Share

Butuh Nafkah Batin

Rendi memaksakan diri untuk membuka mata agar Naya tak terusik dengan suara ponsel yang sedari tadi berdering di nakas. Berat rasanya membuka mata, maka lebih berat melepaskan Naya dari pelukannya. Tidak lama, hanya beberapa detik untuk mengambil ponsel di nakas dan kembali memeluk begitu sudah berada di tangannya.

"Herni," gumam Rendi. Menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskan secara perlahan. Sebelum berucap, "ada apa? Tidakkah tahu ini tengah malam? Ini waktunya untuk istirahat bukan untuk mengganggu istirahat orang lain. Tidakkah …"

"Mas, aku sangat merindukanmu," potong Herni dengan suara yang berat dan lirih. "Aku tidak sanggup tanpamu, Mas. Baru satu hari jauh darimu aku sudah seperti orang gila seperti ini. Aku rindu, Mas. Sepi, nggak ada kamu disini. Aku tidur sendiri dan rasanya tidak enak sama sekali. Bisakah kamu pulang, Mas?" Sedikit menangis agar pintu hati Rendi terketuk dan merasa iba padanya.

"Nanti kita bicarakan ini. Dan tadi aku sudah katakan padamu, untuk dua ha
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status