengan tangan dengan penuh rasa bersalah.Deon menarik lengan Diana dengan kuat dan mencoba menenangkannya."Diana! Ini bukan salahmu! Ini nggak ada hubungannya denganmu!""Ini ... salah mereka."Begitu menyebut orang-orang yang menyakiti Nadya, mata Deon memerah dan dia benar-benar marah.Raut wajahnya terlihat penuh niat membunuh.Niat membunuh yang begitu kuat hanya muncul dua kali. Satu kali saat Luna dijual ke Klub Meranda dan ini adalah kedua kalinya."Kak, ayo panggil polisi! Biarkan hukum yang mengadili mereka!"Diana menyeka air matanya dan berkata dengan marah.Ekspresi mencela diri sendiri muncul di wajah Deon dan dia mencubit pipi Diana."Adikku yang konyol, ini ibu kota provinsi!""Hukum nggak berfungsi saat menghadapi orang-orang besar seperti mereka di ib
Deon melirik Suzie dengan acuh tak acuh. Lalu, dia mengulurkan tangannya ke bokong Suzie dan meremas dengan kuat.Deon berkata dengan serius,"Jangan main-main, aku ada urusan penting."Suzie bergidik dan nyaris mendesah. Dia memelototi Deon.Namun, wajah Deon sangat suram dan seperti ada angin topan dalam tatapan matanya!Ekspresi Suzie juga menjadi serius. Dia mengikuti Deon ke dalam kantor."Ayo katakan, apa urusanmu?""Apa kamu kenal Adam Riyanto?" tanya Deon langsung.Sebagai sesama anggota keluarga elite di ibu kota provinsi, Suzie memiliki jaringan koneksi yang lebih luas daripada Liana sang pendatang dari luar.Suzie adalah terobosan satu-satunya.Suzie berseru dengan kaget,"Adam? Tentu saja aku kenal! Dia itu anak orang kaya, tipikal anak playboy! Kehidupannya sangat kacau. Katanya, dia sudah mencelakai banyak mahasiswi!""Dalam bertahun-tahun ini, dia meminta uang pada keluarganya untuk membuka perusahaan model. Sepertinya cukup berkembang!"Deon bertanya, "Apa kamu bisa men
Pukul delapan malam keesokannya, di Klub Mahkota.Beberapa anak orang kaya sedang berkumpul.Mereka asyik menari dan menyanyi di bawah lampu disko."Tuan Adam datang!""Tuan Adam tetap seperti biasanya!""Anak keluarga bangsawan memang berbeda dengan rakyat jelata seperti kita!"Melihat Adam datang, para anak orang kaya segera beranjak dari kursi dan menyanjungnya.Sebagai anak adipati, Adam berpakaian jas, lengannya bertato, dan sangat tampan.Adam mengeluarkan sebungkus rokok dan membagikannya pada semua orang."Ini rokok khusus istana yang ayahku bawa dari Kota Risan, nggak bisa dibeli di luar! Ayo! Jangan sungkan, biar kalian coba apa rasanya rokok keluarga bangsawan di Kota Risan!""Lalu, aku tanggung semua biaya makan dan minum hari ini!""Tuan Adam sangat murah hati!"Semua orang bersorak kegirangan dan mempersilakan Adam duduk di tengah.Adam tersenyum cuek seraya berkata,"Waktu adalah yang paling berharga bagi pria! Pemilihan selir dimulai!"Belasan gadis muda yang cantik dan
"Bukan curiga, tapi semua orang yang bersamaku harus dicek! Mereka semua juga ...."Adam buru-buru memberi penjelasan."Ada baiknya berhati-hati! Nona Suzie, kenapa kamu nggak senang? Jangan-jangan ....""Jangan-jangan apa?"Suzie menyeringai sinis seraya merentangkan kedua tangan."Cek saja! Tuan Adam adalah anggota keluarga bangsawan, sudah semestinya memenuhi rasa ingin tahumu."Ekspresi Adam menjadi masam. Lalu, dia secara sederhana menggeledah tubuh Suzie.Semua bagian tubuh diraba, kecuali bagian kemaluan.Memang tidak ada!Adam tersenyum canggung dan meminta maaf."Nona Suzie, maaf! Aku terlalu skeptis!""Begini saja, semua pengeluaranmu dalam radius lima kilometer hari ini akan kutanggung! Lewat batas kartu kredit pun nggak masalah! Anggap sebagai permohonan maaf dariku!"Suzie tersenyum dan bertanya, "Adam, kamu pikir aku itu cewek matre?"Kemudian, Suzie diam-diam mendekati Adam.Suzie meletakkan tangannya yang ramping ke pinggang Adam."Awalnya, aku ingin ...."Adam langsung
"Suzie! Dasar kamu ...." Adam marah besar.Suzie memotong perkataan Adam dengan santai,"Aku nggak mau dengar makianmu. Sekarang, aku sudah punya bukti rekaman suara dan video.""Pertama, aku bisa menuntutmu karena sudah memerkosa anak gadis. Sekalipun kamu dari keluarga bangsawan, kamu akan tetap digugat!""Kedua, mungkin saja gugatanmu nggak akan diproses pada akhirnya, tapi apa yang kamu lakukan padaku hari ini sudah termasuk pelecehan! Kalau aku beri tahu orang-orang, itu akan menghebohkan seluruh kalangan orang elite!"Setiap kata-kata Suzie sangat tegas dan mematikan!Adam termangu selama beberapa detik. Lalu, dia tertawa terbahak-bahak."Hahaha! Suzie, apa kamu tahu apa bagian darimu yang paling menggodaku? Auramu ini! Langka sekali!""Mempermainkan wanita biasa hanya mendapatkan kepuasan fisik, tapi kalau mempermainkanmu, ada juga rasa penaklukkan secara mental! Inilah yang paling kucari-cari!"Suzie langsung membentak dengan wajah masam,"Masih bisa congkak? Kalau aku sebarkan
"Oke! Gigit saja!"Adam sama sekali tidak takut. Dia bertanya dengan cuek,"Suzie, kamu masih muda. Apa orang unggul sepertimu rela untuk mati? Rela untuk mati bersamaku?"Ucapan itu langsung menyerang titik kelemahan Suzie.Wajah Suzie menjadi suram dan dia menggigit bibirnya dengan kuat. Seluruh pori-porinya sampai bergetar!Adam memegang dagu seraya tersenyum santai dan berkata,"Kamu masih berani mengancamku? Karena kamu mau main, aku temani sampai akhir!""Jangan pikir aku nggak berani sentuh kamu karena kamu adalah nona keluarga elite yang dimanjakan! Kalau aku marah, aku nggak akan pedulikan siapa-siapa! Sekalipun itu keluargaku!"Wajah Suzie terdistorsi karena marah. "Belum pernah aku ketemu ....""Berlutut!"Adam memberi perintah dengan nada dingin, tidak ingin basa-basi lagi.Seketika, tangan dan kaki Suzie terasa dingin. Rasa sesak menyebar ke seluruh tubuhnya!Suzie tidak punya pilihan selain berlutut dengan enggan.Adam terkekeh-kekeh dan mengejek,"Loh, patuh sekali? Coba
Adam berteriak sekencang-kencangnya!Namun, setelah Adam berteriak selama beberapa detik, tidak ada pergerakan di luar!Adam terkejut dan menoleh ke koridor!Tidak ada orang! Kosong melompong!Deon berkata dengan cuek, "Nggak usah lihat, semua pengawal yang kamu bawa sudah disingkirkan!""Nggak mungkin! Ini wilayah Tuan Muda Aldy Tahera, anak dari keluarga elite di ibu kota provinsi! Selain pengawalku, setidaknya ada puluhan anak buah dari Keluarga Tahera!"Adam berteriak dengan ekspresi galak.Deon mengecup dahi Suzie dan menepuk punggungnya."Nggak apa-apa, aku akan menegakkan keadilan untukmu. Kamu bisa duduk dan minum dulu. Jangan menangis."Suzie menggosok hidungnya. Lalu, dia memprotes dengan manja,"Kamu menyebalkan sekali! Aku nggak menangis! Aku nggak menangis!"Deon tersenyum. "Ya, ya, ya!""Aku sedang bicara denganmu!"Adam langsung membentak dengan marah.Deon mengabaikannya dan bercumbu dengan Suzie! Bagaimana bisa dia menonton begitu saja ....Deon menoleh pada Adam dan b