Mama Maia yang sedari terus mondar-mandir dihalam rumahnya karena khawatir dengan kondisi dan posisi Maura saat ini akhirnya bisa bernafas lega setelah melihat mobil pribadi Maura memasuki area garasi di rumahnya. "Itu dia Maura akhirnya dia datang juga aku udah enggak tenang banget dari tadi," ucapnya dengan raut wajahnya yang lumayan pucat.Dengan cepat ia menghampiri Maura yang baru saja turun dari mobil mewahnya. "Mama kenapa sih? Kok kayaknya wajahnya panik banget gitu kaya orang yang udah dikejar setan aja," ucap Maura sambil mengerutkan keningnya ketika melihat sang Mama dengan wajah paniknya mengahmpiri dirinya."Ya ampun Maura! Dari tadi itu Mama nyariin dan nungguin kamu. Mama khawatir sama kamu Maura, Mama enggak mau kamu lakuin hal-hal yang aneh lagi karena Mama enggak mau berurusan lagi sama polisi!" celoteh Mama Maia pada putri kesayangannya."Mama apa-apan sih yaudah tenang aja kenapa sih?" jawab Maura dengan santainya sambil berjalan masuk kedalam rumahnya lalu diikuti
Saat ini pikiran Aksa benar-benar kacau setelah bertemu dengan Maura, dalam perjalan ke penjara ia menyetir mobilnya dengan oerhana karena ia takut terjadi sesuatu hal yang tidak diinginkan. Aksa sendiri takut jika semua yang Maura katakan adalah sebuah fakta yang sangat menyakitkan bagi dirinya. Ia bingung harus bagaimana dengan kondisi Savana yang berada di penjara dan juga bukti-bukti yang ditemukan oleh polisi yang menyatakan Savana memang bersalah."Savana aku sangat mencintai kamu tapi aku juga bingung, aku juga takut kalau apa yang Maura katakan itu benar. Apalagi tentang kehamilan kamu," ucap Aksa sambil menyetir mobilnya.Untungnya sekarang jalanan terasa lancar tidak macet seperti biasanya jadi sedikit membuat Aksa tenang. Mungkin sekitar hampir satu jam akhirnya Aksa sampai. Ia segera turun dari mobilnya namun sebemum ia masuk ia bertemu dengan Papah Rangga yang baru saja selesai menjenguk Savana."Eh Aksa?" ucap Papah Rangga yang lebih dulu melihat Aksa yang berjalan denga
Sementara itu Agri yang merupakan asisten pribadi Xabiru sudah berhasil mendapatkan data pribadi tersangka kasus pembunuhan Erik. Sambil terus mengotak-atik lapt6yangbada dihadapannya dan beberapa kali ia membereskan beberapa lembar dokumen yang ada disampingnya. Agri selalu memastikan jika ia menyelesaikan pekerjaannya dengan sangat baik suapaya bisa menyenangkan hati Xabiru."Ternyata nama perempuan itu adalah Savana," guamam Agri dengan pelan sambil mengangguk-anggukkan kepalanya.Agri sendiri sebagai orang terdekat dari keluarga Adiguna tidak pernah menyangka jika Erik putra bungsu dari keluarga Adiguna harus meninggal dunia dalam kondisi seperti itu. "Cepet banget kamu pergi Rik, padahal masih banyak urusan kerjaan yang belum kita obrolin bareng," batin Agri ketika kembali teringat dengan sosok Erik yang merupakan partner kerja sekaligus sahabat terbaiknya.Kepergian Erik memang meninggalkan duka yang sangat dalam terutama untuk orang-orang di lingkungan terdekatnya. Tidak lama s
Saat ini Papah Rangga sudah kembali ke rumah dan ia langsung disambut oleh senyuman manis dari istrinya. "Gimana kondisi Savana Pah?" tanya Mama Maia basa-basi."Kondisi dia saat ini benar-benar sangat terpuruk, Papah kasihan sama dia. Sekarang Papah juga lagi cara supaya bisa bantu dia keluar dari penjara," jawabnya.Maura yang kebetulan juga beras ditempat yang sama langsung mengerutkan keningnya setelah mendengar ayahnya berbicara seperti itu, ia tidak rela jika Savana keluar dari penjara dalam waktu cepat karena dia belum berhasil merebut Aksa."Udahlah Pah, orang Kak Savana sudah ditentukan bersalah masih aja dibelain!" sambung Maura yang sontak langsung membuat mata kedua orangtuanya tertuju padanya."Jaga mulut kamu Maura! Gimanapun juga Savana adalah anggota keluarga kita dan dia itu Kakak kamu juga masa kamu tega lihat dia di penjara!" jawab Papah Rangga dengan cepat yang tidak terima dengan apa yang keluar dari mulut Maura.Disitu Mama Maia mencoba untuk menengahi keduanya d
Saat ini di kamarnya Maura merasa tenang karena Savana sudah berada di penjara dan sepertinya rencananya untuk merebut Aksa akan berjalan mulus. Meskipun saat ini ia juga mempunyai masalah yang lumayan menguras pikirannya, ya tentang kehamilannya. "Kalau Kak Savana bilang sama semua orang kalau aku yang hamil anak Erik gimana ya?" batin Maura mulai gelisah lagi.Namun saat ini yang terpenting bagi dirinya adalah bagimana cara dirinya merebut Aksa yang sudah mulai masuk kedalam perangkapnya. "Cepat atau lambat sepertinya keinginan gue akan terwujud dan gue mau menikah sama Aksa secepatnya, sebelum anak yang ada dalam kandungan gue lahir," ucapnya sambil mengelus perutnya.Awalnya memang Maura sangat panik karena ia tidak mau hamil apalagi laki-laki yang membuatnya hamil adalah laki-laki yang bukan diinginkan oleh dirinya. Samapi saat ini yang mengetahui kehamilan dirinya hanya Mama Mia dan Savana. Papah Rangga saja tidak mengetahuinya dan Maura juga bingung harus cerita pada Papah Rang
"Kamu udah jenguk Savana?" tanya Mama Devi saat melihat putranya yang baru saja duduk diatas sofa.Aksa hanya menganggukkan kepalanya saat sang Mama bertanya seperti itu, entah kenapa perasaannya semakin tidak menentu seteleh ia bertemu dengan Savana apalagi saat di kantor polisi tadi keduanya sempat berdebat."Kamu yang sabar ya Aksa, gimana kondisi Savana disana?""Ya gitu Ma."Sekarang Aksa menjadi lebih pendiam Bahakan pada ibunya sendiri ia tidak banyak bicara tampaknya ia benar-benar terkejut dengan semua permasalahan yang terjadi saat ini ditambah lagi dengan ucapan-ucapan Maura yang terus berkeliaran dipikirannya."Kamu harus support istri kamu ya, Mama juga enggak ngerti gimana kejadian bisa-bisa jadi seperti ini," ucap Mama Devi yang selalu membela menantu kesayangan."Kalau Mama setiap keputusannya ikut kamu," lanjutnya lagi.Sebagai putra tunggal di keluarganya, Aksa memang Selakau mendapatkan perhatian yang lebih dari kedua orangtuanya terutama sang mama yang selalu mend
Hari berganti hari, Minggu berganti Minggu, dan bulan berganti bulan, tidak terasa kini kandungan Maura sudah berusia tujuh bulan namun ajaibnya perutnya masih terlihat kecil seolah ia tidak sedang mengandung padahal usia kandungannya sama dengan kehamilan Savana yang justru kandungan Savana kini sudah begitu membesar.Saat ini entah mengapa tidak seperti biasanya, perut Maura terasa sangat sakit namun ia berusaha untuk menahannya, ia tidak ingin berbicara pada Mama Maia karena ia juga tidak ingin merepotkan ibunya itu. "Perut gue sakit banget gila, mau bilang sama Mama tapi enggak enak karena gue udah kevewain dia dan masa iya gue tega bikin susah dia lagi sekarang karena kondisi kehamilan gue," ujar Maura yang terus menekan perutnya menggunakan bantal yang ada di tempat tidurnya."Semoga aja enggak terjadi apa-apa sama kandungan gue!" batin Maura yang sebenarnya ia juga sangat khawatir jika akan terjadi sesuatu dengan bayi yang ada dalam perutnya.Padahal seharusnya sekarang ia bers
Mama Maia begitu terkejut ketika melihat kondisi Maura yang sangat lemah dan hampir pingsan yang lebih membuatnya shock lagi adalah ketika melihat Maura yang tergeletak dibawah tempat tidur karena tampaknya sudah tidak tahan lagi menahan rasa sakit yang dirasakannya. Melihat kedatang sang Mama, Maura langsung meminta tolong pada ibunya dengan merintih. "Mah tolong aku, sakit banget Mah," lirih Maura sambil menangis menatap wajah sang Mama. Melihat kondisi Maura membuat Mama Maia merasa sangat sedih tanpa pikir panjang ia langsung membawa Maura, membangunkan Maura dan menuntunnya pelan-pelan untuk masuk kedalam mobil, rencananya ia akan membawa putrinya ke rumah sakit terdekat untuk diperiksa lebih lanjut. "Kamu masih kuat jalan ya kan sayang sampai garasi depan aja," ucap Mama Maia sambil melihat kearah Maura. Maura hanya dapat mengangguk lemah dan ia pun berjalan dengan perlahan dibantu oleh Mama Maia. "Hati-hati sayang," ucap Mama Maia sambil menuntun Maura berjalan. Setelah mas