Share

Si Manusia Kulkas
Si Manusia Kulkas
Penulis: Fhaa

Merantau Ke Desa

BAB 1

Pukul enam dini hari.

Udara segar menyapaku diirinngi kicauan burung yang merdu. Suasana sangat memberikan semangat membuat hati ingin segera pergi menikmati fajar dipinggir kali. Aku menatap kearah langit, melihat fajar yang memancarkan keidahannya. Suasana pedesaan yang begitu elok dan rupawan membuatku jatuh cinta hingga lupa dengan keramaian yang ada disekitar.

Lamunanku seketika buyar ketika ada sosok pria melintas dihadapanku. Pria dingin berwajah tampan nan rupawam yang katanya selalu jadi idola kalangan janda maupun anak-anak remaja didesa.

“Hey, Raina. Pagi-pagi begini sudah melamun saja, sini main bulu tangkis bareng!’’Sontak terdengar suara Bela dan Hanin yang membuatku terkejut.

Aku bergegas berjalan menuju lapangan. Dari kecil aku memang sudah menyukai Bulu tangkis, bahkan aku bercita-cita menjadi atlet bulu tangkis internasional. Tapi sayangnya orang tuaku tidak memberikan dukungan penuh. Aku tak begitu handal dalam bermain bulu tangkis, tapi aku bisa mengalahkan Bela dan Hanin dalam permainan kali ini.

Brukk!

Tak sengaja raket yang aku pegang melayang hingga mengenai kepala seorang pria yang berdiri dibelakangku.

“Eh, ma-ma-maaf kak,” Ucapku dengan rasa takut.

Dengan santainya pria tersebut pergi meninggalkanku tanpa ada sepatah katapun dari mulutnya. Aku binggung, harus mengejarnya atau tetap berdiam diri.

“Ah sudahlah. Jika bertemu aku akan meminta maaf lagi padanya,” Gumamku dalam hati.

Tak terasa sudah satu setengah jam kami bermain di lapangan. Aku dan kedua sahabatku memutuskan untuk pulang kerumah karena hari sudah semakin siang. Aku tinggal bersama nenekku seorang. Saat aku duduk dibangku sekolah dasar, kakek sudah meninggalkan kami semua bahkan aku sendiripun belum sempat bertemu dengan beliau.

Raina Putri Cantika. Ia adalah anak sematawayang dari pasangan Kevin Ramadhan dan Wulandari. Keluarganya adalah keluarga kecil yang hidup bahagia dengan segala kesederhanaanya. Ia pindahan dari kota yang punya cita-cita hidup bahagia didesa. Ia mengikuti orang tuanya pindah ke kalimantan saat masih berusia lima tahun. Mereka terpaksa pindah karena ekonomi pada saat itu sedang tidak baik-baik saja. Hampir 12 tahun lamanya Raina tak bertemu dengan Neneknya.

“Sebentar lagi hari kelulusanmu tiba. Apa kamu sudah memiliki rencana untuk melanjutkan studymu Rain?’’ Ujar Ayah saat makan malam bersama.

“Ibu harap kamu benar-benar memikirkan dengan matang Rain,” Timbal ibu.

“Hmm, tenang saja Yah, Bun. Raina sudah memikirkannya dengan matang kok. Cukup doakan saja yang terbaik untuk Raina. Semoga Raina bisa lolos saat ujian masuk Universitas nanti.’’

“Kamu mau melanjutkan studymu dimana Rain?’’

“Raina sudah mendaftar disalah satu Universitas ternama di Surabaya Yah. Lokasinya pun tidak jauh dari desa yang ditempati oleh Nenek. Sekalian Raina mau menemani nenek, itung-itung tidak perlu mengelurkan biaya banyak untuk mencari tempat tinggal lagi nantinya.’’

“Baiklah kalau kamu sudah memiliki keputusan sendiri. Tapi ingat, jangan merepotkan nenekmu. Sudah besar harus bisa hidup mandiri disana.’’

‘’Siap Yah, laksanakan.’’

Hari kelulusanpun tiba dan semua siswa SMA Merdeka dinyatakan Lulus dengan nilai yang sempurna. Hari ini hari terakhir ku bersama Tika, Suci dan Raditya. Mereka adalah orang-orang yang sudah mau menjadi temanku selama tiga tahun ini. Tika dan Suci melanjutkan studynya disalah satu kampus ternama di Kalimantan, sedangkan Raditya mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan studynya di Universitas kedokteran Jakarta. Raditya memang paling pintar diantara kami. Selain itu, semasa SMA Radit merupakan Ketua Tim basket di sekolahan kami. Sudah tampan, pintar, ketua Tim basket pula tak heran jika dia jadi incaran banyak wanita. Tapi anehnya selama aku berteman dengan Raditya, aku tak pernah merasakan kagum lalu jatuh cinta seperti wanita-wanita yang lainnya. Bahkan Tika dan Suci saja pernah mengagguminya. Ah sudahlah, aku masih normal seperti yang lainnya hanya saja Raditya bukanlah orang yang aku inginkan. Waktu berjalan dengan cepat, sudah tiba saatnya aku berangkat.

Hari senin pukul 08.00 Ayah dan Ibu mengantarku ke bandara. Tangis orang tuaku pun pecah karena memang baru kali ini mereka melepaskan anak sematawayangnya pergi jauh sendirian. Aku adalah salah satu orang yang selalu mencairkan suasana dirumah. Anak manja yang bandel ini selalu jadi kesayangan ibu setiap waktu hehe.

Setibanya aku di bandara Surabaya, aku langsung memesan Grab Car karena sebenarnya nenekpun belum tau kalau aku akan datang hari ini. Sepanjang perjalanan menuju rumah nenek, aku sangat menikmati pemandangan yang asri nan indah. Pedesaan kecil dengan pemandangan sawah yang tersusun rapi sangat menyejukkan hati.

Tok.. tok..tok..

“Assalamu’aalaikum.”

“Waalaikum Salam, cari siapa ya Nak?”

Dalam hati kecilku berkata “Sepertinya sudah lama sekali aku tak berkunjung kesini , sampai-sampai Nenek tak mengenali bahwa aku cucunya sendiri.”

“Nak, cari siapa?”

“Nek, ini Raina. Saking lamanya tidak bertemu sampai lupa dengan cucunya sendiri,” Ujar Raina tertawa lalu mencium tangan nenek.

“Cu-cucuku. Raina cucuku?’’

Nenek terkejut, seolah tak percaya bahwa cucunya ada didepan mata.

“Ya Allah Rania, nenek inikan sudah tua jadi maklum kalau lupa. Lagi pula semakin besar cucuku ini semakin cantik saja.’’

“Hehe iya dong. Raniakan cucu nenek, ya sudah pasti cantik .”

“Ayok masuk kedalam Ran, kenapa tidak bilang dulu kalo mau kesini.”

“Iya nek maaf. Ya namanya juga suprise, jadinya langsung kesini saja. Oh iya Nek, Raina keterima di Universitas Surabaya jadi sekalian mau tinggal disini buat jagain nenek. Toh jarak kampus sama rumah Nenek dekat.”

“Alhamdulillah Nak, tinggalah disini sampai menemukan jodohmu pun tidak masalah Rain.”

“Haha nenek bisa saja, Rania kesinikan mau kuliah bukan cari jodoh.’’

“Iya sudah kamu istirahat dulu. Nenek buatkan makan siang untukmu.”

Sembari menunggu makan siang buatan nenek, aku langsung memberikan kabar kepada Ayah. Ayah menyuruhku memberikan telvon kepada nenek. Nenekku ini meskipun sudah tua tapi jiwa dan semangatnya masih sama seperti anak muda.

Hari pertama kedatanganku disambut baik oleh warga setempat. Aku terkejut ketika melihat kedua wanita cantik yang tersenyum ramah kepadaku. Sempat bertanya-tanya pada diri sendiri siapakah mereka berdua.

“Hey, Rain. apa kabar? Apa kau masih ingat dengan kami?’’ Ucap Bella dan Hanin.

“Ahh, emm aku sudah lupa hehe.”

“Aku Bella dan ini Hanin. kita bertiga ini dulu suka main bareng.”

“iya. kita ini best friend waktu kecil hahaha,” Timpal Hanin.

“Oh iya iya. aku ingat, sudah bertahun-tahun tidak bertemu kalian makin cantik saja.”

“Ya iyalah hahaha,” Ucap bella dan hanin bersamaan.

Bella adalah perempuan yang berparas cantik dan memiliki postur tubuh yang bagus layaknya seorang model ternama. Sedangkan Hanin sendiri merupakan perempuan tomboy yang memiliki paras wajah yang imut seperti anak kecil. Banyak yang mengatakan bahwa Hanin masih pantas menjadi siswa SMP. Hanin memiliki cita-cita menjadi seorang atlit ternama.

Berbeda dengan aku, Hanin justru didukung penuh oleh kedua orang tuannya. Ia sudah sering mengikuti turnamen-turnamen olahraga hingga mendapatkan juara. Kami bertiga sudah memutuskan untuk melanjutkan kuliah kami disalah satu universitas ternama disurabaya. Aku dan bella sama-sama mengambil Fakultas Ekonomi sedangkan Hanin sendiri memilih fakultas Olahraga.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Felicia Aileen
nice opening.. boleh kasih tau akun sosmed ga ya soalnya pengen aku share ke sosmed trs tag akun author :)
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status