Siang ini,Panas terik matahari terasa membakar kulit seorang Nyonya Emily yang siang itu terlihat keluar dari sebuah Mall menuju parkiran dengan beberapa kantong barang yang ia genggam di tangannya.Sopir pribadi Emily dengan sigap membukakan pintu mobil. Namun baru saja Pintu mobil terbuka dan Emily baru saja melangkah, tiba-tiba Sopir itu jatuh terjerembab oleh hantaman seseorang yang muncul di belakangnya.Melihat itu Emily tentu saja terkejut, dan menoleh cepat ke arah belakang. Beberapa pria berbaju hitam, sudah berdiri disana. Salah satu dari mereka bahkan segera menodongkan pistol tepat di kepala Emily.Tidak seperti yang dipikirkan mereka, Tangan Emily begitu cepat menepis pistol itu hingga terjatuh dan kakinya menendang salah seorang dari mereka yang mencoba menyerangnya.Tapi Emily tetap hanyalah seorang wanita yang sudah tidak muda lagi, tentu saja seperti apapun dulu dia sempat ikut latihan bela diri dengan putranya Halilintar, dia tetap kewalahan menghadapi beberapa pri
"Tante, aku tidak perlu menunggu, yang terpenting saat ini Tante selamat.""Tidak bisa Kanzha, tidak bisa! Tante harus mengenalkanmu pada Putra dan suami Tante. Tunggu sebentar ya sayang? Tante akan bertanggung jawab atas dirimu jika saudaramu marah atau kamu kehilangan pekerjaanmu. Percayalah."Zha tidak bisa lagi menjawab melainkan hanya pasrah. Merebahkan kepalanya di dinding sofa dan menepuk ringan keningnya sendiri. Menyalahkan dirinya akan alasannya tadi. Jelas saja Emily bisa mengatasi masalahnya jika memang benar itu yang menjadi alasan Zha untuk tidak mau menunggu.Jantungnya berdetak setingkat lebih cepat ketika mendengar suara seorang laki-laki bersamaan dengan derap langkah setengah berlari."Emily, apa yang terjadi?" Pria yangtak lain adalah Aaron Albarez itu langsung memeluk istrinya dengan perasaan yang begitu cemas."Aaron, aku juga tidak mengerti.""Kenapa kamu membantahku Emily. Sudah kukatakan, nanti malam aku bisa mengantarmu berbelanja." ucap Aaron."Maafkan aku
"Memalukan! Kamu telah merendahkan harga diriku Halilintar!""Zha,. Aku tidak bermaksud,""Lalu apa? Kalau Ibumu melihat yang sebenarnya. Astaga! Kamu! Pergi dari hadapanku sebelum aku benar-benar tidak bisa menahan marahku!" Zha mencengkram kerah kemeja Halilintar dan mendorongnya ke samping."Ibuku tidak melihatnya, jadi aman kan? Dia malah marah padaku, mengira aku memukulmu." Halilintar masih saja mencoba menghalangi langkah Zha yang kini sudah membuka pintu sebuah mobil yang terparkir di sana."Aku pinjam mobilmu, besok Elang yang akan mengantarnya." tanpa menunggu persetujuan Halilintar, Zha sudah memasuki mobil tersebut. Menyadari itu Halilintar lebih cepat menyusul untuk memasuki mobilnya."Aku akan mengantarmu.""Tidak perlu! Keluar!""Tidak mau!""Keluar atau," Zha sudah tidak bisa mengatur emosinya."Aku tidak mau!"Brugg!Tubuh Halilintar terpental dari dalam mobil dan jatuh ke lantai akibat dorongan kuat dari Zha."Aduh!" Halilintar mengerang kesakitan memegangi pinggangn
Mendengar seruan Halilintar, Zha menoleh. Dia menatap dengan tatapan dingin pada Halilintar kemudian menghampirinya."Kami akan melakukan perburuan, bukan untuk bersenang-senang, Tuan Muda!""Aku tahu, tapi apa salahnya jika aku ikut kekasihku sendiri?" jawab Halilintar datar.Zha hanya bisa kembali mendengus, sedikit menyesal akan pertemuannya dengan pemuda yang terpaksa kini harus menjadi kekasihnya itu, hanya karena sebuah ciuman nyasarnya.Zha memang hebat dan pandai dalam segala hal, tapi untuk urusan cinta Zha sama sekali tidak mengerti, bahkan sampai detik ini Zha masih percaya kata-kata Halilintar tentang seorang pria dan wanita yang sudah berciuman tanpa menolak itu artinya sudah menjadi sepasang kekasih.Zha tidak pernah berpikir jika Halilintar hanya membodohinya agar bisa menjadikan Zha kekasihnya.Halilintar tahu itu, jika Zha adalah wanita berdarah dingin yang tidak akan mudah di sentuh hatinya dengan cinta, Halilintar sengaja memanfaatkan kepolosan hati sang Gadis berac
"Masih mau lanjut?" Zha menarik kembali tubuh Halilintar, namun kali ini Zha tidak berniat memeluk halilintar melainkan ia mendorong Pemuda itu ke samping hingga membentur dinding.Dor...Dor...!Dua manusia terkapar kembali, tepat saat peluru mereka hampir mengenai kepala Halilintar, beruntung Zha begitu cekatan mendorong tubuh Halilintar tadi hingga selamat."Maafkan kekasihmu ini, Tuan muda. Mungkin aku terlalu kasar." ucap Zha menghampiri Halilintar yang masih bersandar di dinding, pemuda itu tergelak menyaksikan aksi gila Zha yang sangat memukau.Zha meraih tangan Halilintar dan membawanya untuk mendekati sosok pria yang sudah terkapar tak bernyawa itu untuk memeriksa sesuatu."Jangkar perak?" dugaan Zha benar ketika melihat sebuah Tato bergambar jangkar perak ⚓ di lengan pria berambut silver itu.Sesuatu yang ia cari selama ini dan terabaikan karena lebih berfokus pada keluarga Albarez dan gangguan Halilintar akhir+akhir ini."Brengsek! Siapa sebenarnya yang mengirim mereka?" umpa
Halilintar ingin membuktikan pada Dewi iblis itu jika tidak selamanya ia akan tangguh dan berkuasa serta bisa mengendalikan semuanya, mendominasi Zha seperti sebelum-sebelumnya."Yaaaakkk... Aku mencintaimu sialan... Cepat lepas!"Mendengar jawaban Zha, Halilintar akhirnya melepaskan tangannya dengan senyuman puas penuh kemenangan."Ah, bahagianya aku. Dewi iblisku. Terima Kasih atas cintamu.""Brengsek!" Zha menampar wajah Halilintar."Argh..!! Kenapa kamu menamparku? Baru saja kamu mengatakan jika kau mencintaiku. Dan kamu sudah... Oh Zha.. kamu menyakiti kekasihmu sendiri." rintih Halilintar mengusap pipinya."Persetan!" ucap Zha, membuka pintu mobil bertepatan dengan mobil yang sudah berhenti di depan Mansionnya.Zha cepat keluar dan berlari ke dalam Mansion di susul Halilintar yang mengejar kekasih durhakanya itu, tidak mempedulikan Elang dan sopirnya yang menahan tawa sejak tadi hingga tawa mereka akhirnya pecah saat melirik Zha sudah masuk jauh ke dalam Mansionnya.Entah mengap
"Semenjak itu, ibuku harus bertahan hidup, berjuang melawan penyakitnya serta berjuang membesarkanku seorang diri. Beruntung Ibuku mempunyai sahabat baik yang sering mendukungnya. Bibi yang kini menjadi ibu angkatku. Aku tidak tahan melihat penderitaan ibuku hingga aku memilih jalan ku sendiri. Melatih tangan nakalku untuk mencopet di jalanan. Tiap kali aku pulang ke sekolah aku akan membawa beberapa lembar uang untuk ibuku dan menyuruhnya berhenti bekerja. Ibu tahu aku mencopet, tapi Ibu akan tetap menerima uangku dan menyimpannya meskipun aku harus mendengar panjang lebar ceramah darinya.""Kamu juga sempat sekolah ya?""Ya, aku pernah sekolah menengah atas. Meski hanya mengenyam setahun pendidikan, karena di tahun pertamaku aku memilih untuk berhenti sekolah. Bukan hanya satu sekolah tapi lebih dari tiga sekolahan yang pernah ku tempati. Ibu selalu memindahkan aku karena aku sering mendapat skor dan surat panggilan wali murid dari sekolahanku.""Kenapa?""Mereka sering membullyku.
"Hal. Aku.. aku .. Ah," Zha merasakan denyutan-denyutan hebat di bawah sana yang tiba-tiba mendominasinya."Kenapa Zha..?" Halilintar menatap wajah Zha, ia bisa melihat bibir Zha yang bergetar."Kamu merasakan sesuatu? Kamu merasakan apa yang ku rasakan?" tanya Halilintar masih tak melepaskan pandangannya sedikit pun. Sementara Zha terus mendesah sambil terus menatap wajah tampan yang tepat di hadapan wajahnya itu."Kamu mau aku melakukan lebih dari ini? Aku akan melakukannya Zha, agar kau lebih paham dengan rasa ini. Agar kamu tahu, bukan hanya membunuh yang membuat bahagia. Tapi bercinta lebih dari segalanya." Tangan Halilintar kini mencoba membuka resleting milik Zha membuat gadis itu terperangah dan segera menyadarinya."Cukup Hal!" Zha mendorong kuat tubuh Halilintar hingga jatuh di lantai dan Zha segera bangun. Dengan wajah yang memerah Zha berlari ke kamar mandi."Brengsek... Sial!" umpat Zha menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya di depan kaca di dalam kamar mandi mi