Sebuah Masa Transisi
Tinggal di sebuah rumah sewa, di pusat kota Rokan hulu. Olive membuka lembaran baru, mengatasi persoalan hidup rumah tangganya. Ia lalui dengan berusaha lari dari kenyataan. Lantaran kelakuan suaminya semakin meresahkan. Ia tak tahu apakah usahanya ini akan berdampak baik bagi rumah tangganya yang tidak ada harapan itu, ataukah minimal menjaga proyek kerjasama dengan PT Osfon itu aman terkendali. Proyek kerjasama peralihan pengelola ladang migas Blok Rokan, dari perusahaan tempat suaminya bekerja, ke perusahaan holding tempat ia bekerja. Masa transisi ini membuatnya terikat dengan tugas dinas tiga tahun kedepan. Lagi-lagi, atas nama karier, Olive dipaksa dan dikondisikan tidak bisa lari dari perikahan sandiwara ini.
‘’Selamat menempuh hidup baru, Non. Enggak muluk-muluk, deh, harapan kamu. Semoga untuk sementara waktu aman di sini, setidaknya mental kamu aman,’’jelas Tubagus.
‘’Makasih Gus, buat nolongin pindahan. Aku bak
Layak untuk Berhenti MencintaimuEnam bulan berselang, Olive bertahan tak sekalipun menemui suaminya. Meski ada hari raya Idul Fitri ataupun moment harpitnas-Hari Kecepit Nasional, ia justru pulang ke rumah orang tuanya di Semarang. Jika ada beberapa kali rapat di kantor pusat, ia hanya berspekulasi. Jika suaminya hadir dalam rapat, ia merasa perlu beramah tamah. Untungnya, suaminya selalu diwakili oleh kepala divisi lain.Meski begitu, ia menyempatkan mengirim kue ulang tahun super jumbo Milk Chocolate untuk Refan, tertulis : Selamat Ultah ke-37, Papa. Semoga Sukses dan Bahagia, dari Reylive Agung Mananta, dengan foto bayi mungil di atas nama pengirim. Ia juga kirimkan topi hitam dengan bordir bertuliskan “Good Dad”. Di hatinya ia hanya mendoakan semoga Refan tumbuh menjadi sosok ayah yang baik.Olive juga mengirimkan paket prasmanan ditujukan untuk divisi industrial relations and policy, namun porsinya bis
Filosofi Risiko Cinta, Antara Hidup dan Mati Empat tahun lalu, di atas rig milik PT Osfon di perairan lepas pantai Pulau Bintan, Olive diundang untuk memberi pelatihan safety bagi 300 awak rig. Refan Mananta salah satunya ada di sana. Di atas lautan luas ini Olive pernah mengajarkan filosofi risiko kerja para awak rig yang diperhadapkan pada dua pilihan, hidup atau mati. Ia berada di sana sebagai konsultan manajemen keselamatan process, yang menguasai standar ISO 45001 OSHA 3132 dan 3133, sebagai pekerjaan sampingan Olive sejak semester terakhir kuliahnya dulu. Refan dan Olive yang baru jadian satu bulan, berkesempatan mengenal dekat pribadi masing-masing dari pekerjaan mereka. ''Sarjana geologi, kok jadi konsultan manajemen keselamatan process, Say? Bukannya sarjana kimia yang biasanya menguasai ilmu itu?" Tanya Refan, sesaat sebelum sesi training. ''Iya, Betul. Kuliah saya dua. Yang S-
Surat Untuk TuhanAngin balkon malam itu berhembus cukup kencang. Refan lupa menutup pintu kaca geser unit apartemennya. Kelambu warna pastel pale lemon yang belum disingkap itu masih menutupi rongga menganga. Tadinya, biar sinar matahari sore tak menyeruak masuk. Mata Refan tak kuat dengan silaunya, maka ia membiarkan kelambu itu menutup penuh, namun pintu dibiarkannya terbuka.Deru angin malam kian kencang membuat kelambu itu tersibak ke sana kemari bersama hembusan angin dan kemudian menggulingkan rak rotan tak jauh dari pintu geser itu.‘’Brakkk!””Refan memungut satu demi satu isi rak. Merapikannya kembali ke susunan yang entah kembali seperti sediakala atau tidak. Ada satu buku kecil semacam diary bersampul kulit warna pink, terserak, dengan lembar kertas sebagian terlepas. Refan membaca lembar demi lembar isi diary itu. Catatan harian milik istrinya, Olive.
Bab XXXI Nikmatnya Melumpuhkanku Malam itu, Senin dini hari pukul 04.00 pagi. Refan berusaha beranjak dari tempat tidurnya untuk berkemih ke kamar mandi. Namun, ia tak bisa menggerakkan kaki kanannya. Susah payah ia berusaha bangkit dari tempat tidur. Ia meneriaki Bibi Sur yang tidur di kamar pembantu. Namun teriakan Refan baru terdengar jelas oleh Bi Sur setelah 30 menit berselang. ‘’Bi Sur....Tolong buka pintunya, Bi. Tolong Bi....!Bi Sur Tolong...!”Refan berteriak berkali-kali memanggil pembantunya. Namun, Bi Sur baru menyadari adanya panggilan itu saat ia keluar kamar pergi ke dapur. Ia tak buru-buru membuka pintu. Bi Sur berjalan mengendap-endap mendekati sumber suara, pintu kamar majikannya, untuk memastikan itu teriakan apa. Takutnya majikannya itu tengah ngamuk. Pernah berkali-kali teriakan majikannya, bukan teriakan minta tolong. Sang majikan sedang ngamuk setelah menerima telfon
Kembalinya Sebuah KesadaranMendapat tugas di luar dinas menemukan nomer kontak istri atasannya, membuat seorang sekretaris direktur berpikir 1000 kali. Sekretaris Refan ini bingung, musti tanya siapa? Wakil PT Osfon yang berada di sana sangat banyak, ada kalau 200-an orang. Karena PT Osfon pengelola blok Rokan. Sebelum pengelolaan blok Rokan ini dipindahkan ke perusahaan migas BUMN dimana istri atasannya ini bekerja, para pekerja PT Osfon masih banyak yang berada di sana.Tapi, tentu akan kedengaran aneh dan berekses gosip jika ditanyakan pada mereka, orang-orang dari PT Osfon. Seorang suami lost kontak dengan istri saja, sudah perkara aneh. Apalagi jika misalnya ada apa-apa dengan istrinya semisal ditandai lingkungan kerjanya pacaran lagi sama orang lain, akan lebih buruk menimbulkan situasi kerja yang tak kondusif buat istriya. Rizal tahu, atasannya itu bukan suami yang setia. Perselingkuhannya sudah jadi buah bibir orang-orang sekantor.
Permintaan Maaf yang Tercekat Ruang tunggu keluarga pasien ICU RS Eka Hospital Pekanbaru setiap hari, pagi, petang ataupun malam, sama, selalu lengang. Ada banyak keluarga berjajar di kursi tunggu menunggu di depan pintu masuk ruangan ini . Orangnya berganti-ganti, seperti ada pergantian shift menunggu keluarga masing-masing. Namun, Mba Nung satu-satunya yang 24 jam sehari menunggu di sana. Ia hanya keluar rumah sakit satu jam setelah jam kunjungan pagi dan malam, untuk mandi dan ganti kostum, lalu kembali ke sana. Setiap kali pintu ruang ICU terbuka, semua mata langsung tertuju ke arah perawat yang membuka pintu. Nafas tertahan, pendengaran ditajamkan, bersiap menyimak nama siapa yang dipanggil. Mba Nung menghela nafas lega saat tahu yang dipanggil bukan Olivia Mananta. Sebab, pemanggilan bukan di jam besuk biasanya karena ada sesuatu. Jika tidak membaik, kritis atau mati. Semua spaneng saat pintu ruangan dibuka, dan ada perawat yang memang
Kembalinya Sebuah Kesadaran akan Cinta dan Kehilangan Refan menciumi tangan istrinya yang ia genggam. Dengan sekian isak sesak yang tak terkatakan, dari doa, sesal, keluh kesah hingga bahasa kalbu, berusaha berbicara dengan istrinya yang tergolek tak berdaya itu. Refan sadar situasi ini titik penentuan kritis tentang keadaan istrinya, dan juga rumah tangganya. Ia sadar Tuhan tahu betapa bejatnya ia selama ini. Perawat datang menghampiri ruang sekat gorden di mana Olive dibaringkan. Perawat memberi tahu bahwa waktu berkunjung telah mencapai 15 menit. Perawat meminta keluarga pasien berpamitan sejenak, sebelum meninggalkan ruangan. ‘’Ibu, Bapak, waktu kunjungan habis. Sudah melampaui 15 menit. Silakan berpamitan dan tinggalkan ruangan, biar pasien istirahat. KalauBapak mau kunjung agak lama, besok pagi jam 9 atau malam jam 7, maksimal waktu kunjungan 30 menit’’ Tangis Refan kembali pecah. Betapa sempitnya bumi ia pi
Awal Pengadilan Tuhan Pernikahan celaka akibat perselingkuhan. Ibarat mobil kecelakaan masuk jurang. Jika pernikahan itu diumpamakan kendaraan, dua orang yang disebut suami istri, salah satunya mengemudikan kendaraan. Refan mengendalikan kemudi pernikahannya. Pikirnya perselingkuhan itu tak akan berdampak. Ternyata perselingkuhan Refan berdampak, ia menderita gangguan jiwa borderline personality disorder dan juga stroke akibat pemakaian jangka panjang ekstasi. Istrinya yang ia abaikan juga diam-diam melarikan diri, sampai alami koma cedera otak anostik, akibat kecelakaan kerja menghirup gas hidrogen sulfida di lokasi pengeboran sumur migas. Tidak ada suatu makhlukpun yang tersembunyi di hadapan Tuhan, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di hadapan Tuhan, yang kepada-Nya kita harus memberikan pertanggungan jawab. Tidak ada suatu pun yang tertutup yang tidak akan disingkapkan, dan yang tersembunyi yang tidak