Share

percakapan singkat

Bab 5

Ospek telah kami tempuh selama dua hari dan hari ini semua mahasiswa akan memulai aktivitas belajar seperti biasanya.

“Ran, masuk jam berapa?” tanya Hanin

“masuk jam tujuh dan kayaknya setiap hari juga sama jamnya” keluh Raina kesal

“lah kayak anak SD aja masuk jam tujuh hahaha” ledek Hanin

Hari pertama menjalani kuliah, Rania sangat bersemangat. Ia mengunakan kemeja putih polos yang dipadupadankan dengan rok cream dan pasmina yang senada dengan roknya. Rania telah siap berangkat kuliah. Ia dan Bella berangkat terlebih dahulu dengan menaiki angkot menuju Kampus karena hari ini mobil milik Hanin sedang bermasalah.

“Bel, nanti kita nyari tempat duduk yang paling depan aja ya?’’ungkap Rania

“hmm, nanti kalo didepan gabisa tidur gimana Ran.”

“halah kok tidur mulu pikirannya”

“wkwkwk canda Ran. Iya deh kita duduk dibangku paling depan. Siapa tau Dosennya banya yang ganteng yekan” jelas Bella dengan sedikit meledek

Rania merupakan tipikal orang yang cukup sulit beradaptasi dengan lingkungannya. Bagi Raina mendapatkan teman dalam jangka waktu yang sebentar itu cukup sulit. Untung saja Rania satu Fakultas dan satu jurusan dengan Bella. Jadi tidak perlu terlalu pusing-pusing mencari teman baru.

Hari pertama kuliah, mereka sudah menghabiskan dua sks untuk perkenalan dan sedikit berbincang-bincang mengenai materi perkuliahan.

“saya akhiri pertemuan pertama kita ini, semoga pertemuan selanjuntnya semua dalam keadaan sehat wal afiat ya. Wassalamu’alaikum. Sampai bertemu minggu depan Guys” beliau menutup kelas dengan senyum ramah

“amiin. Wa,alaikum salam Bu.” Jawab seluruh mahasiswa

Hari ini hanya ada dua jaam kuliah. Masih lanjut dengan selanjutnya, Raina dan Bella tetap berada didalam kelas yang sama. Berbeda dari sebelumnya, Dosen materi selanjutnya membuat para mahasiswa bosan dan mengantuk. Bagaimana tidak, beliau hanya bercerita sepanjang satu sks.

“haduh Ran, rasanya ngantuk bener dah” ucap Bella sambil menompang dagunya

“sabar atuh Bel, bentar lagi juga pulang”

Raina menoleh kebelakang melihat sebagian teman-temannya tertidur pulas. Tak selang berapa lama, kelaspun diakhiri.

“Ran, kita kekantin yuk” ajak Bella

“lo duluan aja Bel, ntar Gue nyusul” ucap Raina sambil membuka laptopnya.

“yaudah ya Rain, Gue duluan. Si Hanin udah nungguin disana”

“Iya Bell, hati-hati”

Bella berjalan meninggalkan Raina yang masih sibuk dengan laptopnya. Hari pertama perkuliahan, Raina sudah dipercayai oleh teman-temannya menjadi Ketua kelas karena dikelas Raina jumlahnya hanya sekitar 30 mahasiswa dan kelas ini hanya berisikan perempuan saja.

“Tok..tokk...permisi pak” ucap Raina sambil membuka pintu

“iya apakah ada yang bisa saya bantu” ucap Pak Kajur (ketua Jurusan)

“saya mau mengantarkan hasil rekapan data mahasiswa Manajemen pak”

“oh iya. Terimakasih ya sudah diantarkan kesini.”

“Baik pak. “

Raina berjalan meninggalkan ruangan Kajur. Belum berapa lama berjalan, Raina tiba-tiba bertemu dengan Bagas. Si manusi humoris yang sedang berusaha mendekati Raina

“Hallo Rain” sapa Bagas

“hallo kak” sapa Raina kembali

“emm habis ada urusan sama pak kajur ya”

“iya kak, tadi ngumpulin rekapan data” ucap Raina

“oh.. ku kira kau sedang membunjuk pak kajur”

“membujuk Pak Kajur?” tanya Raina

“Iyaa.. membunjuknya untuk memberitahuku agar segera melamarmu Rain..” ledek Bagas

“ishh apaan sih kak” ucap Raina sinis

“hahaha... Canda Rain, gausah cemberut gitu dong Rain.”

 “hmm.. Rain kekanti bareng yuk. Aku yang teraktir” timpal Bagas kembali

“ya emang dari tadi mau kekantin kak”

“eh eh iya udah hayuk jalan.”

Raina menggeleng-gelengkan kepala dan melanjutkan langkahnya bersama Bagas.

“Hallo Guys” sapa bagas

“lah. Rain, kok bareng sama Kak Bagas” tanya Bella kebinggungan

“emangnya siapa yang ngelarang Raina jalan sama Gue” ucap Bagas ketus

“e-eh iya kak, becanda doang. Giru aja ngegas.” Ledek Bella

Raina dan Bagas kemudian memesan makanan dikantin. Tak selang berapa lama, peesanan yang mereka pesan datang.

“oh iya Rain, Patner turnamen minggu depan gimana?. Sudah buat keputusan?” tanya Hanin

“kenapa tidak mengajak teman sefakultasmu saja, mereka pasti jauh lebih berbakat kan?” timpal Raina

“hmm sebenarnya yang minta untuk mengajak  lo gabung itu kak Rasya” ....”eh lah, kenapa keceplosan gini sih” ucap Hanin dengan perasaan bersalah

Mendengarkan ucapan Hanin, Rania tersentak dan kaget. Seperti tak percaya dengan ucapan sahabatnya itu.

‘’What Rasya?” ucap Bagas kaget

“i..iya Kak. Eh tapi janji ya jangan sampai kak Rasya tau, please” ucap Hanin sambil memohon

Rasya dan Sam yang sudah mendengarkan percakapan mereka akhirnya memutuskan untuk meghampiri dan bergabung bersama untuk bercerita.

“ya aku yang memintanya” ucap Kak Rasya sambil memberikan minum kepada Raina

“Kak Rasya” ucap Bella dan Hanin bersamaan

“ma-makasih kak” ucap Raina dengan gugup

Raina diam tak berkutik sedikitpun. Jantungnya berdebar tak seperti biasanya. Ingin melangkah pergi tapi tak mungkin. Raina berusaha menghadapi perasaan aneh yang terjadi pada dirinya.

“apa yang sedang kau lakukan disini?” tanya Sam pada Bagas

“Hey Sam, apa kau tak lihat aku sedang berkencan bersama ketiga istriku ini. Kalian berdua memang suka sekali menganggu momen bahagiaku ini” ucap Bagas kesal

“yeee enak aja Kak Bagas. Ga ada yang mau kali jadi istri playboy seperti Kakak” ledek Bella

“Jadi gimana?” tanya Rasya kepda Raina

Raina menarik nafasnya “yang lain saja’’ ucap Raina

“Aku tau kau berbakat”....”maka dari itu aku yang meminta Hanin supaya kau mau bergabung” ucap Rasya

“iya Rain.. sekali ini aja dah” timpal Hanin

“Tapi Nin....” Raina menarik nafasnya kembali dengan mempertimbangkan keputusannya

“kau tak mau ku maafkan” ucap Rasya

Raina mengangkat kepalanya dan melihat Rasya penuh tanda tanya. Bahkan bukan hanya Raina yang melakukan hal demikian, teman-temannya yang lainpun menatap Rasya seolahh-olah menanyakan apa yang sebenarnya ia maksud.

“Ma-maaf untuk apa Kak” tanya Hanin

“sebenarnya apa yang sduah diperbuat oleh sahabatku ini kak”

Kak Rasya menghelaikan nafasnya dan berdiri dari kursinya

“pikirkan saja dulu. Nanti kalau sudah membuat keputusan segera ikut latihan” ucap kak Rasya dengan melangkah pergi.

Raina merasa bersalah. Ia tak tau apa yang harus ia lakukan. Raina ingin sekali mengikuti turnamen yang ia nanti-nantikan tapi ia tahu orang tuanya pasti tak memberikan restu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status