Seorang wanita yang berpenampilan anggun baru saja keluar dari ruang rapat dengan para pekerjanya sebelum mereka semua bubar dan pulang. Ya, hari ini mereka semua habis lembur. Jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Wanita itu pun kembali ke ruang kerja pribadinya di sebuah perusahaan yang bergerak di bidang percetakan. Wanita anggun itu mendaratkan bokong di kursi kebesarannya.
Baru saja ia ingin memeriksa file-file yang masih tersisa sedikit lagi di meja kerja, terdengar dering ponsel pintar dari saku blazernya. Ia lalu merogoh dan mengangkat panggilan itu."Assalamualaikum, Ve. Apa kabar? Tumben jam segini nelepon?" sapanya riang."Wa alaikumus sallam, Hana! Nabila kabur!" Ya, itu Veronica yang berada di belahan dunia sana."Apa?!" Hana terperanjat. "Kabur gimana maksud kamu?" tanyanya cemas."Aku nggak ngerti, Han. Sebenarnya ada masalah apa dengan dia. Akhir-akhir ini memang dia kayak menghindar untuk mengobrol bersama kami. NggWanita muda itu bingung, apakah ia mesti menceritakan semuanya kepada Hana? Bukankah Hana sudah ia anggap seperti kakaknya sendiri? Bahkan karena Hana-lah ia mengenal Zack, pria yang kini masih bertahta di lubuk hatinya. Melalui perantara kakaknya itu, ia bisa memperoleh uang yang banyak yang bahkan tidak pernah ia dapatkan sebelumnya meski bekerja di mana pun."Gimana kabar kandungan kamu ini?" Hana membelai perut buncit Nabila dengan sebelah tangannya dengan lembut.Nabila melihat ke arah tangan hangat sang kakak yang menyentuh perutnya itu. "Alhamdulillah, sehat, Kak," jawabnya lirih."Aku harap kamu juga sehat," ujar Hana dengan nada datar, tidak seperti ketika beberapa waktu lalu Nabila dan wanita itu berbicara tentang penawaran menjadi surrogate mother. Begitu kekeluargaan dan hangat."Ya, alhamdulilah ...," jawab Nabila lagi."Tapi aku sangsi, kalau pikiranmu juga sehat," sindir Hana sembari tersenyum kecut.Nabila hanya b
Ya, di mana saja dia berada, Nabila selalu merasa diabaikan. Dirinya merasa selalu dianggap bodoh dan tidak pantas untuk didengarkan. Ia berpikir keras, bagaimana caranya agar ia bisa pergi dari rumah itu. Apalagi mendengar kalau Zack dan Veronica akan datang menyusul ke Indonesia. Ia sudah tidak mau lagi melihat kedua orang itu. Biar saja mereka hilang dari hidupnya. Begitu pikirnya sekarang. Nabila hanya ingin bersama bayinya saja. Ya, hanya bayinya itu yang merupakan teman setianya. Tidak ada orang lain ....Tak lama Hana pun pergi untuk bekerja."Ini camilannya, Mbak. Silakan ...," tawar Mbok Tarni kepada Nabila yang sedang duduk-duduk di teras belakang rumah Hana sembari meletakkan satu nampan berisi sepiring bollen pisang dan secangkir teh hangat.Tawaran itu mengembalikan Nabila ke dunia nyata. Pikirannya terasa sedang kusut masai karena memikirkan ke mana ia akan pergi selanjutnya. Tidak ada seorang pun yang bisa ia harapkan di
Veronica terkejut bukan kepalang mendengar informasi dari Hana. "I'm sorry, Ve ... aku udah lalai ngejagain dia ...," keluh Hana menyesal."Gi–Gimana ini, Haan? Kok, bisa kabur lagi, sih!" Veronica terdengar kesal sekaligus sedih. "Aku udah bicara dengan dia. Dan kupikir dia bakal tenang di rumahku. Nyatanya dia kabur lagi tanpa sepengetahuan orang-orangku di rumah," jelas Hana."Sialan banget tu anak! Gemess aku! Dia bawa anak kami! Kalau udah ngelahirin dan anak itu ada sama kami, nggak masalah. Ini ... aaargh!" cetus Veronica. Emosinya sudah sampai di ubun-ubun rasanya. "Maunya apa sih, tuh bocah, Han?! Aku percaya, karena dia rekomendasi dari kamu. Kamu sahabat baikku! Nyatanya malah kayak gini. Padahal udah dikasih semua kebutuhan dia, bahkan sudah aku anggap seperti keluarga sendiri!" omel wanita itu lagi."Ve, kamu ada hubungan apa dengan investormu, hhh?" tanya Hana akhirnya. Ia teringat, kalau karena hal itulah Nabila ingin kab
"Iya ...." Hana menundukkan pandangannya. Ia benar-benar menyesal. Karena keteledoran dirinyalah akhirnya menyebabkan masalah bagi kehidupan rumah tangga sang sahabat. Veronica dan Zack menyimak dengan saksama."Aku kemarin berkunjung ke rumah orang tua angkatnya untuk mencari informasi. Kata ibunya, Nabila pernah berbuat sesuatu yang membahayakan di keluarga itu," lanjut Hana."Sesuatu yang membahayakan bagaimana?" tanya Zack. Ia pun ikut penasaran. Selama ini, pria tersebut tidak melihat gelagat yang tidak baik pada Nabila. Wanita muda itu bahkan terlihat seperti perempuan baik-baik. Di mata Zack, Nabila itu rajin beribadah, dia juga masih virgin ketika ia menyentuhnya. Zack sendiri adalah lelaki pertama yang menyentuh Nabila. Ya, itu artinya kalau wanita berwajah manis tersebut adalah termasuk perempuan yang menjaga dirinya dengan baik. Di mana yang ia tahu, di zaman sekarang, sudah begitu jarang perempuan bisa menjaga keperawananny
"Akuu ... aku nggak tahu, Mr." Akhirnya kalimat itu yang keluar dari lisan Metta. Ia benar-benar tidak terpikir, ke mana Nabila akan pergi saat ini. Ia tidak mengenal teman-teman Nabila lainnya."Hmm, Oke," sahut Zack seraya menghela napas berat. Begitu juga Veronica, ia terlihat kecewa. Karena hasil pencarian hari ini, nihil. Percuma saja ia mendatangi tempat kumuh itu. Akan tetapi, tidak mendapatkan informasi apa-apa."Metta, kalau boleh saya tahu, menurut kamu ... Nabila itu orangnya seperti apa?" tanya Zack. Semenjak Hana mengatakan kalau Nabila pernah berbuat jahat, ia jadi begitu penasaran, karena di dalam hatinya yang paling dalam, seolah ia tidak mempercayai hal tersebut."Oh, Nabilaaaa ...." Metta menerawang. "Selama yang aku kenal sih, dia orangnya baik. Mau menerima dan mendengar keluh kesah aku sebagai temannya, Mr. Terus, dia juga tidak pelit. Ya, kami sering saling berbagi selama ini." Metta tersenyum. Ia teringat ketika meminjam ua
"Kamu sudah setahun di sini baru menemui aku?" Zack tertawa kecil mendengar sindiran temannya, Maximus Setiawan. Padahal dirinya baru dua pekan di Indonesia, malah dikatakan setahun. "Gimana kabar istri cantikmu?" tanya Max setelah menyeruput kopinya, kemudian meletakkan cangkir itu kembali ke atas meja kafe."Baik," jawab Zack singkat.Max tersenyum miring. "Tumben kamu nggak bersemangat membicarakan istrimu? Biasanya kalau ditanya tentang dia, kamu langsung saja bercerita panjang lebar tentang ini dan itu. Tentang cita-citanyalah, pencapaiannya," sahut pria itu mengingat sikap Zack selama ini."Aku memang lagi nggak bersemangat, Max," jawab Zack terlihat lesu."Sebenarnya ada apa? Lagi pula kamu ke sini sampai lama begini ini, ada proyek apa?" tanya Maximus penasaran. Hal itu karena ia tahu, sangatlah jarang Zack berkunjung ke Indonesia sampai lebih dari sepekan, kecuali ada keperluan bisnis yang membutuhkan waktu yang cukup
Semenjak pembicaraan tentang pencarian solusi bersama sang istri, Zack pun kembali ke negeri asalnya, Negeri Paman Sam. Walaupun ia mempunyai orang yang kompeten di dalam mengatur berjalannya perusahaan, tetapi ia tidak bisa begitu saja berlama-lama meninggalkan mereka. Beberapa waktu di Indonesia, Zack juga sempat membahas urusan bisnis bersama Maximus, temannya itu. Max mengajaknya bekerja sama di Indonesia. Pria berjanggut tebal itu menyarankan agar Zack mau membuka cabang juga di Indonesia, sekaligus bekerja sama dengan Antony.Saat ini Max menjalankan bisnis property. Semakin hari, permintaan dari kliennya semakin berkembang. Antony yang diberikan kepercayaan untuk meng-handle soal perlengkapan rumah dan desain interior, belum cukup berpengalaman. Ia butuh orang yang lebih kompeten lagi. Ya yaitu Zack. Zack pun berpikir mungkin ini peluang baginya juga untuk melebarkan sayap. Waktu itu, ia pernah bekerja sama dengan Mr. Lee, pengusaha dari Singapura
Degup jantung Zack kini bertalu kencang. Ia bingung, bagaimana sang ibu bisa tahu? Padahal selama ini ia pun biasa melakukan video call dengan Jennifer. Selama ini Veronica menggunakan perut silikon di balik bajunya, biar terlihat hamil. Dan selama ini pula mereka berhasil mengelabui semua orang."Jawab, Zaack ...!" geram Jennifer kepada sang putra. Ia berusaha menahan emosinya agar tidak meledak di tempat umum seperti itu. Dari tadi ia sudah menahan gejolak di dalam hatinya sampai mereka semua selesai berbelanja, bahkan sampai selesai makan. Jennifer selama ini memang dikenal oleh anak-anaknya sebagai orang tua yang bijaksana. Ia tidak pernah menuntut ini dan itu kepada kedua anaknya, Zack dan juga Katharina—adik perempuan dari Zack—yang kini sudah tinggal di Inggris bersama suaminya. Bahkan wanita paruh baya itu sama seperti sang putra, tidak mau memburu-buru Veronica untuk segera hamil. Toh, ia sendiri sudah punya dua cucu yang lucu dari putrinya, Kat