Share

3. Dia Menggoda Tunanganku

“Sayang, akhirnya kita bertemu lagi!” tukas Harvey sambil menatap lurus pada Annelies.

“Sayang, aku sangat merindukanmu.” Samantha menyambar dengan suara yang dibuat imut.

Dia menghampiri Harvey dengan kening mengernyit. “Kau terluka? Apa yang terjadi padamu?”

Samantha menjulurkan tangan, hendak memeriksa luka di bibir dan sekitar pelipis Harvey. Namun, pria itu langsung menahan tangannya.

“Ini luka kecil saat dinas di luar kota. Aku sangat merindukanmu, Sayang,” balas Harvey yang lantas memeluk Samantha.

“Astaga, baru beberapa hari jauh dariku, kau langsung terluka. Aku mencemaskanmu,” sahut wanita itu menekuk bibirnya sedih.

Meski Harvey mendekap dan membelai punggung Samantha, tapi sorot matanya masih terpaku pada Annelies yang berada di belakang tunangannya. Tatapannya itu seolah membayangkan bahwa wanita yang dipeluknya adalah Annelies.

‘Kenapa luka Harvey sama persis dengan luka pria miesterius yang menemuiku di rumah sakit tadi malam?’ batin Annelies dengan manik gemetar. ‘Sial! Apa Harvey yang melakukannya?!’ 

Dirinya kian terbelalak saat Harvey tersenyum miring padanya. Itu membuat Annelies menguatkan dugaannya.

‘Aku akan mencari tahu. Tapi sebelum itu, aku harus keluar dari mansion ini dan menghindari Kak Logan!’ sambung Annelies membatin, lalu naik ke kamarnya di lantai atas.

Dia buru-buru mengemasi barang dan beberapa dokumen penting untuk pekerjaannya. Namun, tanpa diduga ada seseorang yang mengetuk pintu.

Annelies seketika tersentak begitu Harvey muncul di sana.

“Untuk apa kau ke sini?!” decaknya waspada.

“Apa kabar, Annelies?”

“Keluar!” sambar Annelies tegas, tapi Harvey justru berjalan mendekat.

Pria itu melirik barang-barang Annelies di koper, lalu berkata, “aku turut berduka atas kepergian Paman Feanton. Aku juga sedih mendengar kabarmu yang depresi sampai masuk rumah sakit jiwa.”

“Harvey, sebaiknya kau diam dan enyahlah. Aku tidak ada waktu meladenimu!” sahut Annelies memicing tajam.

“Annelies, aku tahu semuanya. Kau butuh calon suami ‘kan?” Harvey menyambar hingga membuat Annelies mengernyit.

Pria itu meraih tangan Annelies dan melanjutkan. “Paman Feanton mewariskan semuanya padamu, tapi kau harus menikah dalam waktu enam bulan ini untuk mengambil hak warismu. Bagaimana jika kau memilihku?”

Annelies sontak menghempas tangan Harvey, tapi pria itu semakin mengikis jarak hingga menghimpit Annelies di dinding. Tangannya membelai wajah Annelies seiring senyumnya yang menjijikkan. Dari jarak sedekat itu, Annelies bisa memastikan luka Harvey. Tidak salah lagi, itu luka karena perbuatannya!

Gigi wanita itu menggertak seraya mendengus, “ternyata itu kau! Kau mendatangiku di rumah sakit dan melecehkanku!”

Manik Harvey berubah selebar cakram, tapi itu tak menyurutkan senyum iblisnya.

“Annelies, kau sendiri tahu betapa aku mencintaimu sejak lama, bahkan ….”

Belum tuntas ucapan Hervey, tiba-tiba Annlies mendorongnya dan langsung melayangkan tamparan keras.

Namun, tanpa diduga, Samantha yang sejak tadi melihat mereka dari depan kamar, langsung masuk dan menggampar wajah Annelies dengan kencang.

“Jalang sialan! Beraninya kau menggoda tunanganku!” dengus Samantha penuh amukan.

Annelies memegangi pipinya yang berdenyut, lalu menyibak rambutnya yang berantakan di depan wajah.

“Kau buta?! Harvey yang masuk ke sini dan berusaha melecehkanku!” sambar Annelies berang.

Alih-alih percaya, Samantha malah menjambak rambut Annelies sampai wanita itu mendongak kesakitan.

“Lepaskan aku, Samantha!” decaknya dengan gigi terkatup, tapi keponakannya itu tak menggubris.

“Harvey tidak meladeni jalang sepertimu! Jelas kaulah yang menggodanya!” Samantha menarik rambut Annelies lebih kuat.

Annelies yang kesakitan pun barusaha membalas jambakan, tapi kuku tangannya tak sengaja mencakar wajah Samantha hingga berdarah.

“Argh!” Samantha sontak menjerit dan mendorong Annelies.

Sialnya, Annelies malah ambruk dan menghantam guci di nakas. Pecahan guci itu tak sengaja mengenai kaki Annelies hingga gelenyar merah mengalir dari betisnya.

“Argh … wajahku!” Samantha meraung kencang sambil memegangi pipinya yang berdarah.

Harvey yang sejak tadi diam, kini menghampiri Samantha. “Sayang, kau terluka.”

“Sayang, bagaimana ini? Ahh … sakit sekali.” Samantha mengerang.

Karena keributan itu, Logan dan istrinya-Grace, mendatangi kamar Annelies.

“Apa yang terjadi?!” decak Grace melotot tajam melihat kekacauan di sana.

Samantha berpaling dan mengadu, “Mommy! Lihatlah, Bibi Annelies menyerangku!”

Logan yang mendapati wajah putrinya terluka, langsung tercengang.

“Astaga, wajahmu terluka, Sayang. Bagaimana ini bisa terjadi?” tukas Grace yang lantas melirik Annelies jijik. “Kenapa wanita gila itu bisa kabur dari rumah sakit jiwa?!”

“Aku tidak tahu, Mommy. Tiba-tiba Bibi Annelies datang ke sini dan berusaha menggoda Harvey. Tapi saat aku memergokinya, dia malah menyerangku seperti hewan liar!”

Annelies menyeringai mendengar omong kosong Samantha yang berlebihan. Jelas sekali keponakannya itu yang memukulnya lebih dulu.

“Kau tertawa?” Logan mendecak dingin melihat senyum miring Annelies. “Kau tertawa setelah menyakiti putriku?!”

“Daddy, Bibi Annelies sangat berbahaya!” Samantha terus membakar amarah Logan.

“Kemarilah, jalang gila! Kau memang harus dikurung agar tidak menyerang orang!” Logan merengkuh tangan Annelies dan menariknya dengan kasar.

“Lepaskan aku, Kak Logan! Aku tidak gila!” sentak Annelies memberontak.

Logan menyeretnya keluar, tapi Annelies berpegangan kuat pada pintu dan menghempas tangan Logan agar melepasnya.

“Aku bilang lepas! Aku tidak gila! Kak Logan yang menjebakku masuk rumah sakit jiwa, agar bisa menguasai warisan Ayah ‘kan?!” dengus Annelies berapi-api.

Alih-alih membalas, justru tamparan keras yang melayang di wajah Annelies. Rasa perih yang berdenyut-denyut membuat pipinya merah, bahkan gelenyar darah merembes dari sudut mulutnya.

“Rupanya otakmu sudah membusuk, sampai tak bisa berpikir. Kau anak haram, memangnya pantas menerima warisan ayahku, hah?! Harusnya kau tahu diri, Annelies!” sambar Logan tajam.

Leher Annelies menegang, tapi dia dengan berani membantah, “memang Kakak sendiri layak? Ayah tidak percaya pada Kakak, dan malah mewariskan segalanya padaku … ugh!”

Belum tuntas ucapan Annelies, mendadak Logan mencengkeram lehernya dan mendorongnya hingga menatap pintu.

“Katakan sekali lagi, maka aku akan membunuhmu!” Logan mengancam tegas.

“Surat wasiat Ayah tidak bisa berbohong!” sahut Annelies dengan manik gemetar.

Alis Logan menyatu dan membalas, “persetan dengan surat wasiat! Kau tidak akan mampu memenuhi syarat pernikahan di surat wasiat itu, karena akan membusuk di rumah sakit jiwa!”

“Aku bisa! Aku sudah punya calon suami dan kami akan menikah!” sahut Annelies dengan gigi terkatup.

“A-apa kau bilang?!”

Comments (1)
goodnovel comment avatar
guramebakar.jo
keluarganya pada gila
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status