Tabib tua itu merasa bergidik sendiri melihatnya. Terpaksa dengan keringat yang mengucur deras ia memeriksa tubuh Shen Xiao dan sampai di kaki kiri Shen Xiao yang tampak menghitam, pria itu bergumam, "Kutukan Naga.""Apa yang Anda katakan?" Shen Xiao mengernyitkan dahinya berkata cukup sopan."Hm?" Pria tua itu turut bingung."Coba ulang yang Anda katakan tadi?" desak Shen Xiao merasa penasaran kembali dengan sesuatu yang didengar nya tadi."Soal kutukan Naga?" tanyanya yang diterima anggukan Shen Xiao. "Saya memperkirakannya ini sebuah Kutukan dan terbesit dalam ingatan saya jika itu dari Naga.""Siapa Anda pak tua?" tanya Shen Xiao selidik. Ia merasakan kecurigaan dari tabib tua itu padahal ia yakini, tak ada yang tahu menahu mengenai sesuatu yang dideritanya, kecuali ... dia mungkin orang yang bersangkut-pautkan atau dia memang sudah mengetahui sebagian besar tentang dunia ini.Tabib tua itu menjelaskan melihat kecurigaan di mata Shen Xiao, "Saya seorang tabib yang sangat senang mem
"Cepat keluarkan dia!" desak seorang pria paru baya yang memiliki perut buncit dan tubuhnya gemuknya hampir menyamai Li Juan. Pria itu seorang saudagar yang merupakan saingan bisnis keluarga Li, dia adalah Gu Ping. Pria itu juga sampai secara kasar mendorong Li Juan.Li Juan hampir limbung ke belakang dan membuat kedua gadis yang merupakan adik-adiknya itu melihatnya melotot kaget."Kakak!"Tepat saat itu, seorang pemuda datang menahan tubuhnya dengan satu tangannya menghentikan Li Juan yang disengajakan di dorong terjatuh oleh pria bernama Gu Ping."Hampir saja, Tuan seharusnya tidak perlu melindungi saya selalu." Shen Xiao menunjukkan senyum khasnya yang dapat membuat hati siapapun tergerak melihatnya. Li Juan sampai menatapnya tak enak hati, merasa luluh melihat bagaimana lembutnya sikap pemuda itu yang jelas tak ia ketahui kebenarannya. "Sudah menjadi tanggung jawabku untuk melindungi siapapun mereka yang berada di kediamanku," kata Li Juan sungguhan. Li Juan seorang saudagar ber
"Kamu mau kemana Shen Xiao?!"Shen Xiao mendengus kesal. Padahal tadi ia sudah bersembunyi agar tidak ketahuan Xin Xin pergi keluar dari kediaman keluarga Li. Tapi, tetap saja gadis itu bisa menemukannya. "Jalan-jalan," balas acuh Shen Xiao mengabaikan Xin Xin yang sudah berjalan mengimbangi langkahnya."Kau lupa sedang sakit ya? Baru saja kau muntah darah," omelnya."Terus? Apa aku harus bertingkah seperti orang sakit yang lemah? Kau menyukaiku seperti itu?"Xin Xin memegangi keningnya pusing. Shen Xiao jika diberitahu yang baik-baik balasannya pasti tak begitu mengenakan. "Bukan begitu. Tuan Shen, orang sakit itu jarang yang seperti mu. Kau itu terlalu banyak tingkah untuk dikatakan sakit.""Maka itu jauh lebih baik. Aku tidak ingin dianggap sakit. Buat apa sakit itu diperlihatkan? Tidak ada gunanya. Sama saja itu menyiksa diri," timpal Shen Xiao tak sedikit pun mau mengalah."Aish~ terserah kau saja," pasrah Xin Xin menahan rasa kesal."Hm."Mereka berdua saling diam sepanjang jala
"Kau sudah tidak waras ya, Teng Fei?!"Shen Xiao cukup terkesima sesaat sebelum matanya menatap ke bawah tak ingin melihatnya. Seorang laki-laki yang memiliki penampilan begitu rapi dan cukup menawan dengan pakaian biru muda bercorak bunga plum, Chan Fan. Ia salah seorang murid suatu Perguruan atau Sekte besar yang di kenal di suatu kota besar yang hampir setara dengan Ibu Kota Kekaisaran. Chan Fan seorang murid dalam yang dikenal teladan dan beretika baik saat di dalam Sekte, tapi ketika di luar dia akan bersikap jauh lebih tegas dan memiliki ambisi besar dan dinilai sangat licik. Sampai kadang kala sikap Chan Fan itu membuat teman-temannya pada menjauh darinya. Chan Fan berjalan dengan langkah ringan. Jelas, itu menuju pada seorang pria yang menjadikan Shen Xiao tawanannya."Berikan barang itu padaku jika kau tidak ingin pria ini mati di tanganku." Dia tetap nekat mengancam laki-laki tersebut dengan Shen Xiao sebagai tawanannya. Ia Teng Fei, pria yang merupakan rekan perjalanan Chan
Sebenarnya Shen Xiao berada di rumah bordil hanya untuk menemui Ji Shu karena penasaran dengan sesuatu yang kini tengah ia pikirkan. Lembah Tanpa Batas, Shen Xiao berpikir mengenai itu ketika tanpa sadar mendengar perkataan pria bernama Teng Fei yang menjadikannya tawanan saat tadi."Kau bertanya itu padaku?" Ji Shu mengernyitkan dahinya mendengar pertanyaan Shen Xiao yang terlontar seusai pemuda itu duduk berhadapan di antara meja bundar tepat berada di ruangan pribadinya. Shen Xiao menganggukkan kepala sambil menyesap perlahan teh hangat buatan Ji Shu yang beraroma bunga begitu harum terhirup dan nyaman saat diminum. "Shen Xiao, aku tanya pada mu, kau mengetahui itu dari siapa?" Ji Shu berkata setengah berbisik dengan mata lebih dahulu menatap sekeliling memastikan sekiranya aman dahulu. "Ada seseorang yang tadi secara tidak sengaja kudengar dia berbicara soal itu." Meletakkan kembali secangkir teh hangat yang baru ia minum, Shen Xiao mengatakannya tenang."Tempat itu berbahaya, t
"A-anda ternyata ... " Ucapan Zhang Chen terputus disahuti langsung oleh Shen Xiao."Apa karena aku terlihat terlalu muda kalian tidak mempercayainya?" Shen Xiao mendengus gusar. Dengan dirinya yang duduk sediri di kursi hanya ditemani tongkat bambunya yang ia apit di lengan, ia saling berhadapan dengan mereka yang duduk bersimpuh di lantai. "Menjengkelkan harus menjelaskannya. Kalian harus tahu saja, aku ke Lembah Tanpa Batas di saat aku masih anak-anak. Dan berada di sana tidak secepat waktunya di sini." Shen Xiao menguap pelan mendadak dirinya merasa ngantuk. Memang paling tidak bisa Shen Xiao menceritakan sesuatu, pasti bawaannya ia sendiri yang merasa jengah. "Banyak yang terjadi saat aku kembali 5 tahun lalu. Seperti sebuah kutukan, aku menjadi cacat."Mereka berdua saling berpandangan sejenak lalu kemudian menganggukkan kepala. Sebenarnya sulit bagi mereka untuk saling menelaah semua penjelasan yang dikatakan pemuda itu. Itu kebohongan atau tidak semuanya terasa tercampur aduk.
Shen Xiao melintir telinga Xin Xin saking kesalnya ia atas tindakan gadis Phoenix itu, sampai membuat Xin Xin memohon-mohon begitu heboh agar dilepaskannya. Shen Xiao menjadi dihentikan berjalan oleh seorang wanita setengah baya, salah seorang warga kota, karena melihatnya menindas seorang gadis kecil yang tidak seharusnya dilakukan di sini, wanita itu menghampiri Shen Xiao.Wanita itu mengomeli Shen Xiao atas tindakannya yang tak diketahuinya, apa sebabnya Shen Xiao berlaku seperti itu. Padahal di posisi ini, Xin Xin 'lah yang seharusnya disalahkan. Sang Hewan Phoenix-nya itu memanggilnya melalui telepati untuk meminta pertolongan padanya. Shen Xiao kira itu kondisi genting sampai ia meninggalkan rumah bordil Ji Shu untuk datang menemuinya. Namun nyatanya, sang Blue Phoenix itu hanya iseng memanggilnya sengaja katanya mengetes kepedulian Shen Xiao padanya. Gadis itu tersenyum puas, ternyata Shen Xiao masih peduli dengannya, walaupun Shen Xiao sudah masuk ke tempat menjijikkan seperti
"Nona Li Jia, apa yang dia lakukan di sini?""Tidak biasanya Nona Li Jia akan ikut campur. Apa dia memiliki hubungan sesuatu dengan laki-laki itu?""Aku dengar bahwa keluarga Li membawa orang asing lagi di keluarganya? Sepertinya benar dan dia pemuda asing itu."Bisikan para warga terdengar setelah keheningan tercipta. Dalam tiap langkah yang diambil gadis itu, membuat banyak pasang mata memandangnya dengan berbagai bisikan."Bisakah berhenti mulai sekarang? Tindakan yang Anda lakukan sudah cukup sampai di sini." Li Jia membuka suara kembali saat sudah berdiri di depan sosok berjubah putih dengan penutup tudung yang membuat wajahnya sampai sulit terlihat orang, kecuali jika berjarak dekat dengannya."Jangan ikut campur," ucapannya dingin.Li Jia berkata, "Mau sampai kapan? Tindakan Anda sudah cukup keterlaluan untuk saya tidak ikut campur.""Kembalilah pulang, di sini bukan tempat mu, Nona.""Saya warga kota ini, saya memiliki suara atas kota ini. Dan Anda ... siapa Anda?" Li Jia masih