Sunna masih duduk di sisi ranjang.Tidak lama kemudian pintu kamar mandi terbuka dan Kim berjalan keluar dengan hanya mengenakan handuk saja. Melihat keadaan Kim seperti itu Sunna langsung membuang Wajahnya.'Kenapa orang ini tidak tahu malu?' Maki Sunna di dalam hati.Kim berjalan mendekati Sunna tanpa merasa ada beban, malah menyenggol bahu gadis itu."Kita kan tidak membawa ganti? Bagaimana mau berganti?""Hah?" Sunna langsung menoleh, pertama yang nampak dalam penglihatannya adalah dada bidang milik Kim yang tepat di hadapannya.Dia sangat merasa malu dan kembali menunduk. "Tidak tahu juga. Kenapa tadi terburu-buru dan tidak berpikir untuk membawa ganti?"Kim tertawa dan mengangkat dagu Sunna dengan jarinya."Kamu kenapa? Seperti melihat hantu saja?"Sunna menepis tangan Kim."Aku melihat tubuhmu! Itu bisa mencemari otak suciku! Kenapa kamu tidak malu menampakkan Auroramu Kim? Menyingkirlah dari hadapanku!" Sunna sekarang berteriak.Hah! Kim malah tertawa terbahak-bahak."Aurat Su
Malam ini Kim menepati janjinya untuk mengajak Sunna pergi ke Bioskop.Kim telah menyuruh seorang anak buah andalannya untuk memesan tiket untuk mereka berdua.Sekarang mereka telah meluncur ke Bioskop tersebut."Kamu tadi pesan tiket Film apa Kim?" Tanya Sunna."Aku tidak tahu karena aku hanya menyuruh anak buahku saja. Tapi dia mengatakan jika itu adalah Film Romantis sepanjang masa." Jawab Kim."Astaga! Mana bisa kita menonton film romantis seperti itu. Haha.. seperti pasangan kekasih saja." Celetuk Sunna.Kim menoleh. "Bukankah kita malah lebih dari sepasang kekasih ya? Kamu lupa, kita ini kekasih resmi dan sah!" Sahut Kim sedikitpun kesal."Ah, iya. Aku lupa. Kita sudah Menikah ya? Suami istri. Ya Tuhan… hanya saja, sayangnya Suami istri yang tidak jelas! Hanya status saja. Mana bisa dibanggakan." Ucap Sunna lebih seperti sedang mengeluh tentang status mereka.Kim termenung mendengar ucapan Sunna. Apa yang dikatakan Sunna benar. Mereka lebih seperti sepasang suami istri yang mala
Kim mengangkat alisnya.Masa iya dia harus menemani Sunna untuk buang air kecil?"Sunna. Kamu itu bukan anak kecil? Masa iya aku harus mengantarmu kencing?" Kim Protes."Aku takut Kim! Kamu tidak mengerti? Salah sendiri menyuruhku menonton film Horor! Aku ini penakut! Ayo.. pokoknya ayo antar aku ke kamar mandi atau aku akan buang air kecil di sini saja!"Kim terkejut manakala melihat Sunna sudah hendak memelorotkan celana tidurnya."Eh.. dasar gadis gila! Ya sudah cepat!"Hehe.. Sunna terkikik dalam hati. Sebenarnya dia juga sangat malu dengan tingkahnya ini. Tapi mau bagaimana lagi, dia sungguh takut jika harus duduk sendirian di dalam kamar mandi. Bayangan hantu dengan sosok seram dalam film itu sungguh mendominasi otaknya.Kemudian dia melangkah ragu-ragu ke dalam kamar mandi diikuti oleh Kim yang dengan wajah tertekuk."Cepetan! Malah bengong!" Ucap Kim kepada Sunna yang berdiri di samping Kloset."Kamu hadap kesana." Pinta Sunna."Ya tentu saja. Tidak mungkin aku akan memelototi
Masih di Apartemen milik Kim.Pagi ini mereka rupanya terbangun secara bersamaan tanpa direncanakan. Wajah keduanya terlihat sama-sama memerah.Ada rasa malu sertacanggung bercampur dalam hati dan benak mereka. Tatapan mereka pun menjadi ragu satu sama lain.Itu karena mereka terbangun dalam posisi berpelukan dan dalam satu selimut yang sama, bahkan satu bantal berdua.Sunna sangat gugup sekarang, sama halnya dengan Kim. Saking gugupnya tidak ada yang saling bersuara diantara keduanya.Mau apa sekarang?Marah atau saling menyalahkan? Tidak mungkin. Karena posisi tidur mereka semalam itu terjadi dalam keadaan darurat.Semalaman lampu padam. Tidak tahu jam berapa menyala. Sunna memaksa Kim untuk tidak melepaskan dirinya. Kim pun terpaksa memeluk Sunna sepanjang mati lampu.Ya. Kim memang terpaksa, tapi itui hanya awalnya, lama-lama terasa nyaman dan akhirnya ikut tenggelam dalam mimpi dan satu selimut yang sama.Kim bergerak dengan pelan menyambar handuk lalu pergi ke kamar mandi. Sampa
Kim saat ini telah berdiri untuk memenuhi janjinya pada Dokter Jimmy. Tetapi tiba-tiba dia merasa begitu ragu untuk berpamitan pada Sunna.Melihat wajah Sunna yang menunduk, Kim seperti tidak tega untuk meninggalkan Sunna sendirian di Apartemen ini.Eh, tapi tunggu dulu!Bukankah dia tadi merasa senang ketika ada kesempatan untuk menjauh dari Sunna? Kenapa tiba-tiba perasaannya sekarang menjadi tidak enak untuk meninggalkan Sunna?"Ehem…" Kim berdehem kecil."Sunna. Aku harus pergi Sebentar. Tidak apa-apa kan?" Kim berkata dengan ragu-ragu.Sunna mendongak sedikit kemudian mengangguk."Tidak apa-apa. Pergi saja. Aku juga nanti boleh pergi kan kalau begitu?" Sunna balik bertanya.Kim membelalakkan matanya. Sepertinya Sunna sangat senang jika dia pergi dari hadapannya.Sialan!Kim merasa hatinya mendadak tidak nyaman."Ya baiklah. Pergi saja kalau mau pergi." menjawab seperti itu tetapi seperti tidak ikhlas rasanya."Baiklah. Aku pergi." ucap Kim, kemudian menyambar Kunci mobil."Ya. Ha
Kim mulai curiga, menduga jika Aaron telah terlibat dengan kejadian mati lampu di Apartemennya semalam. Atau jangan-jangan ini malah ulah Tuan Aaron?Hah..! Atau ada Cctv dan kamera tersembunyi di sana?Astaga!Saat Kim sedang merenung,Aaron memukul bahunya membuat Kim terkejut."Apa yang kamu pikirkan Bodoh? Aku tidak akan selancang itu!" ucap Aaron.Kim tersipu. Bisa-bisanya Aaron menebak dengan baik pikirannya."Tidak Tuan. Hanya saja,""Apa? Yang aku katakan sungguhan terjadi? Kalau benar terjadi, itu hanya kebetulan saja. Haha .." Aaron tergelak, kemudian mendekatkan Wajahnya ke telinga Kim sambil berbisik,"Hati-hati dengan anak buahmu. Kemarin tidak sengaja aku mendengar dia sedang berbicara serius. Dan kamu tahu dia sedang berbicara dengan siapa?"Kim menoleh kepada Aaron dengan wajah penasaran."Nyonya Tania dan Bibi Melda. Haha .." Aaron tertawa terbahak+bahak sambil memukul-mukul bahu Kim.Sementara Kim langsung cemberut.Sial! Rupanya itu semua kerjaan Ibu dan Mertuanya!
Kim sudah berada di mobil dan dia segera tancap gas untuk meluncur pulang ke Apartemennya. Ada rasa menggelitik di dalam hatinya, yaitu ingin cepat sampai ke Apartemen dan bertemu dengan Sunna.Apa ini?Tiba-tiba sudut bibir Kim tertarik membentuk senyuman tipis.Kenapa bisa Gila? Bukankah dia tidak menyukai Gadis itu? Kenapa tiba tiba ingin cepat bertemu dengannya?Kim tertawa sendiri. Menggeleng-gelengkan kepalanya tanda terheran dengan hatinya sendiri.Ketika sudah sampai di Apartemen, Kim segera bergegas ke kamarnya. Dia berhenti sejenak manakala sudah berada di depan pintu kamar.Ketika hendak mendorong pintu, dia berhenti.Kalau Sunna sedang telanjang lagi bagaimana? Kim teringat adegan tadi pagi, kemudian dia ragu dan perlahan mengetuk pintu.Tidak ada jawaban dari dalam. Kemudian Kim memutuskan untuk memanggil nama Sunna."Sunna. Apa kamu di dalam?" tidak ada sahutan juga.Pada akhirnya Kim pun mendorong pintu perlahan, dia mengintip sebentar ke dalam kamar. Tidak ada Sunna di
Ketika berada di dapur, Kim kebingungan karena tidak menemukan kotak obat. Dia meremas rambutnya.Kemudian berinisiatif memanggil pelayan untuk menanyakan kotak obat. Beruntung Pelayan mengetahui dimana keberadaan kotak obat disini.Pelayan segera mencarinya dan mendapatkannya."Ini Tuan." Pelayan mengulurkan kotak obat kepada Kim."Oh iya. Terimakasih ya." Kim segera berlalu dan kembali ke kamar.Ketika sudah berada di kamar, dia melihat Sunna sudah berbaring di bawah selimut. Tubuhnya terlihat menggigil."Sunna." Kim mendekat dan kembali meraba kening Sunna.Suhu badan Sunna lebih panas dari yang tadi.Kim menjadi sangat panik sekarang."Astaga. Kenapa kamu sangat panas sekali?"Sunna sudah tidak bisa menjawab pertanyaan Kim dengan baik. Sunna hanya mengeluh dan mengeluarkan suara rintihan saja.Kim kembali panik. "Ini tidak bisa dibiarkan Sunna." Kim segera mengambil Ponselnya dan menghubungi Dokter Jimmy.Yang disana terkejut bukan kepalang ketika menatap Kontak Kim menghubunginya