"Alex! Perempuan mana yang kamu sebut?" tanya Freya tiba-tiba di tengah keasyikannya memadu kasih bersama Alex, sang suami di atas ranjang.
Hatinya seperti tertusuk ketika mulut Alex melafalkan satu nama perempuan yang tak dikenalnya. Claudia, ya, itu nama yang tadi didengarnya. Siapakah Claudia? Wanita selingkuhan Alex?"Ah, palingan kau salah dengar, aku tidak menyebut nama siapapun," balas Alex dengan suara malas. Ia kesal karena aktivitas mereka terjeda, hanya gara-gara ucapan yang keluar dari bibir istrinya."Tapi ....""Sudahlah, jangan berpikir macam-macam," tukas Alex tak ingin dibantah lagi. Sebelum Freya sanggup melanjutkan kata-katanya, Alex kembali mencumbunya, dan meneruskan apa yang sempat tertunda.Tak sanggup menolak suaminya, Freya pun terhanyut dalam pusaran hasrat, hingga keduanya mencapai klimaks. Alex mendesah panjang, lalu berbaring di sisi Freya, dalam sekejap pria itu tertidur.Freya pun merasakan hal serupa, tetapi pertanyaan tentang nama perempuan tadi masih mengganggunya. Baru kali ini dia mendengar nama Claudia disebutkan oleh Alex. Rasa penasarannya terus memuncak, dia memutuskan akan mencari tahu tentang wanita bernama Claudia itu, atau dia akan mati penasaran.***“Minum dulu kopinya dan sarapan sedikit. Jangan langsung berangkat kerja.” Pagi itu, seperti biasa Freya melakukan tugasnya sebagai seorang istri. Dua tahun menikah dengan Alex, wanita itu telah mengenal Alex luar dalam. Kesukaan, kebiasaan, dan berbagai hal tentang Alex telah dia ketahui dengan baik.Freya selalu mengingatkan Alex yang mempunyai kebiasaan bekerja tanpa kenal waktu. Pria yang diingatkannya itu hanya terdiam tidak menanggapi perkataan Freya. Namun, dia melakukan hal yang dikatakan oleh istrinya. Freya dan Alex menikah karena dijodohkan oleh kakek Alex — Brian Kingston, dan kakek Freya, Liam Hamilton. Usia Brian yang telah renta membuatnya ingin melihat cucunya menikah, dan memberikan cicit kepadanya. Alex yang saat itu tidak memiliki kekasih dengan pasrah menerima perjodohan itu. “Kamu harus menikahi Freya, dia adalah gadis yang baik. Dia dapat menjadi istri yang sempurna untukmu, Alex, dan memberikanmu keturunan yang meneruskan nama keluarga Kingston,” ujar Brian kepada sang cucu.“Baik, Kek. Aku akan menikahi gadis itu," sahut Alex yang menatap Brian tanpa ekspresi. Dia tidak ingin mengecewakan kakeknya yang telah membesarkannya dengan baik ketika ayahnya pergi terlebih dahulu. Ayahnya meninggal karena sakit dan membuatnya menjadi yatim saat usianya masih remaja. Begitu pula dengan ibu Alex yang menyusul ayahnya, setahun setelah kepergian sang ayah. Pun Freya yang sangat penurut menerima perjodohan ini dengan senang hati. Wanita itu menganggap pernikahan ini adalah bentuk baktinya pada sang kakek yang selama ini telah merawat Freya si anak yatim piatu. Kedua orang tuanya telah meninggal sejak ia masih kecil akibat kecelakaan lalu lintas. “Baiklah, aku berangkat kerja!” Alex yang telah selesai dengan sarapannya berpamitan pada Freya. Tidak ada senyuman yang terlihat di wajah pria itu. Apalagi kecupan hangat yang selalu dinantikan oleh Freya, layaknya pasangan suami istri sewajarnya.Wanita itu menatap nanar kepergian Alex. “Sampai kapan aku bertahan dengan pernikahan yang dingin ini. Apakah ini yang disebut dengan penikahan?” Freya bermonolog dengan dirinya sendiri.Alex memang tak membencinya, pria itu bahkan selalu bergairah saat mereka berada di tempat tidur. Namun, hanya itu saja. Selebihnya Alex hanyalah seorang suami yang tak layak disebut sebagai teman hidup.Dua tahun ini, Freya berusaha dengan sungguh-sungguh untuk menjadi istri yang baik untuk suaminya. Akan tetapi, Alex sama sekali tidak pernah menghargai kesungguhan yang dilakukan oleh Freya. Pria itu selalu bersikap dingin. Ia hanya bersikap hangat ketika mereka mengunjungi Brian. Pernah suatu kali saat mereka sedang berdua di ruang keluarga, Freya menanyakan hal yang sampai saat ini masih belum dijawab oleh Alex. Wanita itu kerap kali menanyakan cintanya pada Alex. Namun, saat ditanya Alex selalu menjawabnya dengan perkataan yang menyakitkan. Alex menganggap ungkapan cinta tidak penting, yang utama adalah pria itu dapat memenuhi kebutuhan fisiologis dan biologis Freya. Selepas itu, Freya belum pernah lagi menanyakan hal yang sama kepada Alex. Dia takut mendapatkan perlakuan dingin dari suaminya.Freya tersentak dari lamunannya, wanita itu kemudian bangkit dan merapikan piring kosong yang digunakan Alex untuk sarapan tadi. “Ah, sudahlah, lebih baik aku mengerjakan pekerjaan rumah dibandingkan hanya melakukan hal yang membuatku bertambah risau,” kata Freya menyemangati diri sendiri.Sebelum menikah Freya pernah bekerja sebagai seorang karyawan di sebuah perusahaan yang cukup bonafide. Setelah menikah Freya memutuskan untuk resign dari tempatnya bekerja, dan fokus mengurus rumah tangganya. Keputusan yang diambilnya itu didukung oleh Liam Hamilton. Sang kakek sangat senang Freya mengambil keputusan yang baik untuk menomorsatukan keluarga.Namun, tanggapan serupa tak didapatkannya dari Alex. Pria itu tidak ingin ikut campur pada keputusan pribadi Freya. Baginya, Freya dapat melakukan apa pun sesuai keinginannya. Meskipun berniat untuk fokus melakukan pekerjaan rumah, Freya terus terkenang akan perilaku Alex yang selalu dingin dan tidak peduli padanya. Ketika ia sedang membereskan ruang kerja Alex, wanita itu menjadi tidak fokus dan tidak sengaja menyenggol foto keluarga yang ada di meja kerja Alex hingga terjatuh.Bingkainya berserakan, tetapi kaca yang ada dalam bingkai tersebut tidak pecah karena lantai di ruang kerja Alex dilapisi dengan karpet. Tidak sengaja Freya melihat sebuah foto lain yang terdapat di belakang foto keluarga mereka. Foto itu adalah potret Alex yang berpelukan dengan seorang wanita cantik. Mata Freya menyipit melihat foto tersebut. Di sudut foto tersebut terdapat satu kalimat yang membuat hati Freya bergetar. My Love, ClaudiaHatinya mencelos membaca kata Claudia. Masih terngiang di otaknya desahan Alex saat menyebut nama wanita itu. “Claudia? Apakah dia wanita yang disebut Alex saat kami bercinta semalam?”"Alex, apakah kamu memiliki perempuan lain?“ tanya Freya sedikit menuduh.Pandangan Alex teralihkan dari berkas yang menumpuk di hadapannya. Sejak mereka menikah, Alex kerap kali membawa pulang pekerjaan yang seharusnya bisa diselesaikan di perusahaan. Freya selalu memaklumi keadaan tersebut, dia mengira pekerjaan Alex sangat banyak sehingga membuatnya membawa beberapa berkas tersebut ke rumah. Namun, kini ia berpikir bahwa itu hanya satu sarana yang suaminya gunakan agar tak perlu memperhatikan istrinya.Alex menaikkan alisnya, ia menatap Freya tajam. “Kau ini bicara apa?" Ia bertanya balik karena tak memahami pertanyaan Freya yang tiba-tiba itu."Jawab saja, pertanyaanku, Alex. Aku ingin mengetahui jawabannya langsung dari mulutmu,” ucap Freya dengan penuh ketenangan. “Tidak! Aku tidak memiliki wanita lain! Kamu ini berbicara apa, Freya? Sudahlah jangan berpikir macam-macam aku tidak mungkin selingkuh darimu!” kilah Alex yang kesal ditanya seperti itu. Freya tidak mempercayai begit
“Hari ini juga aku akan pergi dari sini." Freya berucap tegas sambil menyodorkan kopi pada Alex. Wanita itu memandang tajam suaminya yang terlihat enggan menatap balik.Alex terlihat bugar dan tampan seperti biasanya. Berbanding terbalik dengan dirinya yang semalaman tidak bisa tidur tanpa Alex di sisinya. Tak ingin tidur seranjang dengan suaminya, Freya memutuskan untuk tidur di kamar lain.“Baiklah, kalau itu maumu. Aku akan memberikan uang kompensasi atas semua yang telah kau lakukan selama menjadi istriku,” sahut Alex enteng, sembari menyeruput kopi buatan Freya. “Tidak perlu! Semua yang kulakukan adalah kewajibanku sebagai istrimu. Kamu tidak perlu memberikan uang kompensasi apapun untukku,” kilah Freya yang tidak ingin menerima apapun dari Alex. Ia tak sudi menerima belas kasihan dari pria yang telah mengkhianati ketulusannya.Namun, Alex mengabaikan perkataan istrinya. Pria itu sudah memiliki rencana untuk memberikan beberapa asetnya pada Freya bila mereka bercerai. Mungkin di
“Apa-apaan kamu Ren? Aku itu belum bercerai dari Alex. Bagaimana mungkin kamu memintaku untuk mencari pria lain?” sungut Freya mendengar usulan gila sahabatnya. Luka di hati Freya belum mengering, sahabatnya malah ingin menghadirkan pria baru dalam hidupnya. Dia saja masih berjuang untuk move-on. Freya tidak ingin menambah luka dengan mencari pengganti Alex secepat itu.“Hahaha." Renata malah tertawa keras. Freya yang gemas pun menumpuk lengannya sampai wanita itu meringis."Santai saja, Frey, aku hanya bercanda. Jangan terlalu serius, kamu itu harus menikmati hidup!” sahut Renata sembari mengibaskan tangannya.Bibir Freya mencibir, matanya melirik sebal. “Dasar Renata! Kukira kamu benar-benar memintaku untuk mencari pria lain. Rasanya aku masih belum sanggup bahkan untuk sekadar berkenalan dengan seorang pria, Ren,” tutur Freya yang masih diliputi kegalauan. “Makanya tadi aku mengusulkan untuk mencari pria baru, maksudku aku ingin kamu tampil kinclong, cantik memukau, bukan seperti
“Ren, carikan aku suami baru!" celetuk Freya sembari menatap Renata dengan wajah serius.Mata Renata melotot tak percaya. "Kamu salah makan atau memang sudah gila karena tak lagi bersama Alex?" Dengan main-main disentuhnya dahi Freya yang tak sedang demam.Freya terkekeh dan menepis tangan sahabatnya itu. "Canda, Ren! Maksudku carikan aku pekerjaan. Aku sudah tak sanggup menjadi pengangguran terlalu lama,” terang Freya meralat ucapannya.Dua minggu setelah meninggalkan rumah Alex, Freya merenung, memikirkan masa depannya. Dia memutuskan untuk kembali bekerja. Freya ingin kembali sibuk, dan tak menjadi benalu bagi Renata.“Ide bagus! Kalau begitu kamu bekerja saja di perusahaanku. Kebetulan kami membutuhkan seorang arsitek lagi untuk menangani proyek baru,” usul Renata yang senang Freya mengambil langkah untuk maju.Setelah tinggal di apartemennya Freya sering terlihat melamun dan tidak bergairah. Renata berpikir mungkin sahabatnya masih belum bisa melupakan Alex. Keputusan untuk beker
"Ih, apaan sih? Tidak ada dalam kamusku untuk kembali pada Alex. Lagi pula, kami akan segera bercerai," bisik Freya pada sahabatnya yang masih tersenyum menggodanya. Renata masih saja tersenyum pada Freya. "Ya, coba saja kamu lihat. Alex selalu menatapmu," ucap Renata sambil melirik pada pria yang dari tadi menatap Freya intens. Freya menengadahkan kepalanya melihat Alex yang menatapnya. Mata mereka bertemu, tetapi Freya segera mengalihkan pandangan. Alex mengamati wajah istrinya dengan cukup lama, ada setitik kerinduan dalam hatinya. Beberapa hari yang dia rasakan tanpa Freya, membuatnya sadar arti keberadaan istrinya. "Ehm, bisa kita mulai rapatnya?" tanya Alex pada semua orang yang berada di ruangan rapat. Dia harus bersikap profesional walaupun ada Freya dalam ruangan yang sama dengannya. Ketegangan mulai terjadi, tim Freya melakukan presentasinya. Kini, giliran Freya menjelaskan tentang rancangan desain yang telah dia buat untuk pembangunan resort Perusahaan Kingston. Terliha
"Tidak ada lagi yang perlu kita bicarakan!" Freya mendorong tubuh Alex dengan sekuat tenaganya. dia berlari sekuat tenaganya menjauhi Alex.Alex hendak mengejar Freya, tetapi langkahnya dihentikan oleh Renata yang sudah keluar dari ruang rapat. "Hentikan, Pak! Aku mohon jangan mengejarnya lagi! Tolong biarkan Freya menata hatinya kembali!" pinta Renata menatap Alex dengan tajam. Renata tidak ingin mendapati sahabatnya kembali sedih karena dibayangi oleh Alex. Freya pasti terkejut karena perusahaan tempatnya bekerja sama dengan perusahaan Alex. Ternyata, langkah Freya bekerja kembali dapat menjadi bumerang baginya. "Jangan ikut campur masalah rumah tanggaku! Kamu tidak tahu apa pun tentang hubungan kami!" tegas Alex pada Renata yang mendengus mendengar pernyataan Alex. Alex segera mengejar Freya, tetapi wanita itu telah lebih dulu pergi menggunakan mobilnya. "Sial! Seharusnya aku mengejarnya lebih cepat!" gerutu Alex mengepalkan tangannya. Sekretaris Alex yang bernama Felix mengham
"Bagaimana keadaan Kakek? Mengapa bisa hal ini terjadi padanya?" tanya Freya pada Alex yang sedang berdiri di luar ruangan ICU dengan cemas. Alex menolehkan kepalanya menatap Freya. "Aku tidak tahu, dokter mengatakan sakit jantungnya kambuh. Pelayan menemukannya di dalam kamarnya," jawab pria yang masih memandangi wajah Freya dengan intens. Freya melirik Alex yang terus menatapnya. "Ada apa? Apa ada yang salah dengan wajahku?" tanya Freya melihat pandangan mata Alex tertuju padanya. "Kamu habis menangis? Apa ini semua karenaku, Frey?" Alex mengatakannya dengan penuh percaya diri. Dia yakin kejadian di ruang rapat menjadi alasan Freya menangis. Alex menyadari kalau perbuatannya mencecar Freya dengan berbagai pertanyaan yang sebenarnya tidak perlu. Tindakannya sangat kekanakan karena melihat Freya ada dihadapannya. Bahkan, bekerja di perusahaan kecil. Alex tidak menyukai Freya bekerja, dia terlihat begitu cantik dan mandiri sehingga membuat beberapa pria tertarik pada istrinya. "Ja
"Apa yang tadi kamu ucapkan?" tanya Freya tiba-tiba menghadap ke arah Alex yang berada di sampingnya. Alis wanita itu naik ke atas, sekilas Freya mendengar perkataan suaminya. Alex yang ditanyai Freya sedikit gelagapan, tetapi dengan cepat dia menetralkan raut wajahnya. "Aku tidak mengatakan apa pun, Sayang. Mungkin kamu salah mendengarnya," kilah Alex menjawab pertanyaan Freya. Alex mengalihkan pandangannya menuju Kakek Brian, dia mendekat pada Kakeknya. Alex mengucapkan perkataan yang membuat Brian dipenuhi harapan. "Aku akan terus berusaha untuk membuat cicit untuk. Oleh karena itu, Kakek harus sembuh dari penyakitmu dan melakukan operasi pemasangan ring di jantungmu. Aku berjanji padamu, Kek. Kami akan memberikan cicit yang lucu untukmu," janji Alex pada Kakek Brian.Freya tersenyum kecut mendengar perkataan Alex. Dia ingin menolak permintaan Brian, tetapi tidak tega karena kondisinya. Hatinya dipenuhi oleh kegundahan tentang cara memenuhi permintaan Brian. "Baiklah, terima kas