Share

S3| Bab 10. Mencium Bibir Perjaka. (Bonus)

"Aaron Albarez, nama yang bagus. Tapi benarkah dia orang jahat? Ah, kenapa aku tidak menyelidikinya dahulu dan sudah berada disini?" Zha berbicara pada dirinya sendiri .

"Tapi aku ingin tau, apa yang bisa Alex berikan padaku jika aku berhasil membunuhnya." Zha memantapkan pikiran.

Kini Zha melangkahkan kakinya dan berhenti tepat di depan Gedung Perusahan yang bertuliskan Galaxy Group. Mata tajamnya terus menatap lurus ke depan di saat seorang pria tengah melangkah keluar dari sana dan berjalan menuju parkiran.

Zha mencari tempat persembunyian yang cukup baik, kemudian dia mulai merogoh sakunya dan telah merentangkan kedua tangannya.

Dalam hitungan detik yang ke satu, dua, tiga,

Tiba-tiba entah dari mana, seorang wanita muncul dan berteriak memanggil pria itu sambil berlari kecil menghampiri pria itu.

"Aaron!" wanita itu tiba-tiba muncul dengan sedikit berlari menghampiri pria tersebut.

Seketika Zha sangat terkejut melihat wanita itu dan langsung menurunkan tangannya.

"Astaga! Tante Emily! Jadi," Zha bahkan menarik kakinya mundur beberapa langkah. Dia memperhatikan kedua orang di depan sana dan mendengar mereka berbicara.

"Emily. Kesayanganku, kenapa tidak memberitahuku dulu jika mau kemari? Hampir saja aku pergi mencari makan siang." terdengar pria yang dipanggil Aaron itu berbicara pada wanita yang baru saja datang tadi.

"Aaron. Aku tadi tidak berniat kemari. Tapi karena Azze datang, aku memintanya untuk mengantarku." jawab Emily.

"Halilintar kemari juga? Kemana dia sekarang?"

"Ada di luar sana, sedang menunggu temannya. Dia akan pergi lagi, dia hanya mengantarku kemari."

"Oh, baiklah. Biarkan saja kalau begitu. Ngomong-ngomong, apa kamu membawakan makan siang untukku sayang?"

"Tentu saja aku membawanya. Kamu pikir untuk apa aku datang kemari?" jawab Emily, masih dengan nada begitu manja seperti masa muda mereka tanpa ada sedikitpun perubahan diantara mereka.

Aaron terlihat tersenyum senang.

"Baiklah, kalau begitu temani aku makan siang. Ayo masuk." Aaron menggenggam tangan istrinya dan membawanya kembali melangkah masuk.

Sementara Zha, masih terpaku di sudut sana. Dia tertegun mendapati jika Pria yang hampir saja menjadi sasaran Jarum Beracun miliknya itu adalah Suami dari Emily, wanita yang pernah menolongnya dulu disaat dia benar-benar sedang Putus asa.

"Nona, apa yang anda lakukan disini?"

Zha tersentak, saat sebuah tepukan ringan seorang satpam mendarat di bahunya mengagetkannya dari lamunan.

Dengan gerakan refleknya Zha menusukkan dua jarinya di leher bagian kanan satpam itu hingga mengakibatkan sang satpam tiba-tiba ambruk tak sadarkan diri secara mendadak.

"Sial!" umpatnya.

Zha memilih mengambil langkah seribu ketika melihat beberapa satpam hendak menghampirinya.

Zha terus berlari dan membuka paksa sebuah mobil yang masih terparkir di tepi jalan.

"Hei, siapa kamu!" Seru pemilik mobil yang tentu saja terkejut melihat seorang asing yang memasuki mobilnya tanpa izin dan tiba-tiba langsung duduk di sampingnya tanpa dosa.

"Heh! Kamu siapa? Kenapa tidak sopan?" pemilik mobil yang ternyata adalah Halilintar itu kembali bertanya pada Zha dengan sangat kesal.

"Diam!" Zha langsung membuka jaketnya.

"Kamu sudah gila ya? Masuk mobil orang sembarangan!" sekarang Halilintar tidak bisa menahan diri dan ingin segera mendorong gadis itu dari mobilnya.

Tapi Halilintar langsung menarik tangannya dengan mata terbelalak saat sebuah moncong pistol sudah menempel di bagian perutnya.

"Kalau masih ingin hidup. Diam!" Zha menekan Pistolnya.

"Kamu mau merampokku?" tangan Halilintar dengan cekatan menepis pistol milik Zha, namun tak semudah yang di bayangan Halilintar, gadis itu justru membekuk tangannya dengan begitu mudah.

"Turuti mauku atau kamu akan berakhir hari ini!" tidak ada pilihan karena Halilintar sudah terdesak dan kalah, terpaksa dia hanya bisa diam dan pasrah ketika gadis itu menarik tengkuknya hingga membuat tubuhnya berposisi di atas tubuh gadis itu dan tiba-tiba gadis itu mencium bibirnya sementara pistol masih setia menempel di perutnya.

"Tuan!" suara ketukan dari luar pintu mobil terdengar berkali-kali.

"Katakan sesuatu agar dia pergi." bisik Zha masih merengkuh leher Halilintar.

Lagi-lagi dengan terpaksa Halilintar membuka sedikit kaca mobil dengan posisi tubuhnya yang masih direngkuh oleh tangan Zha.

Satpam yang mengetuk pintu mobil itu langsung memundurkan langkahnya karena sedikit menangkap adegan di dalam mobil itu.

"Maafkan saya Tuan Muda. Maaf. Saya tidak bermaksud mengganggu Tuan Muda Halilintar. Saya hanya sedang mencari seseorang yang mencurigakan tadi." setelah mengangguk hormat, satpam itu segera melangkah pergi.

"Dasar sial. Kenapa malah melihat Tuan Muda sedang bermesraan. Hehe.." satpam itu menggaruk tengkuknya dengan perasaan malu bercampur takut karena telah mengganggu Putra Mahkota Keluarga Albarez.

Setelah memastikan satpam itu pergi Zha segera mendorong tubuh Halilintar dengan kuat.

Lalu kedua pasang mata mereka saling bertemu beberapa saat.

Sedetik kemudian Halilintar tersadar.

"Kamu! Kamu gadis gila, tidak waras! Atau kamu seorang penjahat ya?" Halilintar mengusap bibir nya yang masih basah karena gadis itu tadi. Dia kembali menatap gadis itu. Dan wajah gadis itu seperti tidak asing baginya.

Zha tersenyum miring tanpa merasa bersalah sedikitpun.

"Ternyata kamu Tuan Muda Halilintar. Kalau begitu maafkan aku karena sudah merepotkanmu. Terima kasih atas bantuannya, Tuan Muda Halilintar.." ucap Zha, lalu segera membuka pintu mobil. Tapi tangan Halilintar langsung menahan lengan Zha.

"Tunggu dulu. Mau kemana kamu? Enak saja hanya meminta maaf!"

Zha segera menepis tangan Halilintar dan meloncat turun lalu pergi begitu saja sesaat setelah menyambar jaketnya.

"Hei... Kamu sudah mengambil ciumanku, dan pergi begitu saja. Hei....!!! Dasar gadis gila!" umpat Halilintar yang tidak di peduli oleh Zha.

Tiba-tiba, Halilintar seperti teringat sesuatu.

"Wajah itu, aku seperti sudah pernah melihatnya. Tapi di mana?"

Halilintar terlihat berpikir keras untuk mengingat wajah gadis aneh yang secara tiba-tiba masuk ke dalam mobilnya dan menodong sebuah pistol padanya itu, lalu dengan seenaknya mencium bibir perjakanya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status