Halilintar masih berlari mengejar Zha yang telah menghilang. Matanya terus berputar mencari keberadaan gadis itu. Tetapi sebelum Halilintar melanjutkan langkahnya, tiba-tiba sebuah pukulan benda tumpul tepat mengenai punggungnya membuat dia jatuh tersungkur bertepatan dengan sebuah moncong pistol sudah terarah padanya."Menyerahlah." Halilintar masih dengan pandangan yang sedikit berkunang-kunang menoleh, terlihat olehnya seorang pria berpakaian serba hitam hendak menarik pelatuk pistol yang ia genggam. Namun sebelum itu benar-benar terjadi, sekelebat tendangan tepat milik Zha mengarah pada pistol itu hingga membuat Pistol itu jatuh melesat jauh. Tangan gadis itu segera menarik tubuh Halilintar dan membawanya berlari cepat meloncati sebuah pagar pembatas. Zha terus berlari masih dengan menarik tangan Halilintar hingga mencapai tempat parkiran."Mana mobilmu? Cepat! Atau kamu mau mati disini?" tanya Zha menoleh pada Halilintar yang masih terlihat syok itu."Itu!" spontan Halilintar men
Menjelang malam.Di kamarnya yang luas itu. Halilintar tak berhenti tersenyum menatap nomor yang baru saja ia dapatkan tadi.Halilintar merasa seperti sedang mendapatkan sesuatu yang begitu menyenangkan. Ah, perasaan macam apa ini? Tertarik pada gadis aneh itu? Atau hanya sekedar mengagumi kehebatannya?Halilintar meremas rambutnya. Kemudian tangannya mulai menekan tombol hijau di layar Ponselnya itu.Kenapa aku jadi tidak sabar begini?Halilintar merasa keheranan setelah menyadari apa yang sedang ia perbuat.Namun semua sudah terlanjur, panggilan sudah terhubung dan sialnya sudah terangkat oleh pemilik nomor yang baru saja ia tekan itu."Jika tidak ada sesuatu yang penting, jangan menghubungiku!" suara lantang Milik Zha langsung terdengar menggelegar di telinga Halilintar, tetapi anehnya malah seperti menyentuh lembut jantungnya.Halilintar menjadi gugup,"Aku. Ah, aku hanya ingin…Kamu sedang apa? Ya, apa yang sedang kamu lakukan sekarang?" jawab Halilintar sekenanya saja, dia tidak
"Apa kamu pikir aku akan menghilang dan tidak bisa kembali hah?" jawab Halilintar, kemudian mematikan mobilnya karena memang sudah sampai di tempat tujuan dan segera meraih chip kecil itu dari tangan Zha."Hanya berjaga-jaga, karena kamu masih berhutang padaku." sahut Zha tanpa merasa bersalah sedikitpun.Meskipun Halilintar merasa sedikit kesal, tetapi entah kenapa dia patuh pada Zha.Halilintar langsung memasang chip kecil yang merupakan alat pelacak sekaligus alat penyadap itu pada bagian atas perut sispeknya. Dan pergerakan tangannya menyibak kemejanya membuat Zha memalingkan wajahnya ketika bagian tubuh atas Halilintar terbuka begitu jelas."Kurasa kamu sudah terbiasa melihat seperti ini. Kenapa harus memalingkan muka?" ucap Halilintar yang masih sibuk mencoba memasang chip itu."Terbiasa katamu? Semua orang di sekitarku adalah laki-laki, tapi bahkan tidak ada yang berani berlaku konyol seperti kamu ini di hadapanku!" jawab Zha. Halilintar hanya terkekeh kecil.Melihat Halilinta
Zha yang sangat geram tidak bisa lagi untuk menahan sabar, akhirnya dia memilih untuk menarik pelatuknya dan satu peluru yang keluar dari desert eaglenya menembus kepala pria itu yang langsung membuat pria itu ambruk tak bernyawa.Halilintar yang menyaksikan itu hanya bisa menarik nafas panjang tanda sedikit kecewa dengan tindakan Zha yang menurutnya terkesan buru-buru."Kita belum mendapatkan informasi apapun darinya dan kamu malah sudah membunuhnya."ucap Halilintar dengan pelan."Ada yang lebih berguna daripada lidahnya." jawab Zha. Dia melemparkan ponsel pria itu yang langsung ditangkap sempurna oleh Halilintar.Halilintar terperangah, "Ternyata kamu bukan hanya seorang mafia, Kamu juga seorang Hacker?" Halilintar menggelengkan kepalanya."Ya, dan kamu harus mengingat itu selalu." jawab Zha.Halilintar hanya sedikit tersenyum dan mengangkat kedua bahunya, kemudian mengikuti pergerakan Gadis itu yang berjalan ke arah mobil Mereka.Mereka kembali memasuki mobil."Kemana lagi?" tanya
"Aku tidak peduli." sahut Hall mendekatkan wajahnya."Kamu," tiba-tiba Zha menutup mulutnya rapat-rapat ketika kedua matanya kini bertemu dengan sepasang mata Halilintar yang menatapnya cukup dalam. Sejenak, mereka saling menatap dan wajah Halilintar semakin tak berjarak dengan wajahnya.Jujur saja diakui oleh Zha. Dia gugup untuk saat ini. Bahkan hampir tidak bisa mengendalikan rasa gugup yang tiba-tiba menyerangnya tanpa alasan."Pulanglah Tuan muda Halilintar, dan anggap kita tidak pernah bertemu sebelum para musuh ku mengenalimu dan kamu akan terseret bahaya." ucap Zha segera menghindari tatapan Halilintar dengan cara menunduk."Jika aku tidak mau, bagaimana? Apa kamu akan menyeretku keluar?" suara Halilintar berisik di telinga Zha. Zha langsung mendongak."Tentu saja, aku akan menyeretmu keluar dari sini!" jawab Zha. Entah apa yang ia raih dari balik Hoodienya. Dia menyebar ke wajah Halilintar. Hanya selang beberapa detik saja, tubuh Halilintar sudah ambruk di lantai begitu saja
Zha segera merogoh Ponselnya.Rahangnya seketika mengeras saat dia melihat layar ponselnya, di mana tampak jelas di sana jika Halilintar sedang mencoba bertahan melawan tujuh orang Mafia.Zha langsung berdiri dan melangkah tanpa berkata satu patah pun. Sementara Elang yang dari tadi berdiri di belakang Zha sudah mengetahui masalahnya, dia terpaksa berbisik kepada Sekretaris Erwan."Lanjutkan saja rapatnya, Nona sedang ada masalah." selesai berkata Elang langsung melangkah cepat menyusul Zha."Bawa seluruh Anak buahmu! Kita harus menyelesaikannya sekarang juga!" ucap Zha.Tanpa menjawab sedikitpun Elang berlari kecil menuju mobil diikuti oleh Zha. Elang langsung melajukan mobilnya dengan kecepatan kilat menuju markas mereka.Zha terlihat Frustasi ketika melihat Halilintar melalui ponselnya sudah nampak kewalahan menghadapi tujuh mafia itu. Zah begitu menyesal telah mengabaikan panggilan Ponselnya tadi, ia tidak menyangka jika pada saat itu Halilintar mencoba menghubunginya berkali-kali
Sejenak mata Zha menangkap wajah Halilintar, ia bisa melihat darah yang mengalir di ujung bibir pemuda itu.Zha begitu geram dan tidak bisa menahan diri lagi. Seketika Zha menarik pelatuk pistolnya tepat ke kaki kiri Sion hingga pria itu jatuh tersungkur di susul tembakan demi tembakan dari anak buah Zha dan anak buah Sion.Zha terus berlari, berusaha untuk menjangkau tubuh Halilintar, sementara Elang menembak kaki kanan Sion yang terlihat akan menarik pelatuknya kearah Zha.Elang terus menembak tangan Sion yang masih memegang senjata dan terus berusaha melindungi Zha.Setelah Zha berhasil menggapai tubuh Halilintar, dia segera memapahnya keluar di bantu oleh Elang, sementara anak buahnya terus berusaha merobohkan lawan mereka. Saat mereka sudah mencapai luar, Zha menoleh ke arah Sion yang masih bernafas, lalu melemparkan sesuatu ke dalam ruangan itu sambil terus berlari bersama seluruh anak buahnya menuju mobil menyusul Elang yang sudah duluan membawa Halilintar.Tak lama setelah mob
Halilintar masih tertegun sejenak mendengar penjelasan dari Zha. Kemudian dia meraih kedua tangan Zha."Maaf, aku tidak tahu jika itu alasanmu." Zha mendongak dan tersenyum. Dia menarik pelan tangannya kemudian berkata, "Pergilah. Benar yang kamu katakan Tuan Muda, musuh tetaplah musuh. Pembunuh tetaplah pembunuh. Dan itu akan terjadi pada kita. Aku akan siap kapan pun dan dimanapun untuk berhadapan denganmu sebagai musuh. Apalagi aku sadar jika kamu adalah salah satu dari mereka yaitu sebagai penegak hukum dan kebenaran." ucap Zha.Halilintar tidak bisa lagi mencerna kata-kata dari Zha, ia menarik kasar tubuh Zha dan membungkam mulutnya dengan ciumannya. Sejenak pria itu menyesap lembut bibir gadis itu yang tak merespon sama sekali, hanya menahan dada Halilintar agar tidak mengenai dadanya."Apa kamu tahu jika aku selalu memikirkanmu setelah kamu mencuri ciuman pertamaku? Aku selalu berniat untuk mengambilnya kembali. Kamu sudah menodai bibir perjaka ku gadis tengik! Bahkan kamu sa