Di Rumah Utama Keluarga Albarez.Pemuda yang super Cool dan tampan itu tidak lain adalah Azzero Halilintar yang kini sudah berusia sekitar 26 Tahun.Di ruang tengah Rumah utama yang berwarna putih nan luas itu, pemuda ini terus mendekap seorang wanita yang masih terlihat sangat cantik meskipun usianya sudah bukan muda lagi, ia terus memeluknya dengan tidak mempedulikan kehadiran sosok pria paruh baya yang terlihat masih juga tampan dan gagah, yang sedari tadi hanya menghela nafas menatap mereka di sudut sofa."Lepas Azze! Aku gerah!" seru sang wanita yang sedang dipeluk oleh Halilintar itu."Biarkan dulu Mam, aku merindukanmu." bantah Halilintar."Kamu tidak punya malu, seharusnya kamu itu sudah memeluk kekasihmu bukan aku. Lepas atau aku akan menendangmu!""Kamu tidak akan bisa melakukannya Mam, tenanglah. Sebentar lagi Az akan pergi lagi. " Halilintar masih saja memeluk wanita itu."Lihatlah! Papamu cemburu padamu." wanita itu melirik sang suami yang hanya tersenyum menatap jagoan
Dari ujung sana, terlihat seorang gadis kecil berusia sekitar 16 tahun berjalan sedikit tergesa menghampiri Zha yang saat ini tengah bersandar di pintu mobilnya.Zha yang melihatnya langsung menarik tangan gadis kecil itu dan membawanya masuk ke dalam mobil."Kenapa menemuiku? Sudah ku bilang aku yang akan menemuimu. Aku yang akan menemuimu! Kamu dengar tidak sih?" ucap Zha pada gadis kecil itu."Ibu sakit kak Zha, dia memintaku menemuimu!" bantah gadis itu.Mendengar jawaban gadis itu Zha sedikit terkejut lalu mengerutkan alisnya, "Sakit? Itu pasti gara-gara kamu nakal, sampai Ibumu sakit karena memikirkanmu,""Tidak kak Zha, Lea tidak nakal." lagi-lagi gadis itu membantah sambil menatap wajah Zha, tapi kali ini dengan kening yang berkerut."Kenapa semakin hari penampilan kak Zha seperti seorang mafia? Kak Zha tidak cantik lagi," celetuk polos Lea sang gadis kecil, membuat Elang yang duduk di kursi depan terkekeh."Diamlah. Kamu tidak akan mengerti keadaanku." jawab Zha, kemudian dia
Di Mansion mewah tempat Gadis Beracun tinggal.Seorang pria gagah menghampirinya, "Nona Zha."Zha yang sedang duduk bersantai di ruangan tengah itu menoleh dan menatap tajam pada pria gagah itu, "Edward. Ada apa menemuiku?""Nona Zha. Ada sedikit Masalah di kota X. Sepertinya Tuan Afrizal sedang ingin bermain-main dengan kita. Aku sudah menyelidikinya dan dia adalah penghalang dari bisnis club' malam kita di sana." Erwan menjelaskan dengan detail pada Zha.Senyum tipis bergulir di ujung bibir Zha."Aku akan segera membereskannya, aku paling tidak suka ada seseorang yang mengusik wilayah kekuasaan kita. Aku sudah sering memperingatkannya, tapi dia masih berani bermain di belakangku, dan kali ini tidak akan ada penawaran yang kedua." ucap Zha, kemudian melenggang pergi begitu saja meninggalkan Edward, Pria yang selama ini sudah menemaninya dan diberi kepercayaan penuh untuk mengurus bisnis gelapnya itu.Zha sudah duduk menjadi penumpang yang baik di salah satu mobil miliknya, sementara
Pria itu sejenak menatap cukup serius pada Zha, kemudian melangkah lebih mendekat."Aku bukan siapa-siapa. Tapi aku tahu tentang dirimu, bahkan aku tahu semua tentang keluargamu." pria itu mengulurkan tangannya ke hadapan Zha."Perkenalkan. Namaku Ardogama. Mungkin saja kamu sudah pernah mendengar namaku." Pria itu menyebutkan namanya.Zha melirik tangan Pria itu yang masih menggantung di udara. Dia hanya tersenyum miring dan enggan untuk menyambut tangan pria itu."Ardogama. Tentu saja aku sangat mengenal namamu. Karena namamu begitu menggelegar di dunia Mafia. Kamu ketua Mafia Klan Selatan, bukan?" ucap Zha. Gadis itu menggeser kakinya ke belakang untuk menghindari tangan Pria itu. Baginya, bersalaman dengan orang lain adalah hal yang mustahil ia lakukan.Kemudian Zha menoleh kembali pada Ardogama yang telah menarik tangannya kembali itu dan menyimpannya di belakang punggung."Ada masalah apa, sampai Tuan Ardogama susah payah mengundangku?" tanya Zha.Ardogama menarik nafas panjang,
Pagi ini setelah menghubungi seseorang, Zha kembali menaiki sebuah mobil dan kali ini dia mengendarai mobilnya seorang diri. Hingga beberapa waktu lamanya dalam perjalanan, mobilnya berhenti di depan sebuah markas besar milik Klan Poison Of Death yang kini sudah dikuasai olehnya.Nama Poison Of Death sendiri adalah nama pemberian Zha pada Markas dan kelompok Klannya yang artinya Racun kematian, sesuai dengan keahlian Zha yang sangat ahli dalam membuat racun sekaligus penangkalnya.Dia memasuki ruangan markas dan segera di sambut oleh beberapa pria berpakaian hitam yang langsung menunduk hormat padanya."Nona. Anda sudah datang? Mari silahkan." ucap seseorang mendampingi Zha berjalan memasuki sebuah ruangan khusus di mana di sana telah ada Elang yang sudah menunggu kedatangannya sejak tadi.Tanpa senyuman atau ekspresi sedikitpun dia melangkah mendekati seorang pria yang tak lain adalah Afrizal yang kedua tangannya terikat dan masih terduduk di atas lantai.Zha mengangkat dagu Afrizal
"Cepatlah naik! Kita akan menemui kak Zha." sang ibu segera menarik lengan Lea, sementara Erwan sudah siap di depan menginjak gas.Mobil itu melesat begitu cepat membawa Riana dan Lea menuju sebuah Mansion megah nan mewah. Tapi itu bukanlah tempat Zha bersama Elang dan anak buahnya melainkan Mansion khusus milik Zha yang sengaja disiapkan untuk ibu dan adik angkatnya itu.Setelah memasuki pagar yang tinggi dan kekar yang terbuat dari besi baja itu, mobil Erwan berhenti dan Erwan segera membukakan pintu untuk Riana dan Lea. Lalu mempersilahkan mereka untuk keluar.Mereka menuruni mobil, mengedarkan pandangannya dengan masih menyimpan sejuta pertanyaan. "Rumah yang megah ini milik siapa? Apa kak Zha bekerja di rumah ini?" Lea nampak melihat banyaknya penjaga yang berjaga di setiap sudut."Ibu juga tidak mengerti." Riana menyahut demikian."Nyonya. Silahkan." Erwan membukakan pintu.Riana belum melangkahkan kaki, dia bertanya dahulu pada Erwan," Dimana anak saya?""Nona Zha sedang menungg
Saat ini Zha sedang berada di Apartemen khusus miliknya yang biasa ia tempati bersama Elang.Wajah Zha terlihat sedikit muram ketika menatap sebuah foto dirinya lengkap dengan seragam sekolah itu, dia duduk bersandar di kursi hitam di dalam kamarnya. Kemudian mata tajamnya menerawang jauh ke masa sulitnya ketika dulu."Heh....Anak pelacur! Sebenarnya kami tidak suka melihatmu bersekolah di sini. Tapi karena kamu pintar, jadi kami akan menerimamu sebagai teman dengan satu catatan, Kamu harus bersedia mengerjakan semua tugas kami!" kata seorang siswi cantik, dia melempar buku tebal ke atas meja Zha.Zha tidak menjawab sedikit pun melainkan melangkah pergi tanpa mempedulikan ocehan mereka padanya."Hei... Sialan kamu ya! Miskin tapi belagu!" teriak siswi itu kesal melihat Zha tidak memperdulikannya.Zha masih saja melangkah, memasuki sebuah ruang perpustakaan.Ia memilih untuk tidak memikirkan ucapan mereka yang setiap saat menghinanya. Tangannya meraih sebuah buku fisika dan memilih ban
"Aaron Albarez, nama yang bagus. Tapi benarkah dia orang jahat? Ah, kenapa aku tidak menyelidikinya dahulu dan sudah berada disini?" Zha berbicara pada dirinya sendiri ."Tapi aku ingin tau, apa yang bisa Alex berikan padaku jika aku berhasil membunuhnya." Zha memantapkan pikiran.Kini Zha melangkahkan kakinya dan berhenti tepat di depan Gedung Perusahan yang bertuliskan Galaxy Group. Mata tajamnya terus menatap lurus ke depan di saat seorang pria tengah melangkah keluar dari sana dan berjalan menuju parkiran. Zha mencari tempat persembunyian yang cukup baik, kemudian dia mulai merogoh sakunya dan telah merentangkan kedua tangannya.Dalam hitungan detik yang ke satu, dua, tiga,Tiba-tiba entah dari mana, seorang wanita muncul dan berteriak memanggil pria itu sambil berlari kecil menghampiri pria itu."Aaron!" wanita itu tiba-tiba muncul dengan sedikit berlari menghampiri pria tersebut.Seketika Zha sangat terkejut melihat wanita itu dan langsung menurunkan tangannya."Astaga! Tante Em