Share

19. Karma

Reihan pulang larut malam dengan tampilan berantakan. Ia seperti mayat hidup yang berjalan sempoyongan tanpa arah.

Raganya tampak kosong. Ia seperti kehilangan jiwanya sendiri.

"Apa yang terjadi, Mas?" tanyaku saat menyambutnya pulang.

Reihan menangis sesenggukan, seperti anak kecil. Melihatnya seterluka itu, membuat hatiku luluh karena iba. Padahal sudah kurencanakan sebelumnya serangan fajar, memaksanya mentalakku jika ia tetap pada pilihannya, menikahi si perempuan jahanam itu.

Aku tak sanggup dimadu dengannya. Sekarang aja sebelum menikah, Mas Reihan sudah sangat berat sebelah. Padahal aku yang bertahun-tahun menemaninya jatuh-bangun dari awal menikah hingga ia berada di titik ini. Tapi matanya sudah terlanjur dibutakan oleh cinta berbalut nafsu dengan perempuan yang baru ia kenali sesaat. Rasanya sangat tak adil bagiku. Aku tak mau mati perlahan karena terus-menerus tertekan secara batin.

Tanpa terasa, air mataku ikut luruh. Aku tak pernah melihat Mas Reihan serapuh ini sebel
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status