SINDIRAN PEDAS ISTRI KEDUA
Apa yang sudah dia yakini itu pasti akan dilakukannya. Begitulah watak Hendi.Sebelumnya sifat ini menjadi sisi baiknya, berjuang sampai batas kemampuan untuk apa yang ingin didapatkan. Namun, sejak kehadiran pihak ketiga semua itu malah menjadi sesuatu yang berimbas buruk buatku.Bisikan-bisikan Nadia sangat cepat merasuki pikiran Hendi. Mungkin karena sikapnya yang cenderung manja membuat Hendi tak kuasa menolak bujukannya.Hari ini, adalah hari ke sepuluh Hendi di Lampung. Sepertinya belum terlihat tanda-tanda dia akan segera pulang. Rara mulai rewel. Inilah waktu terlama baginya tidak berjumpa langsung dengan papanya. Meskipun sudah melakukan video call hampir setiap hari, tetap saja kalau sudah malam dia ribut ingin tidur ditemani papanya.Sedangkan untuk urusan antar jemput anak-anak ke sekolah dan ngaji, sepenuhnya ditangani oleh Obi. Ada rasa tak enak hati karena selalu merepotkannya. Dia memaSINDIRAN PEDAS ISTRI KEDUAKaca yang sudah retak tidak akan bisa mulus lagi seperti sedia kala. Sebagus apa pun lem yang digunakan untuk perekatnya, tetap akan menyisakan garis-garis yang bisa mengiriskan luka kapan saja.Begitu pun dengan kami. Hatiku sudah begitu dalam tersakiti. Sementara hatinya sudah terlalu jauh berkelana.Berharap semua akan kembali baik selayaknya tidak pernah terjadi apa-apa, sama saja seperti mengharapkan daun yang telah gugur untuk kembali ke tangkainya. Sudah jelas merupakan suatu kemustahilan.Kurasa sudah saatnya untuk berpikir lebih realistis. Menggantungkan harap pada seseorang hanya akan berbuah kecewa.Kepastian, meskipun menyakitkan akan jauh lebih baik dari pada keindahan tetapi fatamorgana. Anak-anak yang menjadi alasan utama aku bertahan nyatanya mereka tetap saja tidak mendapatkan haknya secara utuh. Bertumbuh tanpa kehadiran orang tua yang lengkap tentu akan menghadirkan sebuah
SINDIRAN PEDAS ISTRI KEDUA"Kamu ngeributin apa lagi, sih, Ma?" tanya Hendi dengan nada ketus padaku setibanya ia di rumah.Aku yang tengah menyelesaikan beberapa pekerjaan, menghentikan aktivitas sejenak."Siapa yang ribut?" "Nggak usah pura-pura nggak tahu! Ngapain harus menghina-hina Nadia di rumah Ibu?"Rupanya hasil pengaduan istri barunya yang membuat Hendi seperti cacing kepanasan begitu."Aku cuma membalas perkataan dia aja. Kalau dia merasa terhina, itu masalahnya sendiri. Nggak ada urusan sama aku.""Nggak usah bersilat lidah begitu! Kamu bukan hanya menghina dia tetapi juga sudah mempermalukan dia depan keluargaku.""Ya, baguslah kalau masih punya rasa malu," jawabku santai."Tiara! Kamu benar-benar keterlaluan, ya!" teriak Hendi padaku. Agak ngeri juga melihat dia tengah dikuasai amarah begitu. Aku balas menatapnya dengan tatapan tajam."Kamu jalani saja peran kamu, dia pun sesuai posisiny
SINDIRAN PEDAS ISTRI KEDUAPart 11(POV Nadia)Menjadi pihak ke tiga dari sebuah hubungan pernikahan yang resmi, tentu tidak ada yang menginginkannya, begitu pun dengan aku. Namun, ketika jalan itu terbentang di depan mata dan hati pun berbisik untuk menjalaninya, maka kulalui itu.Tiara dan Hendi bukanlah sosok yang asing bagiku. Sedari kecil kami sudah mengenal satu sama lain walaupun tidak berteman dekat. Bertahun-tahun kami berada di almamater yang sama.Tiara anak dari keluarga biasa. Sangat biasa, tidak ada apa-apanya dibanding aku. Akan tetapi, entah kenapa segala kebaikan selalu berpihak padanya.Secara fisik pun aku jauh lebih unggul dari dia. Aku berkulit putih, bersih, dan terawat ditopang dengan baju-baju dengan harga fantastis membuatku semakin menonjol di lingkunganku. Namun, tetap saja Tiara yang menjadi pusat perhatian.Semasa sekolah, dia selalu menjadi juara kelas dan mewakili sekolah untuk mengikuti be
SINDIRAN PEDAS ISTRI KEDUAPart 12(POV Hendi)Berada di antara dua wanita, tidak pernah terniat dan terpikirkan olehku selama ini. Namun, telah nyata kujalani.Tiara dan Nadia adalah dua sosok yang sulit dicari kesamaannya. Bahkan bisa dibilang sangat bertolak belakang. Tiara dengan segala kelebihannya. Dia pintar, penuh semangat, berpikir dewasa, dan merupakan sosok yang tidak pernah neko-neko. Bertahun-tahun aku melalui kebersamaan dengannya, hampir separuh umurku.Sukar memang untuk menemukan cela pada diri Tiara. Apalagi semenjak kami menikah dan punya anak, dia menjadi pribadi yang selalu berusaha menjadi lebih baik.Dia tanpa keluh kesah menemaniku memulai kehidupan dari titik terbawah. Tertatih-tatih berjuang untuk meraih masa depan yang lebih cerah. Menikah usia kami yang masih tergolong muda membuat kami harus lebih keras lagi berusaha apalagi kami bukanlah dari keluarga yang berada. Bertemu dengan N
SINDIRAN PEDAS ISTRI KEDUAMenyandang status janda bukanlah perkara yang mudah. Bukan hanya sebatas menjalankan peran ganda tetapi juga beban mental.Entah kenapa sebagian besar masyarakat selalu punya stigma negatif status tersebut. Padahal mereka tidak tahu dengan pasti apa yang melatar belakangi seseorang bisa berada pada posisi itu."Makanya kalau mau nikah itu jangan buru-buru. Benarin dulu niat, benar-benar untuk ibadah bukan nafsu semata!""Jadi perempuan itu yang manut coba. Harus bisa nyenengin suami biar nggak berpaling pada wanita lain!"Memang, jika melihat dari sudut yang salah dan memang niat untuk menyalahkan akan ada saja celahnya. Bahkan bernapas pun bisa menjadi kesalahan. Apalagi jika yang memberi tanggapan adalah pihak yang berseberangan.Yang bersimpati dan memberi dukungan pun banyak. Orang-orang terdekat pun tiada henti menguatkan. "Jalani semua ini dengan ikhlas ya, Nak. Takdir Allah se
SINDIRAN PEDAS ISTRI KEDUAJalan tidak akan mungkin selalu lurus dan datar. Begitupun dengan perjalanan hidup. Zona nyaman tidaklah bisa berlama-lama kutapaki. Saatnya untuk kembali berpikir keras mencari jalan keluar untuk permasalahan satu ini.Memindahkan anak-anak ke sekolah yang dekat dengan tempat kerjaku, masuk ke dalam daftar calon solusi. Kucoba pikirkan lagi, agak berat juga memindahkan anak-anak secara mendadak. Aku tidak bisa sembarangan memasukkan anak-anak ke lingkungan yang baru. Belum tentu juga nanti mereka akan nyaman.Jika aku yang mengantar, tentu ada pilihan kemungkinan. Mereka yang kepagian atau aku yang akan kesiangan.Sempat juga terlintas untuk fokus saja mengurus anak-anak di rumah dari pada memaksakan bekerja dengan penghasilan yang tidak seberapa. Namun, terpikir juga olehku bagaimana jika suatu waktu Hendi lalai dari tanggung jawab nafkah untuk anak-anak. Bagaimana kelanjutan masa depan mereka?Sete
SINDIRAN PEDAS ISTRI KEDUAPart 15Hampir satu bulan sejak Hendi terakhir mentransfer uang untuk anak-anak. Jumlah yang separuh nya lagi belum juga kunjung digenapi. Sekarang sudah berganti bulan.Ini adalah salah satu hal yang aku khawatirkan dulu makanya aku mencoba bertahan. Setelah berpisah, jarak antara kami akan semakin terbentang. Tidak akan ada lagi keleluasaan dalam hal apapun. Akan tetapi, mau diapakan lagi. Setiap pilihan pasti ada resikonya.Sejak dahulu, aku sudah terbiasa hemat dan hidup sederhana dan masih kuterapkan hingga saat ini. Walaupun berhemat, aku tidak mau anak-anak menjadi kekurangan. Sedapat mungkin segala yang dibutuhkan bisa secepatnya dipenuhi. Mau tidak mau, uang tabungan harus dikorbankan. Aku mencoba menghubungi Hendi. Hanya semata-mata untuk mengingatkan dia akan kewajibannya. Akan tetapi, sudah tiga kali aku teleponku masuk, tidak ada respons darinya. Kutaruh kembali HP. Tak lama berselang, la
SINDIRAN PEDAS ISTRI KEDUASetelah pertemuan tak sengaja waktu itu, Hendi menepati janjinya. Ia datang ke rumah Ibu untuk mengunjungi anak-anak.Pelan-pelan Rara mulai mamahami keadaan kami. Dia sudah bisa mengerti bahwa papa dan mamanya tidak lagi tinggal di rumah yang sama sehingga tidak setiap waktu bisa berkumpul seperti dulu lagi.Sedangkan Khalif sudah sepenuhnya mengerti kalau kedua orang tuanya sudah tidak lagi terikat dalam pernikahan. Sehingga tidak boleh lagi tinggal bersama. Kuakui, sulit bagiku menemukan kata-kata yang tepat untuk menjelaskan padanya. Beruntung Khalif termasuk anak yang tidak egois. "Kakak nggak apa-apa kok, kalau Mama dan Papa sudah tidak bersama lagi. Yang penting Mama sudah tidak bersedih lagi." Aku terharu mendengar tanggapan Khalif. Ternyata selama ini diam-diam dia tahu apa yang selama ini kurasakan."Tapi, walaupun Papa tidak lagi bersama kita, Papa tetap sayang sama Kakak dan adik