Bab 47Mencari kebenaranMobil yang membawa Pak Bejo dan keluarganya sampai di Rumah Sakit Raden Mattaher Jambi pada pukul sebelas siang."Yana …" pekik Bu Bejo melihat Yana yang berada di hadapannya.Bu Bejo memeluk erat Yana dan Dila. "Ibu sangat merindukanmu, Nduk," ujar Bu Bejo disela Isak tangisnya."Yana juga merindukan ibu," sahut Yana memeluk erat ibunya."Cucu Mbah wedok, cantiknya," ujar Bu Bejo mencium Dila dengan gemas, namun, Dila menolak dengan memalingkan wajahnya.Bu Bejo mengernyitkan keningnya, "Dila belum pernah bertemu sama ibu, nanti kalau sering ketemu, bakalan betah kok, Bu," ujar Yana menatap ibunya yang terlihat sedih."Dila, perkenalkan, ini Mbah wedok, Mbahnya Dila," ujar Intan kepada Dila. Bu Bejo mengusap air mata yang mengalir di pipinya. Begitu terharu, karena Akhirnya, Yana dan Dila bisa ditemukan. Allah mengabulkan do'a yang selalu dipanjatkannya di keheningan malam."Iya, Nduk, ini Mbah, Mbah wedok," Bu Bejo mengulurkan tangannya. Begitu ingin rasa Bu
Bab 48Bu Indah mencium dan memeluk Yana dan Dila dengan penuh kasih sayang."Ibu pasti akan sangat merindukanmu, Yan. Jaga diri baik-baik, dan ingat, pikirkan matang-matang, jika kamu ingin mengambil keputusan," ujar Bu Indah memberi wejangan."Baik, Bu," ujar Yana mencium punggung tangan Bu Indah dengan takzim.Mereka melambaikan tangan kepada Bu Indah ketika mobil sudah mulai bergerak meninggalkan halaman rumah sakit Raden Mattaher Jambi."Dila, nanti malam bobo sama Aunty Sasa, ya?" Ujar Sasa mencairkan suasana yang kaku."Aunty Sasa?" Tanya Dila."Iya, sama Aunty Sasa," jawab Sasa."Anti, anti, panggil Bibik, jangan sok jadi orang barat, orang ndeso, juga," protes pak Bejo lagi."Apa salahnya sih, Pak. Bibi itu panggilan kuno," sahut Intan menoleh Bapaknya yang duduk di bangku paling belakang."Hallah, bapak nggak boleh Pokoknya, malu ntar di dengar tetangga," ujar Pak Bejo membuat Intan memutar bola matanya."Peduli amat sih, Pak. Sama omongan orang?" Ujar Intan kesal."Pokonya
Bab 49TerungkapPak Bejo dan rombongan sampai ke rumahnya ketika hampir adzan ashar."Yana, ajak Dila istirahat dulu, kasian," ujar Bu Bejo pada Yana. Yana mengangguk dan membaringkan Dila di dipan dalam kamarnya.Kamar yang hampir lima tahun ditinggalkan. Kamar itu masih rapi dan bersih.Pintu kamar diketuk "Masuk," ujar Yana mempersilahkan sang pengetuk untuk masuk."Kalau Mbak capek, biar Dila sama aku aja," Intan duduk di sisi dipan."Nggak apa-apa, kamu masih capek juga, biarlah Dila istirahat juga dahulu," sahut Yana seraya membaringkan tubuhnya yang lelah.Yana tertidur hingga menjelang waktu adzan magrib, Yana menghirup udara di sekitar, yang masih teramat sangat sangat asri. Yana tersenyum, sekian lama Yana tidak merasakan ketenangan dan kedamaian seperti pada saat ini.Yana menatap Dila yang tengah tertawa bersama kedua orang tuanya dan saudaranya, mereka tampak sangat menyayangi Dila, mereka bersama-sama membuat Dila tersenyum bahagia. Mbah wedok dengan telaten menyuapi D
Bab 50"Genderuwo?" Tanya Arif dengan senyum tersungging."Iya, genderuwo," sahut Bu Wongso masih dengan takut."Genderuwo itu sudah tidak ada, Bu. Itu zaman dahulu, sebenarnya, Genderuwo itu adalah ibu sendiri, ibu menyebutkan diri ibu sebagai genderuwo, begitu, Bu?" Dada Arif turun naik karena emosi.Bu Wongso hanya terdiam, karena tidak tahu harus berkata apa."Ibu juga memaksa Yana membeli lauk pauk yang mahal-mahal karena ibu iri, Yana mendapat jatah lebih banyak dari pada ibu, iya kan, Bu? Ibu sengaja menyuruh Yana memasak enak setiap hari agar Yana tidak punya kesempatan untuk membeli kebutuhannya," Arif menatap tajam ke arah ibunya."Bu … apa salah Yana? Yana sudah berbuat baik pada ibu, tapi mengapa ibu selalu menyakitinya?" Tanya Arif dengan berurai air mata."Ibu tau, aku bahkan hampir saja membunuh Yana, karena aku pikir, Yana meracuni ibu, padahal, ibu sendiri yang membuat tubuh ibu keracunan," ujar Arif menjambak rambutnya dengan kasar."Aku nggak nyangka, ibu tega berbu
Bab 51Catatan kecil YanaArif tak sengaja melihat halaman yang bertaburan bunga Edelweis tersebut, dan Arif tercengang ketika membaca lembar demi lembar isi buku kecil tersebut.14 Mei 2021[Hari ini aku sangat sedih, karena ibu tidak mengizinkan aku untuk memasak ayam bumbu yang kemaren di olah sama Mas Arif, padahal, Mas Arif niatnya ngolah ayam bumbu untuk di masak ketika Dila mau makan, mungkin aku kurang bersyukur menjadi seorang istri, sehingg di kasih cobaan punya mertua yang tidak pernah menyukaiku.]Arif menarik napas saat membaca tulisan tangan Yana yang indah di atas buku note kecil tersebut.Arif membuka halaman berikutnya.20 Juni 2021[Aku sangat kecewa sama Mas Arif, dengan kasarnya, Mas Arif menjambak rambutku dan menampar pipiku, hanya karena aku protes dengan pengurangan uang belanja. Bagaimana aku tidak protes, uang satu juta rupiah selama satu bulan bisa dipakai buat apa? Sedangkan kebutuhan diapers Dila dan susunya saja sudah memakan hampir satu juta. Aku jualan
Bab 52Kegelisahan YanaSuasana di rumah Pak Bejo tampak selalu ramai dengan derai canda tawa. Baik pak Bejo, istrinya, atau pun Intan dan Sasa sangat merasa bahagia dengan kedatangan Dila dan Yana. Dila yang selalu berceloteh membuat mereka tertawa. Tak heran jika Dila diperlakukan Bak Ratu di rumah itu. Semua keinginan Dila selalu di penuhi, Pak Bejo dan Istrinya bahkan rela berangkat ke Pasar yang jaraknya jauh jika Dila menginginkan lauk Ayam goreng.Yana sedang menyuapi Dila makan, karena Intan memasak sup ayam untuk Dila, Yana selau menyuapi Dila jika yang akan Dila makan adalah makanan berkuah, karena Yana khawatir, Dila akan makan berserakan, karena sudah terbiasa, jika di rumah mertuanya, Bu Wongso akan mengomel jika melihat Dila makan berserakan."Punya anak itu diurus, dong. Makan kok sampai berserakan begitu," ucapan Bu Wongso selalu terngiang-ngiang ditelinga Yana. Yana menyuapi Dila dengan termenung, perasaan Rindu pada Arif begitu merajai hatinya. Tidak bisa dipungkiri
Bab 53"Semoga aja sinyal lagi error'," ujar Intan mencuci tangan Dila dan mengganti pakaian bocah mungil itu.Yana tiba di bukit yang tinggi, Yana menyalakan ponselnya, dan langsung membuka aplikasi WhatsApp, Yana melihat kalau blokir kontaknya sudah di buka oleh Arif."Akhirnya, Mas, kamu membuka blokir kontakku juga," ujar Yana tersenyum dan mengusap tombol call. Namun, panggilan tersebut hanya memanggil, tidak berdering. Tidak putus asa, Yana mengunjungi kontak telepon seluler Arif, namun, Veronika yang menjawab."Mas, kamu kenapa?" Gumam Yana di dalam hati.[Mas, kamu di mana? Yana sama Dila di Jambi]Yana mengirimkan chat tersebut, berharap suatu saat Arif akan membaca, Yana menunggu selama satu jam di bukit tersebut, namun, tetap saja, kontak WhatsApp dan selular Arif tidak bisa di hubungi.[Mas, kalau kamu baca chat ini, balas ya, Yana minta maaf pergi tanpa pamit, jemput Yana ya, Mas]Yana menarik napas berat, lalu kembali memasukkan ponselnya ke dalam saku jaket, dan kembali
Bab 54Wejangan AsriSiang itu, Yana bersama Dila dan Intan pergi berbelanja kebutuhan Dila ke kota. Sebenarnya, Intan sangat khawatir jika Yana ikut ke kota dan membuka aplikasi Facebook atau WhatsApp, Intan takut, Yana bisa menghubungi Arif dan meminta Arif untuk menjemputnya.Sepanjang perjalanan, Intan sengaja mengalihkan perhatian Yana agar tidak terlalu berfokus pada Arif."Kita mau belanja di mana nih, Mbak?" Tanya Intan ketika sudah memasuki kota Muara bulian."Hmm, di mini market aja deh," jawab Yana singkat.Mereka berbelanja di mini market.Dila terlihat sangat ceria. Bocah berumur dua tahun itu sangat bahagia karena semua keinginannya dipenuhi oleh Intan. Yana tersenyum melihat kebahagiaan Dila terlebih karena Intan memang sangat telaten menjaga dan merawat Dila."Sekarang, kita kemana lagi?" Tanya Intan pada Dila.Dila tampak terdiam sejenak. Dila belum mengenal bagaimana berbelanja dan bepergian bersama Intan, jadi, Dila tidak tahu harus kemana lagi."Gimana kalau kita m