Share

Bercak Darah

Remuk redam rasanya. Setelah menghadapi pertarungan sengit dengan Rendi di kamar mandi, Naya kini tidur. Bergelung dibawah selimut setelah selesai mandi dan sarapan. Dan sepertinya untuk pergi ke kantor polisi hanya Rendi saja. Karena Naya tak sanggup bergerak apalagi berjalan. Pangkal pahanya benar-benar kebas, dibumbui rasa sakit ketika dibawa berjalan.

"Pas balik nanti kamu mau dibawain apa?" tanya Rendi, seraya merapikan kemeja hitam yang ia kenakan. Ia juga duduk di tepi ranjang dan mengusap pipi Naya.

Naya sedikit menggeliat. Memaksakan diri untuk membuka matanya. "Terserah saja, Pak. Aku pemakan segalanya."

"Baiklah. Sekarang kamu istirahat." Rendi mengecup sekilas bibir Naya. "Kamu pegang ini. Kalau ada apa-apa cepat hubungi aku." Menyerahkan sebuah ponsel kepada Naya.

"Apa ini, Pak?"

Naya mengerjap. Tidak percaya dengan benda pipih yang diserahkan Rendi kepadanya.

"Ponsel. Untuk sementara waktu pakai itu dulu, ya. Nanti sepulang dari kantor polisi aku akan mampir dan belikan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status