"Namanya Michael. Usianya sepantaran saya, rencananya dia ingin berkunjung ke rumah besok. Dia dalam perjalanan penerbangan dari Amerika ke Indonesia sekarang. " ucap Lucas."Oh yasudah, besok kamu enggak masuk kerja gitu?" tanya Alika "Enggak, saya tetap masuk kerja. Cuma mau mampir ke rumah sebentar buat temuin dia." ucap Lucas."Iya. Enggak apa-apa. Emang kenapa kok dia mau kesini? Kamu memang sedekat itu sama dia?" tanya Alika."Kita saling kenal dan setahu saya dia cukup baik berbeda jauh dengan Ibu. Dia berencana ingin kerja sama dengan perusahaan Angela's group." ucap Lucas."Oh itu bagus. Dia memiliki perusahaan ya." ucap Alika."Itu vendor perusahaan ayah saya, yang diturunkan ke ibu tiri saya. Lalu ibu tiri saya memberikannya pada anak yang diasuhnya selagi beliau sendiri memegang kendali perusahaan Cardinal group." ucap Lucas. "Oh begitu yasudah tidak masalah. Aku menunggu kabar dari kamu aja." ucap Alika.Esok paginya Alika baru saja membajukan Shanice yang sudah mandi.
Lucas dengan cepat berkata. "Tidak bisa." Alika memandang ke arah Lucas. Ia sedikit khawatir jika akan muncul permusuhan diantara mereka setelah ini, disebabkan selisih pendapat seperti ini."Kenapa? Ibu saya dihukum penjara seumur hidup, apakah anda tega membiarkannya terus-terusan berada di penjara sepanjang hidupnya sedangkan usianya sudah cukup tua?" tanya Michael. "Seberapapun pembelaan yang kamu jelaskan. Maaf sebesar-besarnya saya tidak bisa menuruti permintaanmu. Karena kesalahan yang telah ibu kamu perbuat itu fatal. Dan vonis yang dijatuhkan oleh hakim benar adanya dan sangat pantas untuk diterimanya terlepas dari semua hal yang sudah ia lakukan selama ini kepada keluarga saya." ucap Lucas.Michael sedikit tidak percaya dengan ini, padahal barusan mereka berdua tampak sangat akrab hingga tertawa satu sama lain akan tetapi semua berubah saat dirinya membahas tentang ibu asuhnya itu.Michael pun mencoba untuk memahami hal ini dengan menganggukkan kepalanya dan tersenyum tipis
"A,ah saya baru mau mengejar Pak. Permisi." ucap Risha seraya kabur dari sana. Albert juga ikut mengejar. Angela dan Yudistira sedang duduk makan di tempat jualan seblak dekat kantor. Mereka saling memakan seblak masing-masing. "Gimana Njel? Enak kan seblaknya?" tanya Yudistira.Angela terlihat lahap saat memakannya. "Kamu sering makan disini?" tanya Angela."Enggak, tahu dari teman aja. Katanya ada penjual seblak baru didepan kantor." balas Yudistira."Gue betah deh liat lu makan lahap begitu. Kan kalo lu gendut gue yang seneng." ucap Yudistira seraya memandang Angela. "Masa aku gendut seneng. Aneh banget." ucap Angela seraya menyuapnya lagi."Ya kalo lu gendut kan pas gue ngantuk bisa nyender, terus kalo lagi sebel bisa unyel-unyel pipi lu." ucap Yudistira. Angela tertawa sinis. "Emang aku squishy apa!" tandas Angela."Udah deh elu gendut aja Njel, gue nerima lo apa adanya." ucap Yudistira nyengir, langsung digetok oleh sendok yang diambil Angela. "Duh, digetok sih? Emang gue kela
"Ini tolong gendongin, aduh-aduh... Berat banget sih nih anak. Makan batu apa tiap hari?" ucap Ratna merasa pinggangnya encok.Rudi menggeleng dan tertawa. Ia pun segera menyerahkan Shanice pada Rudi."Ketahuan banget udah nenek-nenek. Cucumu ini wajar berat, orang tiap hari dikasih makan.""Tapi waktu itu pas udah pup dia enteng loh." ucap Ratna."Yaudah suruh pup dulu anaknya." tawa Rudi bersama dengan Ratna. "Shanice, kamu mau pup gak?" tanya Ratna."Aku mau makan kue pup." ucap Shanice dengan bahasa inggris. Ratna yang tidak mengerti pun hanya bisa menghela nafas. "Ngomong naon teh ieu budak. Teu ngararti. Si Alika kenapa gak ngajarin bahasa indonesia sih? Bikin riweuh. Buka kamus dulu." tanya Ratna heran. "Mamanya aja yang katro, pasti pas ulangan bahasa inggris sering buka kamus kan?" tanya Rudi."Ya masih mending buka kamus, dibanding buka baju." ucap Ratna."Buka baju emangnya mau mandi. Ada-ada aja nenek-nenek." ucap Rudi.Saat itu Shanice mengenakan baju gaun berwarna biru
"Entahlah. Kayaknya dari teman Mbak atau dari sosial media Mbak." ucap Alika."Kok mereka seberani itu ya kesini? Padahal sejak awal selalu ngajakin perang." ucap Angela"Sudahlah, dia sepertinya sudah berubah. Tadi minta maaf sama kami." ucap Alika."Minta maaf? Mereka?! Sukar dipercaya." ucap Angela tidak percaya dan dibuat terheran dengan pernyataan itu. Tertawa mentah.Malam harinya Alika yang siap untuk memejamkan kedua matanya untuk tidur, tiba-tiba mendengar suara ponsel berbunyi, termyata ada chat dan yang lebih mengejutkan lagi adalah chat itu dari... Rachel!Mau apa ya dia?Alika membaca isinya. "Hai Al, mau enggak kita ketemuan besok? Aku ingin mengajak kamu ke kafe. Kita ngobrol bareng, ada sesuatu yang ingin aku berikan ke kamu." ucap Rachel. Alika terkejut. Wah sepertinya Rachel sudah benar-benar berubah sekarang. Alika jadi penasaran hal apa yang menyebabkan Rachel bisa berubah seperti ini. Alika pun segera menjawab. "Tentu, kafe mana?" balas Alika.Sembari menunggu ba
Beberapa saat kemudian Lucas menyadari pintu ruang UGD itu terbuka dan keluarlah seorang dokter dan beberapa susternya dari dalam. Lucas segera bangkit dari kursinya lalu mencegat sang dokter. "Bagaimana Dok keadaan istri saya?" tanya Lucas cemas. Dokter itu memasang raut wajah memendam kesedihan. Ia menggeleng."Dengan sangat berat hati saya harus memberitahu kalau anak anda... tidak selamat." ucap sang dokter. Lucas menahan pilu dan sesak yang meluap secara bersamaan. Ia berkaca-kaca menahan rasa kecewa yang begitu berat. "Ah.. Al.. Bayi kita... Astaga... " isak Lucas merasa sangat sedih hingga bahunya menyentuh dinding. Air matanya jatuh berguguran.Malam harinya Andrew masuk ke dalam rumahnya. Kebetulan ada Rachel disana yang sedang berada di meja makan dengan beberapa hidangan makan malam. "Nah kebetulan udah datang. Kok telat Mas pulangnya?" tanya Rachel seraya menyiuk nasinya.Andrew berjalan mendekat, melonggarkan dasinya dan taruh tasnya ke sofa. "Iya tadi lagi banyak projec
Kebenciannya semakin menjadi pada satu sosok disampingnya itu.Tiba-tiba Albert mendapat telepon dari Lucas. "Halo?" Mendadak pupil mata Albert melebar ketika mendengar kabar yang diterimanya dari Lucas. "Bu Alika, kecelakaan?!"Seketika Risha, Melati dan Rani saling terkejut saat mendengar kabar yang diucap ulang oleh Albert itu."Baik, saya segera kesana sekarang." ucap Albert. Risha dan kedua temannya itu tampak menunggu kejelasan dari Albert setelah menutup telepon tersebut."Bu Alika kecelakaan Pak? Bukannya Bu Alika lagi hamil ya Pak?" tanya Risha."Iya, saat ini sedang berada di rumah sakit. Kenapa? Anda mau ikut?" ucap Albert bertanya balik. Risha langsung menolak. "Enggak Pak, makasih. Saya banyak kerjaan." ucap Risha merasa ogah harus berduaan dengan Albert.Albert segera mengakhiri makannya lalu beranjak mengembalikan tempat makan itu ke petugas kantin. Ia pergi dari sana.Beberapa menit yang lalu.Angela dan Yudistira sedang makan siang di sebuah restoran. "Eh mau ada reu
"K-kamu sudah siuman Al? Syukurlah ya Tuhan." ucap Lucas merasa sangat lega."Kenapa perutku mengecil Lucas? Apa yang terjadi? Dimana bayinya?" tanya Alika bertubi-tubi. "Jangan bilang bayiku.. Lucas... bayiku..." ucap Alika mulai panik.Lucas yang semula merasa lega dan tenang kini kembali merasa sedih dan kecewa. Raut wajahnya seakan berbicara atas hal ini."Bayi kita ada di ruangan terpisah. Kamu masih belum boleh menemuinya." ucap Lucas tersenyum lirih. Bodoh sekali, kenapa jadinya malah berbohong? Lucas hanya tidak ingin Alika langsung merasa sedih atas ini. Ia khawatir jika Alika kembali tidak sadar setelah menerima kabar menyakitkan tentang bayi mungil yang seharusnya lahir ke dunia satu bulan lagi."Ah syukurlah, aku kira kenapa. Aku tidak sabar mau melihat bayi mungil kita. Tapi kan satu bulan lagi ya harusnya? Apa terjadi sesuatu denganku kemarin? Apakah aku mengalami kontraksi atau semacamnya Lucas?" tanya Alika penasaran. Lucas masih tersenyum lirih, ia mengangguk. "Iya