WARNING: Chapter ini mengandung konten dewasa.‘Ugh … kenapa aku tiba-tiba pusing?’ batin Annelies mengernyit.Dia berniat menahannya, tapi semakin lama Annelies merasa kepalanya semakin berat. Bahkan sensasi panas yang aneh merayapi tubuhnya juga.Dirinya berpaling pada Adeline, lalu berkata dengan bibir gemetar. “Ma-maaf, saya harus ke toilet sebentar.”Tanpa menunggu jawaban lawan bincangnya, Annelies pun meletakkan gelas wine yang baru disesapnya sekali, lantas bergegas menuju kamar kecil.‘Astaga, wajahnya kembali pucat. Apa dia sakit lagi?’ batin Adeline menatap cemas.Annelies pun menghilang di antara orang-orang. Entah mengapa tatapannya berubah kabur hingga dirinya tak bisa melihat dengan jelas.‘Ada apa denganku? Ahh … kenapa, ke-kenapa aku merasa panas? Apa di sini memang sepanas ini?’ Annelies bergeming seraya berpegangan dinding kapal.Dirinya terhenti saat seluruh tubuhnya gemetar, terlebih kemaluannya yang berdenyut-denyut, sungguh membuatnya kacau.‘Toilet, air … aku
WARNING: chapter ini mengandung adegan dewasa.Tanpa menunggu lama, Dan Theo pun beranjak ke kabin lantai sebelas kamarnya. “Annelies!” katanya saat membuka pintu.Namun, alisnya langsung menyatu saat tidak melihat sang istri di sana. Dia bahkan memeriksa kamar mandi, tapi tetap nihil.‘Katanya dia sakit, tapi dia tidak ada di sini. Di mana Annelies?’ batin Dan Theo yang lantas menghubungi ponsel wanita itu.Sialnya ponsel Annelies mati. Itu pun membuat Dan Theo curiga kalau terjadi sesuatu pada istrinya.‘Tidak mungkin dia pingsan di suatu tempat. Aku harus cepat menemukannya!’Dan Theo pun pergi ke kantor management. Dia bertanya mengenai Annelies, tapi mereka bilang tidak ada laporan tamu yang sakit atau pingsan hari ini.Dengan mata cemas, Dan Theo kembali bertanya, “apa saya bisa melihat rekaman CCTV?”“Baik, mari ikut saya, Tuan,” sahut sang Manager.Dirinya membawa Dan Theo ke ruang keamanan. Di sana, Dan Theo mulai melihat rekaman dari lantai sebelas tempat pesta dansa. “Ber
‘Para bajingan sialan!’Manik Dan Theo gemetar begitu melihat ke dalam kabin. Terlebih wanita gaun hitam yang tengah terikat di tengah ranjang. Meski matanya tertutup, tapi Dan Theo bisa mengenali bahwa itu istrinya.Benar, dia akhirnya menemukan mereka setelah meminta Kaelus melacak alamat IP para streamer Making Hot Love. Walau rekannya itu sempat kesulitan karena mereka ada di tengah lautan, tapi Dan Theo berhasil menemukan Annelies tepat waktu.“Si brengsek ini, apa yang kau lakukan di—”Belum tuntas ucapan pelayan bertopeng kelinci itu, Dan Theo sudah lebih dulu menariknya dari ranjang. “Hei, kau—”Pelayan itu hendak memberontak, tapi Dan Theo langsung menghajar wajahnya dengan kasar. Bahkan ketika dia terhuyung, Dan Theo kembali menariknya, lalu meninju pipinya lebih kencang sampai dia tersungkur dan topeng kelincinya lepas.‘Beraninya bajingan kotor sepertimu menyentuh wanita itu!’ Manik Dan Theo menyorot dingin.Pelayan tadi mengusap gelenyar darah dari sudut mulutnya, lalu m
***Sepanjang perjalanan pulang bulan madu, Annelies hanya bungkam. Terlebih kali ini Kaelus yang menjemput mereka. Annelies tidak tahu harus memulai pembicaraan dari mana.Dia melirik Dan Theo yang duduk di sebelahnya. Saat itulah dirinya langsung ingat malam pertama di kapal dia bangun hanya dengan bathrope.‘Malam itu tidak terjadi sesuatu antara kami ‘kan? Aku tidak ingat apa-apa, Dan Theo juga tidak bilang apapun. Jika bertanya sekarang, dia pasti berpikir aku wanita yang aneh ‘kan?’ batinnya menimang-nimang.“Kami akan mengantarmu ke penthouse, lalu aku akan pergi bersama Kaelus sebentar,” tutur Dan Theo yang seketika membuat Annelies mengerjap.Bahkan tanpa sadar wanita itu langsung bertanya, “pergi ke mana?”“Ini urusan pribadi kami!” sambar Kaelus yang sedang mengemudi di kursi depan.Annelies meliriknya. Mata mereka bertemu dan jelas sekali Kaelus sedang dalam suasana hati yang buruk.“Dan Theo memang menikahimu, tapi kalian hanya menikah kontrak. Jadi kau tidak ada hak untu
“Berapa usianya? Kenapa dia harus membuat pesta seperti anak kecil?!” tukas Annelies melempar undangan ulang tahun Samantha ke nakas.“Kau tidak pergi?” Dan Theo bertanya.Ekspresi Annelies berubah datar seraya membalas, “mereka tidak benar-benar ingin mengundangku. Mereka hanya penasaran sejauh mana langkahku mengambil posisi Komisaris!”Dan Theo juga tahu itu, dan dirinya pun mulai memprovokasinya.“Kalau begitu tunjukan. Kau harus menunjukan siapa pemilik sebenarnya, bukan?” ujarnya yang seketika membuat Annelies meliriknya tajam.Namun, alih-alih langsung mengiyakan, Annelies malah menyibak selimut tebalnya dan bangun dari ranjang.“Aku harus bekerja sekarang!” katanya.Dan Theo hanya bungkam saat Annelies melewatinya.Setelah mereka selesai bersiap dan keluar penthouse, seketika manik Annelies berubah lebar. Seseorang yang tak diharapkan berdiri di depan pintu seolah menunggunya.“Apa kabar, adikku?” tanya Dave disertai senyum miring.Ekspresi Annelies berangsur muram. Bahkan den
“Aku tidak gila!” Annelies meraung saat para Perawat memaksanya berbaring di brankar, lalu mengikat tangan dan kakinya.“Tenanglah, Nona!” sahut Suster yang berusaha mencengkeram lengan Annelies.Namun, wanita itu terus memberontak seraya memekik, “aku tidak gila! Aku tidak gila, sialan!”Manik hazelnya melotot tajam, rambut kecokelatan yang biasanya rapi, kini awut-awutan. Annelies terus menendang-nendang agar perawat itu menyingkir, tapi usahanya percuma.“Siapa yang menyuruh kalian membawaku ke sini? Apa itu Kak Logan?!” Annelies kembali memberang, tapi tak ada yang menyahut.“Apa yang kalian lakukan?! Pegang dengan kuat!” sentak Kepala Perawat dengan tegas.“Ba-baik!”Para suster mencekal Annelies lebih kuat, tapi Annelies tiba-tiba menggigit tangan suster yang ada di sebelahnya.“Argh!” Suster itu menjerit.Dia berusaha menarik tangannya, tapi Annelies semakin kuat menggigitnya hingga berdarah.“Argh, lepaskan! Wanita ini memang gila!” cecar Suster itu.Kepala perawat yang berada
“A-apa dia bilang?!” Lelaki berambut gondrong langsung bangkit.Dia berjalan menuju Annelies dan menariknya menjauh dari Dan Theo-pria berkemeja putih.“Hei, Nona! Kau tahu apa yang kau katakan? Pria ini—”“Saya tahu. Dia seorang Gigolo ‘kan? Kalian semua pria yang menerima bayaran dari wanita untuk tidur bersama. Saya juga mau membayar kalian!” sahut Annelies dengan tatapan tajam.Semua orang tercengang seolah tak percaya dengan ucapan wanita itu.“Kenapa? Kalian tidak mau menerima uang saya?” Annelies menantang.Lelaki gondrong tadi mencekal Annelies lebih kuat. Namun, belum sempat menimpali, Dan Theo lebih dulu berkata, “semua uang berharga. Ayo kita lakukan, tidur bersama!”“Dan Theo!” sambar lelaki gondrong tadi, tapi Theo tidak menggubris.“Jadi nama Anda Dan Theo? Baiklah, ke mana kita pergi? Saya butuh kamar, secepatnya!” tukas Annelies dengan tatapan tajam, tapi entah mengapa Dan Theo bisa melihat getaran di matanya.Pria itu mengamati penampilan Annelies yang berantakan. Ann
“Sayang, akhirnya kita bertemu lagi!” tukas Harvey sambil menatap lurus pada Annelies.“Sayang, aku sangat merindukanmu.” Samantha menyambar dengan suara yang dibuat imut.Dia menghampiri Harvey dengan kening mengernyit. “Kau terluka? Apa yang terjadi padamu?”Samantha menjulurkan tangan, hendak memeriksa luka di bibir dan sekitar pelipis Harvey. Namun, pria itu langsung menahan tangannya.“Ini luka kecil saat dinas di luar kota. Aku sangat merindukanmu, Sayang,” balas Harvey yang lantas memeluk Samantha.“Astaga, baru beberapa hari jauh dariku, kau langsung terluka. Aku mencemaskanmu,” sahut wanita itu menekuk bibirnya sedih.Meski Harvey mendekap dan membelai punggung Samantha, tapi sorot matanya masih terpaku pada Annelies yang berada di belakang tunangannya. Tatapannya itu seolah membayangkan bahwa wanita yang dipeluknya adalah Annelies.‘Kenapa luka Harvey sama persis dengan luka pria miesterius yang menemuiku di rumah sakit tadi malam?’ batin Annelies dengan manik gemetar. ‘Sial