"Tuan… Aku telah menemukan Pria tiga bulan lalu yang bersama Nona!" Bisik Jefri."Apa?" Fic langsung mendongak."Siapa?" Fic membelalakkan matanya seperti rasa tidak percaya."Anda tidak akan percaya dengan ini semua!" Tidak ingin bertanya apapun lagi karena rasa penasaran yang begitu membuncah, Fic segera mendekati Erina."Erina. Ayo kita pulang."Steven Jobs yang mendengar itu langsung bertanya."Pulang? Yang benar saja Presdir Albarez! Pestaku saja baru akan di mulai." Ucap Steven Jobs dengan nada sedikit kecewa."Maafkan aku. Tapi ada hal yang sangat mendesak. Tidak mengapa ya? Setidaknya aku sudah datang dan memperkenalkan istriku padamu." Fic menepuk bahu Steven Jobs."Ah, Baiklah kalau begitu. Terimakasih sudah mau datang."Erina juga merasa heran, tetapi dia tidak berani untuk menolak. Segera mengikuti langkah kaki Fic yang menarik Lembut tangannya.Dalam perjalanan pulang, di dalam mobil Erina melirik wajah Fic yang terlihat begitu serius dan menegang."Fic. Sebenarnya ada m
Bibir Fic terlihat bergetar begitu juga dengan tangannya. Fic memang tidak bisa mengingat dengan baik wajah gadis yang ada pada malam itu. Tetapi ketika melihat kerlingan mata Erina, bentuk alis dan bibir Erina, Fic bisa merasakan jika itu begitu mirip. Ketika kulitnya bersentuhan dengan kulit Erina, dia akan teringat hal yang sama dengan hal yang pernah ada dimalam tiga bulan yang lalu itu.Pantas saja. Fic selalu merasa seperti Mengalami Dejavu. Itu karena gadis malam itu adalah Erina.Fic tidak tahu harus bagaimana sekarang. Pria yang membuatnya mati Penasaran itu ternyata adalah dirinya. Dosa besar yang sangat ingin ia lupakan, Gadis yang sudah ia koyak kesuciannya, ternyata adalah Erina.Apakah ini Takdir? Takdir yang begitu indah untuk menyatukan mereka.Jefri tersenyum penuh arti."Aku harus mengucapkan selamat kepada anda Tuan.""Nona Erina telah memberikan kesuciannya kepada anda. Kalian benar benar hebat. Bisa bertemu setelah berpisah, kemudian menikah dan saling jatuh cin
Di dalam kantor, Fic terus tersenyum membayangkan kenyataan yang ia ketahui semalam itu.Hatinya terus berdebar dipenuhi bunga bunga bermekaran. Seperti tidak tahan menunggu waktu sore untuk segera pulang berjumpa dengan Erina.Indahnya! Bertemu dan tiba tiba bercinta tanpa kesadaran, berpisah dan kemudian bertemu lagi lalu Fic jatuh cinta dan pada akhirnya menikah. Sekarang cintanya terbalas. Semua terasa indah bagi Fic.Sementara itu di kantor Stasiun Televisi. Mereka sedang berkumpul melihat beberapa Foto yang sedang tren di internet."Benarkah ini Foto Presdir Albarez beserta Nyonya Albarez?" Kak Awan menunjukan Foto."Iya benar! Ini adalah Presdir Albarez!" Yang lain berkomentar."Benarkah? Astaga! Seperti apa Wajah Nyonya Albarez? Pasti sangat cantik!" Oca berseru kemudian cepat mengamati.Siapa yang tidak mengenal Presdir Albarez meskipun itu hanya sekedar Foto saja. Dari auranya saja sudah bisa dikenali jika itu adalah Presdir Albarez. Apalagi Fotonya yang sangat menampakkan
Erina tidak mengerti kenapa Fic tiba tiba membawanya ke tempat yang paling ingin dilupakan dalam hidupnya.Fic tahu jika Erina berat untuk melangkah. Fic sengaja menggenggam erat tangan Erina."Ayolah. Di dalam sana, kejutan yang telah aku siapkan untukmu."Dengan sangat ragu Erina melangkah juga untuk mengikuti langkah kaki Fic. Padahal kaki Erina gemetaran, keringat dingin telah mengalir ke rahangnya. Bukan Erina tidak mengingat, dia masih sangat mengingat dengan jelas bagaimana bentuk jalan di ruangan ini bahkan setiap sudut ruangannya. Karena ketika pertama kali masuk kemari itu, dia datang dalam keadaan sadar seratus persen.Fic bukan tidak tahu jika Erina sedang tidak baik baik saja. Fic sempat tidak tega, tetapi demi memberi kejutan kepada Erina, Fic terpaksa berbuat setega ini.Fic berhenti di depan sebuah pintu kamar hotel. Seketika darah Erina membeku ketika matanya menatap Nomor yang ada di pintu hotel ini. Wajahnya langsung pucat pasi.Tidak salah lagi, ini adalah kamar di
Fic sedikit mengangkat tubuhnya. Dia menangkupkan kedua telapak tangannya ke pipi Erina."Jika kamu mendengar ini, kamu tidak akan percaya Erina."Fic menatap lekat kedua mata Erina. Fic sudah tidak sanggup untuk menahan sedikit lama lagi. Dia ingin segera memberitahu Erina kebenaran tiga bulan yang lalu.Erina masih menunggu."Katakan apa maksudmu Fic?""Erina. Tiga bulan yang lalu, malam kejadian yang terjadi padamu itu, apakah kamu tahu jika itu juga terjadi padaku?"" Apa kamu tidak sadar dengan posisi kita saat ini? Apa kamu tidak bisa mencium aroma tubuhku?"Erina semakin tidak mengerti dengan apa yang dikatakan oleh Fic."Pria yang telah menodaimu malam itu adalah aku, Erina. Dan Gadis yang pernah aku ceritakan padamu tempo lalu itu, adalah kamu."Hah!Erina begitu terkejut dan seketika terduduk."Kamu bilang apa?" Erina mengguncang bahu Fic yang juga ikut duduk."Gadis yang telah kunodai itu adalah kamu. Dan aku, adalah pria yang bersamamu malam itu. Disini, dikamar inilah."
Malam ini, di dalam kamar hotel ini tidak ada yang terjadi kepada Mereka berdua.Tidak ada adegan bercinta seperti malam tiga bulan yang lalu. Yang ada hanyalah sebuah cerita cinta yang terus menggetarkan kedua hati Mereka.Fic memeluk Erina dari belakang. Sementara Erina merebahkan kepalanya di dada Fic.Mereka sangat bahagia. "Erina. Maafkan aku telah meninggalkanmu setelah merenggut kesucianmu." Fic mencium kepala Erina beberapa kali."Maafkan aku juga Fic. Aku sudah mengumpat, membencimu dan bahkan pernah ingin membunuhmu. Padahal kamu telah menyelamatkan aku dari pria jahat." Erina menciumi tangan Fic."Aku bahagia Erina.""Aku juga." "Ayo kita tidur. Aku ingin memelukmu sampai pagi sambil membayangkan malam pertama kita yang panas itu."Erina menggigit lengan Fic."Jangan membayangkan malam itu. Itu sangat menjijikan!""Tidak mengapa. Tapi aku sangat suka."Fic menarik Erina ke kasur. Sekarang keduanya berbaring saling berhadapan.Erina terus memandangi wajah Erina."Tidurlah.
Melda dan Oca masih terbengong di depan Rumah besar itu.Tiba tiba gerbang itu terbuka. Dua Penjaga tampak terlihat mendekati mereka."Nona nona, silahkan masuk?" Satu penjaga mendekati mereka.Oca dan Melda terkejut. Masuk?"Maaf Tuan. Mungkin kami salah alamat." Jawab Melda."Ah, iya iya. Kami salah Alamat. Kalau begitu kami permisi." Oca membenarkan ucapan Melda dan segera menarik tangan Melda untuk pergi dari sana.Tetapi Penjaga segera berbicara yang membuat mereka tercengang."Nona. Bukankah kalian teman Nyonya Albarez? Silahkan masuk. Nyonya Albarez sudah menunggu kalian di dalam."Hah! Nyonya Albarez?Mereka berdua begitu tersentak. Kalau begitu, artinya mereka sedang berada di depan rumah Presdir Albarez. Pantas saja, rumah ini bak istana. Oca dan Melda tersenyum penuh malu."Bukan Tuan. Bukan. Maafkan kami. Maafkan kami. Ini hanya salah paham." Melda segera menarik tangan Oca. "Ayo cepat!" Melda menyuruh Oca untuk cepat pergi."Tapi Nyonya tadi mengatakan seperti itu, mem
Melda dan Oca menepuk keningnya masing masing. Kenyataan yang baru mereka ketahui adalah kenyataan yang luar biasa. Jika ini dijadikan berita, Ini bukan hanya sekedar berita panas! Tapi berita yang bisa menghebohkan seluruh dunia. Mereka tidak bisa membayangkan, bagaimana jika orang orang di Stasiun Televisi mengetahui jika Erina adalah Nyonya Albarez?Terutama Meli, yang selama ini selalu menghina dan merendahkan Erina. Mungkin Meli akan segera gantung diri.Mereka tertawa. Ini seperti lelucon. Konyol! Seperti dongeng dari sebuah Novel. Seperti drama yang sedang diputar di bioskop!Seorang Reporter telah menikah dengan Presdir Albarez! Pria yang begitu menjadi sorotan publik. Bahkan selama ini mereka sangat penasaran dengan sosok Istri dari Presdir Albarez! Tidak sadar jika Orang yang telah membuat Mereka penasaran ada didekat mereka."Kalian sudah tahu, jangan katakan kepada siapapun ya?" Pinta Erina."Hah.. begitu?""Suamiku masih banyak urusan. Tapi sebentar lagi akan mengumumkan