Fic duduk di tepi tempat tidur, kemudian memeluk Erina. Erina yang tadi terpejam kini membuka matanya. Tangan kirinya mengelus rambut Fic.Dia tahu jika Suaminya sedang bersedih karena hampir kehilangan calon bayinya.Lebih merasa sedih lagi, ketika menyadari jika kehadirannya dalam hidup Fic, membuat semakin banyak orang memusuhi Fic."Fic." Panggil Erina dengan suara lemah.Fic mendongak, menatap sudut mata Erina yang meneteskan air mata."Kenapa menangis?" "Kehadiranku, semakin menyusahkan mu."Fic tersenyum, mencium air mata Erina dan kemudian menghisapnya. Seolah olah ingin memberi semua rasa nyaman."Kamu tidak pernah menyusahkan aku, justru aku yang terlalu bodoh untuk melindungimu.""Jangan berkata seperti itu Fic. Mereka yang terlalu kejam terhadap kita.""Dan aku, tidak akan membiarkan Mereka berlaku kejam kepada kita."Erina terisak. "Fic, bagaimana rekaman Cctv itu?""Erina. Jangan memikirkan apapun dulu. Jangan khawatir. Aku akan menyelidikinya."Menyelidikinya? Artinya
Fico.. Apakah Fic benar-benar sedang ingin melawannya?Memikirkan itu, Adreno segera mengurus orang untuk melawan penindasan yang dilakukan Fic.Tetapi hasilnya membuat Adreno tercengang. Fic tidak bisa dilawan. Perusahan keluarga Alfian telah terakuisisi sepenuhnya oleh Fic. Orang utusan Adreno pulang dengan membawa kegagalan."Kami tidak berhasil Tuan. Perusahaan kita mengalami kebangkrutan total."Adreno lemas dan jatuh merosot ke kursinya.Semua usaha Adreno gagal. "Kenapa bisa seperti ini?" Dia menatap layar Komputernya. Tiba-tiba ponselnya berdering. Dengan tangan yang gemetar, Adreno mengambil Ponselnya. Saat melihat nama yang pemanggil terpampang di layar Ponselnya, dia sangat marah dan hampir membanting Ponselnya. "Dasar bajingan!" Dia mengumpat dengan kasar.Namun Adreno mengangkat panggilan.Terdengar suara Fic dengan begitu tenang dari ujung telepon."Halo Paman! Apa kamu senang dengan hadiah dariku?""Fico! Kenapa kamu melakukan semua ini? Apa yang kamu inginkan sebenarn
Fic masih mengangkatnya dagu Alika dan menatap matanya kemudian kembali bertanya. "Ayolah Alika. Kamu bisa mengulangi cerita, bagaimana kamu saat menolongku pada hari itu?" Suara Fic begitu lembut, tapi terdengar sangat mengerikan."Aku.." Alika berkata dengan gugup, kemudian menarik dagunya. Dia menundukkan wajahnya dan tidak berani menatap mata Fic. "Aku sudah tidak mengingatnya."Fic merasa ada yang aneh dan kembali bertanya. Tetapi kali ini dengan nada penuh penekanan."Sebaiknya kamu jangan berbohong Alika. Atau, aku akan membuatmu mati dengan cara menyedihkan." Alika sekarang semakin ketakutan. Tapi dia tetap tidak ingin kalah dan dia mengatakan, "Aku sungguh tidak mengingatnya lagi."Fic terlihat sinis dan mendorong tubuh Alika hingga terjatuh ke lantai.Fic kemudian pergi meninggalkan ruangan itu kembali disusul oleh Jefri.Setelah sampai di luar Fic kemudian menoleh pada Jefri dan berkata. "Gadis kecil yang menolongku hari itu menyeret tubuhku, bukan menggendongku. Dia juga
Tidak terdapat banyak foto di dalam album itu kecuali hanya beberapa foto saja. Tetapi itu mampu membuat jantung Fic berdetak sangat kencang."Foto itu? Dia.. dia siapa?" Fic bertanya pada Handoyo sambil menunjuk foto seorang gadis kecil yang memakai Gaun Tuan Putri. Foto yang mirip dengan foto penyelamatnya yang ia miliki."Apa.. Apa dia Alika?" Tanya Fic dengan ragu ragu karena kembali cemas jika foto itu benar benar foto Alika.Handoyo menoleh pada Foto itu."Ah iya, aku lupa. Ketika berada di rumah, Aku menemukan Album foto ini di kamar milik Erina dulu. Ini adalah miliknya. Aku sengaja membawa kemari untuk menyerahkan pada Erina. Dia tidak mempunyai foto kenangan masa kecil selain ini. Pasti dia akan saat senang." Handoyo menyerahkan Album foto itu pada Fic."Berikan pada istriku Tuan Fic. Dia akan sangat senang menerimanya." Tangan Fic sedikit gemetaran ketika menerima uluran Album Foto tersebut.Pikirannya masih linglung dengan apa yang baru saja ia lihat. Dia kembali membuka
Hari di masa itu,Erina juga sempat meminta seseorang untuk memotret dirinya dengan memberi upah dari uang yang diberikan Handoyo padanya.Setelah mendapatkan beberapa Foto, Erina saat senang dan berlari lari kecil hingga meninggalkan taman dan menyusuri tepian rel dengan masing setia menikmati Gaun Tuan Putri yang ia kenakan.Tetapi langkahnya terhenti saat dia melihat seorang pemuda terkapar di tengah rel. Erina juga mendengar klakson kereta api. Erina panik ketika menyadari akan terjadi sesuatu yang buruk pada pemuda itu.Erina berlari dan mencoba berbicara pada pemuda yang dikira Erina akan bunuh diri itu. Kereta semakin mendekat, Erina tidak punya pilihan lain kecuali menyeret tubuh pemuda itu antara kuat dan tidak.Erina membawa pemuda itu kebawah pohon besar. Melihat darah mengalir di kaki pemuda itu, Erina panik dan tanpa perhitungan dia menyobek Gaun Tuan Putri untuk membalut luka pada kaki pemuda itu.Erina lalu pulang dengan keadaan gaun itu telah Robek. Malang sekali, ses
Erina masih teringat perkataan Kakek Alfian waktu itu padanya jika orangtua Fic dan bahkan Fic tidak pernah mendapatkan sedikit pun saham dari keluarga besarnya, dan itu karena kelicikan dari Adreno yang terus ingin menguasai Perusahaan Alfian. Maka dari itu Erina berpikir untuk menggunakan kesempatan ini demi membantu suaminya.Dalam pikirannya, kenapa tidak sesekali menggunakan kelicikan juga jika Adreno saja sering melakukan kelicikan?"Itu tidak akan mungkin!" Tiba tiba Adreno menjawab dengan spontan. Selama ini dia sudah berusaha sekuatnya untuk mempertahankan saham milik keluarga besar Alfian hanya untuk dirinya, dan sekarang bisa bisanya, bocah di depannya ini dengan mudahnya meminta setengah saham itu?Erina tersenyum sinis. "Kalau begitu, jangan harap kalian bisa menyelamatkan Alika dan juga Anak dalam kandungannya." Ucap Erina, kali ini dia juga tidak ingin memberi sedikit pun rasa belas kasihan lagi.Wajah Adreno terlihat cukup tidak baik.Fic yang mendengar syarat dari Eri
Adreno tidak bisa menyangkal lagi dan hanya bisa pasrah, membiarkan Fic mengikuti rapat.Adreno terpaksa kembali membuka rapat dengan berusaha untuk tidak mempedulikan Fic. Adreno mulai mengutarakan Rencana baru untuk perusahaannya. Fic melirik rencana baru yang dikeluarkan oleh Adreno. Fic melangkah mendekati Adreno dan kemudian mencibir."Presdir Adreno. Rencana anda terdengar baik. Sayangnya, itu sangat tidak berguna."Fic mengambil pena dan melingkari beberapa kalimat yang baru saja ditulis oleh Adreno."Jika dilihat sekilas, Rencana ini memang sangat bagus. Tetapi aku tidak yakin jika ini bisa mengalahkan lawan atau setidaknya bagaimana cara menghadapi serangan balik lawan. Rencana ini sangat terburu-buru dan terkesan hanya kebijakan sementara. Jadi menurutku, jika ini hanyalah untuk sementara atau darurat saja, maka lebih baik memberinya sebutan sebagai permainan Idealis."Fic terus menekan Adreno membuat Adreno sangat marah dan mendadak seperti orang yang tidak berguna di depa
"Ada apa dengan kandungan Nona Alika? Katakan saja apa yang terjadi pada kandungannya. Tidak perlu ada yang ditutupi. Lebih cepat kita mengetahui, itu lebih baik bukan? Jangan ada kesalahan."Rafael masih menerima panggilan dari rumah sakit dan Dokter Zea sebagai pengganti Dokter Vivian masih berbicara dengan Rafael."Maafkan kami sebelumnya. Tapi apa yang kami lihat dan kami ketahui memang sudah seharusnya kami sampaikan. Sekali lagi kami minta maaf." Dokter Zea kemudian mengatakan apa yang telah ada dalam pemeriksaan Mereka dengan sangat jelas tanpa ada yang ditutupi.Tidak tahu apa yang telah dikatakan orang di telepon itu, tetapi setelah mendengar penjelasan dari Dokter itu tiba-tiba raut wajah Rafael seketika berubah."Apa!?" Benarkah? Kalian tidak salah? Apakah kalian yakin sudah memeriksa dengan teliti? Coba ulangi lagi pemeriksaannya. Itu tidak mungkin kan?""Kami bahkan sudah memeriksa ulang Nona Alika beberapa kali. Tadinya kami tidak yakin, tapi setelah beberapa kali pemeri