Share

Bab XXXVI

Sebuah Eksepsi

Senyap mencekam pagi itu makin bertambah-tambah dengan adanya dua panggilan nama pasien agar keluarganya masuk. Pemanggilan itu berakhir dengan didorongnya bed pasien keluar ruang ICU  dalam keadaan tertutup kain putih. Dari pagi ada dua pasien didorong keluar dengan ditutup kain putih. Suasana kalut tangis keluarga pasien yang keluar dari ruang ICU  merayap merasuki keluarga pasien lainnya yang masih sabar menunggu di luar.

Kesedihan yang merayap menyergap disambut muka-muka pucat yang tiba-tiba bertambah pasi dengan tatapan kalut, “Kami turut berduka dan kami sendiri sedang sangat berduka meski keluarga kami belum mati” Itu ucapan yang tak terkatakan.

Malam itu, hari ketiga kunjungan suami majikannya. Refan datang bersama Ibu Vera membawa serta bayi Reylive alias adek Eif, anak majikannya. Mba Nung menyongsong kehadiran tamu istimewa yang ia rindukan ini, bagai anaknya sendiri, bayi ganteng mungil yan

Kezia Zakiyah Ma

Pertobatan , sebuah titik balik kesadaran kembali kepada apa yang seharusnya, , atau jika lebih wise disebut bertobat berarti kembali kepada Tuhan. Meski Tuhan tahu betapa bejat dan khianatnya Refan, mungkin Tuhan lebih percaya pada ketulusan hati istrinya yang masih mencintai suaminya, sama seperti ia sangat mencintai bayinya. Jika pembaca suka dengan novel ini, beri rating ya...? Juga comment nya...

| Sukai
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status